AMP YOGJA LOUNCHING BUKU SPIRIT MAMBESAK, PERSATUAN : DARI MANA KITA MULAI ?

 

Doc.Agiprop kk jogja


Koran kejora - Aliansi Mahasiswa Papua ( AMP ) KK Yogyakarta telah menggelar   Seminar dan Lounching Buku  “ Spirit Mambesak : Mencari dan Mendudukan Persatuan Dalam Semangat Mambesak”. Pertemuan tersebut dihadiri  20 mahasiswa, yang di dominasi oleh Mahasiswa Papua dan sebagian kecil Mahasiswa Indonesia ini, dimulai pada Sabtu, 04 /03/2023,  pukul 14.30 WIB. 

Seminar diawali doa pembukaan dan dilanjutkan dengan sambutan dari ketua AMP KK Yogya, Samrad Murib, “Buku ini dapat membawa pembaca melihat realitas di Papua dari awal TRIKORA hingga saat ini dan bagaimana perjuangan Mambesak menggunakan seni sebagai alat perlawanan dan persatuan, Ia berharap budaya menulis dan diskusi dapat terus di kembangkan dalam setiap organisasi” tegasnya. 

Seminar Dan Lounching Buku Sprit MAmbesa Tentang ”PERSATUAN : DARI MANA KITA MULAI ?  dibawakan oleh dua pemateri yaitu Jhon Gobay  perwaklian Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) sebagai pemateri I dan Mahe sebagai pemateri II  dari Perserikatan Sosialis (PS). 

Dalam diskusi pertama, Gobay menjelaskan bahwa, “ Buku Spirit Mambesak merupakan hasil pemikiran kolektif sebagai bahan refleksi individu maupun gerakan dalam melihat upaya persatuan yang dilakukan dari tahun 1960-an hingga saat ini”.

Gobay melanjutkan sejak lahirnya pemberontakan Gerakan Bersenjata pada 28 juni 1965 di Manokwari, diikuti dengan konsolidasi organisasi perlawanan dari OPM Sorong yang di pimpin oleh P. F Awom, OPM Biak dibawah pimpinan Melkianus Awom dan beberapa wilayah basis OPM lainnya terbentuklah Front Persatauan yang diberi nama Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1 juli 1971.  Pada tahun 1980-an OPM sudah tidak berkoordinasi lagi secara nasional. Ditengah situasi ini muncullah “ Gerakan Mambesak”. 

Melihat situasi dan kondisi gerakan saat ini, tidak hanya faktor eksternal (kondisi penjajahan) namun persatuan juga sulit tercipta karena faktor internal seperti, budaya patronisnisasi, anti-kritik juga terciptanya sekat dan perpecahan diantara Gerakan. Lalu, bagaimana menemukan  “Spirit” dari Mambesak dan hubungannya dengan gerakan ”Pembebasan” sesuai konteks hari ini? tutupnya. 

”Persatuan dan Perpecahan adalah dua hal yang tak bisa terpisahkan dari membangun sebuah perjuangan. itu merupakan bagian dari dalektika. yang terpenting dalam membangun organiasi adalah motivasi dari setiap individu dalam melihat dan memaknai tujuan perjuangan karena merupakan kesatuan dari aksi massa” jelas Mahe. 

Persatuan bisa dilakukan dengan melakukan aksi massa melalui, membaca, menulis, diskusi, seminar dan lainnya. Aksi massa harus dilakukan berdasarkan kondisi dan situasi yang objektif, dimulai dari pemetaan kondisi sosial, permaslahan status sosial , kelas  menengah ( buruh, tanih, nelayan ). Terdapat dua hal yang harus di perhatikan yaitu tujuan aksi yang dilakukan dan evaluasi. Pemahaman dalam perjuangan harus dipahami dengan sangat bijak bahwa ” perjuangan itu bukan untuk mencapai kekuasaan tetapi mencapai suatu persatuan” tegas Mahe.

Usai pemaparan materi dilanjutkan dengan sesi diskusi, terdapat beragama pertanyaan, saran dan kritik dari mahasiswa. Tutur Renold, salah satu mahasiswa” saya mengapresiasi buku yang sudah dikaji, harapannya kedepan banyak lagi buku yang diterbitkan oleh AMP  sesuai dengan kondisi objektif masyarakat Papua.

Seminar diakhir dengan doa penutup pada  pukul 16.50 WIB  dan dilanjutkan dengan sesi foto Bersama.



Pewarta: Oceanie

Editor: Admin