foto; Dortheis Iyo Eluai.list |
“Kita sebagai orang Papua boleh berbeda dalam pilihan: otonomi, merdeka, atau federasi, tetapi kita harus tetap bersatu dalam bingkai, yaitu bingkai Papua”, Alm. Bapak Theys Hiyo Eluai, Mantan Ketua Presidium Dewan Papua (PDP) dan Tokoh Pahlawan HAM di Papua.
Pengantar
Tak banyak orang mengetahui lebih jauh tentang nilai-nilai tokoh karismatik ini. Sosok pemimpin Papua Merdeka yang jauh lebih memahami tentang persoalan Papua dan nasib rakyat PapuA. Dia merangkum seluruh orang Papua dari Sorong hingga Samarai untuk berbicara Papua Merdeka secara formal dan birokratis.
Papua hari ini menjadi wilayah yang dijadikan sebagai pasar para kapitalis. Membuktikan instrument dibungkamnya ruang-ruang demokrasi bagi seluruh rakyat Papua oleh pemerintah Indonesia. Kematian tokoh karismatik ini adalah awal kematian HAM di Papua yang menjadi ambang pintu penghancuran demi kepentingan-kepentingan ekonomi politik di Papua.
Untuk memahami lebih jauh tentang tokoh karismatik ini, perlu lebih jauh kita memahami biografinya, nilai-nilai perjuangannya dan refleksi bagi kita, kaum mudah Papua hari ini. Bertolak dari sini, buah perjuangannya menjadi sebuah filosofi awal kita membangun ruang dan strategi kita demi tercapainya pembebasan nasional bangsa Papua.
Biografi Singkat
Dortheys Hiyo Eluay (lahir di Sereh, Sentani, Jayapura, 3 November 1937 – meninggal di Muara Tami, Jayapura, 10 November 2001 pada umur 64 tahun) adalah mantan ketua Presidium Dewan Papua (PDP), yang didirikan oleh mantan presiden Indonesia Abdurrahman Wahid.
- Pendidikan dan awal hidup
Theys dididik di sekolah dasar lanjutan (Jongensvervolg School) di Yoka, pada masa penjajahan Belanda. Dia mempelajari meteorologi dan lalu bekerja sebagai asisten ahli meteorologi di Badan Metereologi dan Geofisika Pemerintah Hindia Belanda. Keluarganya merupakan kepala adat (ondoafi) di Kampung Sereh. Theys sendiri kemudian menjadi ondoafi berkat pendidikannya yang lumayan tinggi.
- Karier politik
Tahun 1977, Theys pindah ke Golkar. Ia menjadi anggota DPRD I Irian Jaya hingga tahun 1992. Tahun 1992, Theys membentuk Lembaga Musyawarah Adat (LMA) yang menyatukan 250 suku Papua. Theys terpilih dan dinobatkan selaku Pemimpin Besar LMA Papua. Ia kemudian menobatkan diri jadi Pemimpin Besar Dewan Papua Merdeka.
Pada 1 Desember 1999, Theys mencetuskan dekrit Papua Merdeka serta mengibarkan bendera Bintang Kejora. Lalu pada Mei-Juni 2000, ia mengadakan Kongres Nasional II Rakyat Papua Barat, yang lalu dikenal sebagai Kongres Rakyat Papua, Jayapura. Dalam kongres itu, Theys terpilih sebagai Ketua PDP.
- Kematian
Pada Sabtu, 10 November 2001, sehabis mengikuti acara di Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Tribuana Hamadi, Jayapura. Saat dalam perjalanan pulang, ia sempat menghubungi istrinya, Yaneke Ohee Elluay. Namun, tak lama kemudian, Ari yang menjadi sopir Theys mengabarkan kalau ia dan Theys tengah diculik. Begitulah, esoknya Theys ditemukan tewas di dalam mobilnya yang tersungkur ke jurang, dekat Skyland Jayapura.
Dari hasil penyidikan, ternyata pembunuhan ini dilakukan oleh Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Beberapa anggotanya, antara lain Letkol Hartomo, dipecat secara tidak terhormat.
Theys akhirnya dimakamkan di Sentani (Lapangan Theys Hiyo Eluai) tempat kelahirannya Sentani. Pemakamannya dihadiri lebih dari 10.000 orang Papua dan non Papua.
Nilai-Nilai Perjuangan
Tak cukup ketika kita mengatakan Theys sebagai tokoh perjuangan Papua Merdeka. Tak cukup juga ketika kita mengatakan Theys sebagai tokoh adat. Banyak sekali nilai-nilai perjuangan yang penting untuk kita pahami dan refleksikan untuk generasi mudah Papua sekarang. Untuk melanjutkan perjuangan ini penting untuk kita pahami dan ilhami etika, nilai, dan sebuah refleksi positif yang harus kita pahami bersama.
