AMP KK Bogor saat |
Bogor-Infi-AMP mahasiswa dan rakyat Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Bogor kembali turun jalan menuntut kepada Indonesia, Amerika, Belanda dan PBB untuk mengakui kedaulatan negara Papua Barat yang pernah merdeka pada tanggal 1 Desember 1961 di Holandia (Kini Jayapura) dan di proklamasikan pada tanggal 1 Juli 1971 dikumandangkan oleh Brigjend Zeth Jafet Rumkorem di Desa Waris, Victoria Papua Barat.
Di sela-sela itu kordinator aksi Yosias Iyai mengatakan bahwa �saya mewakili kawan-kawan seperjuangan amp komite kota Bogor menegaskan, segera berikan kebebasan dan menentukan nasip sendiri sebagai solusi bagi masalah status politik Papua Barat�
�Segera menutup dan menghentikan aktivitas eksploitasi dari semua perusahaan yang ada di tanah Papua terutama PT. Freeport dan segera menarik militer Indonesia dari bumi Papua� ujar iyai.
Dalam penyampaian orasi politik yang dilaksanakan di depan tugu kujang ini sangat meriah, perwakilan suara perempuan Papua Adolphina Tekege menyampaikan bahwa �kami perempuan Papua tidak merasa diri kami rendah tetapi kami terlibat dalam perjuangan Bangsa Papua ini karena kami tahu bahwa demi tanah Papua kaum perempuan dibunuh, diperkosa dengan seenaknya. Kita juga tahu bahwa setiap generasi anak Bangsa Papua yang lahir dari kandungan mama-mama Papua sudah dari dalam rahim telah mengetahui bahwa NKRI harus dilawan, dan perjuangan bangsa Papua harus diperjuangkan hingga titik darah penghabisan.
Selain dari itu, ketua AMP Komite Kota Bogor Semuel Nawipa juga menegaskan bahwa �bertepatan dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat ke-43, AMP tetap pada posisi bahwa NKRI adalah musuh abadi, kami tetap akan melawan, menuntut NKRI , Amerika, Belanda dan PBB untuk segera mengembalikan kedaulatan bangsa Papua Barat.
Selain dari itu, massa aksi menduga bahwa �Kehadiran NKRI di tanah Papua adalah Ilegal melalui manipulasi sejarah Bangsa Papua barat melalui Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969 oleh Indonesia, Belanda, Amerika dan PBB. Berlansungnya aksi ini selama 3 jam 30 menit, dan kordinator aksi membacakan pernyataan sikap, kemudian akhirnya ditutup dengan doa oleh seorang massa aksi yang dipercayakan, dan massa aksi meninggalkan tempat aksi dengan tertip. Natho Iyai