Berikut ini adalah nilai-nilai perjuangan Theys:
1. Nilai Kemanusiaan
Theys dalam kehidupannya sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaannya terhadap sesama. Terbukti ketika kematiannya hingga proses pemakamannya di Lapangan Theys, Sentani. Seluruh took-toko, hingga kios-kios kecil dan menengah milik masyarakat Papua hingga pendatang menyerukan seuan duka bersama atas kepergiannya. Hampir 10.000 rakyat, tidak terhitung yang ada di kota-kota lainnya. Theys sangat dekat dan mencintai siapa saja yang ada di bumi Papua.
Nilai-nilai kemanusiaannya melegitimasikan kehidupannya yang begitu kejih yang dilakukan oleh militer Indonesia dalam hal ini Kopasus. Theys juga sewaktu masih hidup, dia sangat dekat sekali dengan tetangga rumahnya hingga hampir sleuruh kota Sentani dia dekati. Tak luput, perjuangan kemanusiaannya menjadi tolak ukur dia dalam memperjuangkan kemerdekaan Papua secara damai.
Perjuangannya juga tidak memandang agama atas sikap politiknya. Theys mampu mencuri hari rakyat non Papua di Papua sebagai bentuk momentum langkah awal kemerdekaan, pada saat itu.
2. Nilai Keadilan
Theys menyatakan sikap untuk melepaskan jawabatannya sebagai seorang elit Partai Politik dan bergabung sebagai tokoh gerakan perjuangan Papua Merdeka, bukan karena kekalahannya dia dalam pemilu tahun 1999, bukan juga karena kepentingan dia secara indivudi atau kelompok, tetapi ingatan penderitaan dan spirit perlawanannya yang membuat terbukanya adanya ketidak adilan di Papua.
Theys merasa adanya Papua terlepas dari NKRI adalah sebuah jalan keadilan yang absolut dan merata. Theys juga sangat merasakan siasat penderitaan yang dialami oleh rakyat Papua secara menyeluruh.
3. Nilai Agama
Setiap hari minggu, Theys sering pindah-pindah gereja. Kadang di Jemaat GKI, kadang juga di Pantekosta. Dia tidak beribadah di satu tempat. Maksudnya, karena dia ingin tahu apakah pendeta-pendeta dari jemaat/Gereja itu berdoa untuk perjuangan di tanah Papua atau tidak? Suatu hari, Theys pergi beribadah Minggu di sebuah Jemaat GKI di Dok 9 Kali, Jayapura. Saat berdoa syafaat (doa untuk semua masalah di jemaat dan di masyarakat) perjuangan rakyat Papua Barat tidak didoakan. Sehingga Theys marah. Waktu pulang Theys bilang, “Pendeta tadi itu tidak baik. Masa, dia hanya doakan negara Indonesia tetapi tidak berdoa untuk penderitaan dan perjuangan rakyat Papua Barat, padahal dia dapat gaji dari rakyat Papua yang sedang berjuang. Bukan negara Indonesia yang kasih makan dia”.
Theys juga pernah berkata, “Dulu saya adalah Saul, tetapi sekarang saya adalah Paulus”
4. Nilai Budaya
Theys telah mewariskan dan meninggalkan senjata paling ampuh, yaitu perlawanan dengan cara damai berdasarkan kasih dan santun adat. Perlawanan damainya melegitimasi perlawanan santun adat asli orang Papua.
5. Nilai HAM
“Sebenarnya tokoh HAM di Indonesia itu Theys Eluai,” pengakuan istri Alm. Widji Thukul, penyair dan penulis puisi perlawanan.
Theys menjadi tokoh pejuang HAM di Papua yang mengedepankan nilai hak-hak sipil masyarakat untuk memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan bagi setiap individu dan kelompok bagi rakyat Papua.
6. Nilai Persatuan
Pada saat masyarakat terpeceh-belah dalam faksi-faksi yang pro Merdeka, Otonomi dan Federasi sekitar tahun 1999, Theys pernah menasehati semua pihak, khususnya rakyat Papua supaya tetap bersatu. Kata Theys, “Kita sebagai orang Papua boleh berbeda dalam pilihan: otonomi, merdeka atau federasi, tetapi kita harus tetap bersatu dalam satu bingkai, yaitu bingkai Papua”. Ini adalah cara Theys mempersatukan semua unsur rakyat Papua dengan kepentingannya yang amat beragam.
“Bersama Kebenaran Sejarah Aang Bintang Kejora”
Materi diskusi AMP KK Yogyakarta pada, 10 Novembar 2015. -------------------------------------------------------
Referensi :
1. Baca juga: https://id.wikipedia.org/wiki/Theys_Hiyo_Eluay
2. Sebagian di kutip dari (Giay. B, 2006. Pembunuhan Theys, Kematian HAM di Tanah Papua. Yogyakarta. Galang Press)
3. Giay. B, 2006. Pembunuhan Theys, Kematian HAM di Tanah Papua. Yogyakarta. Galang Press (Hal. 207)
4. Wawancara sambil diskusi oleh salah satu aktivis AMP bersama istri Widji Thukul di Solo beberapa waktu lalu.
5. Giay. B, 2006. Pembunuhan Theys, Kematian HAM di Tanah Papua. Yogyakarta. Galang Press (Hal. 203)