Man Bilong west papua long pic. |
Rakyat West Papua jangan pernah menyerah membela dan memperjuangkan kebenaran sesuai fakta dan kejadian sejarah pada 1 Desember 1961 silam; adalah sebuah seruan. Bangsa Papua sudah merdeka, tapi Indonesia mengkoloni, merampas hak rakya, dan maniadsakan nilai kemerdekaan bangsa West Papua. Oleh karena itu, rakyat harus merebut kembali negara West Papua sementara gantungkan oleh pemerintah Indonesia.
Maka dalam tulisan pendek ini ingin penulis sampaikan bahwa alasan-alasan yang sangat melukai hati rakyat Papua barat. Lukai bukan karena pendidikan di Papua sangat prihatin, atau anak muda papua lebih banyak luangkan energinya untuk hal negatif yang sengaja di ciptakan, bukan juga karena soal ekonomi atau pun hal makan-minum yang tidak membagiratakan kepada seluruh rakyat sebagai bentuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Tetapi atas tindakan caplok wilayah west Papua kedalam Republik Serikat Indonesia (RIS) Setelah sebelumnya menjadi NKRI.
Perbedaan sirat real Sejarah bahwa bangsa Papua sangat berbeda dengan Indonesia. Dalam Proklamasi yang di bacakan oleh Ir. Soekarno, di jln. Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat, batas wilayah Indonesia hanya sampai di Ambonia saja. Papua dan Pulau Papua (Irian Jaya) belum di sebutkan didalamnya. Karena, walau Markas Besar Kolonial Belanda sama-sama berdiri di Batavia (Kini disebut Kota tua Jakarta Pusat) dan Holandia (Kini disebut Jaya Pura-Papua) pada saat itu, namun sistem atministrasinya yang beda. Koridor Pulau Papua sentralnya di Holandia.
Selain itu, dalam Kitab UU, satupun tak pernah mengatur dan memuat tentang hak hidup bangsa Papua. Maka wajar saja infasi militer yang di lancarkan melalui rakitan operasi militer ke Papua dan pendekatan-pendekatan militeristik upaya pemaksaan mengindonesiakan rakyat Papua. Dampaknya hal ketakutan menjadi hatu dalam hidup kemudian Pepera 1969 pun di menagkan atas kehendak Indonesia dengan cara Musyawara. Saat itu penduduk OAP berjumlah 800 ribu juta jiwa, namun atas tekanan dan desakan militer yang mewakili hanya 1028 orang kemudian yang memilih juga hanya berapa orang saka atas tekanan dan tawaran NKRI harga mati atau Mati dibunuh.
Maka sejarah 1 Mei 1963 adalah sandiwara antara Belanda, AS (UNTEA) dan Indonesia untuk menjawab Trikomando yang di kumandangkan di Jogja Pasca Negara west Papua baru berumur 18 hari (Trikora, 19 Desember 1961-Red).
Kemudian sejarah Pepera 1969 adalah buah bibir rakyat Papua atas tindakan militeristik dengan melancarkan rakitan berbagai operasi upaya pendekana dalam mempersiapkan Pasca jemput Pepera, yang kemudian di menangkan oleh NKRI sesuai kehendak mereka.
Atas alasan Papua bukan NKRI (Papua di Paksakan jadi Indonesia), kemudian sebuah kata yang mempublik hari ini bahwa Indonesia adalah Aceh sampai Papua. Hal ini sangat keliruh. NKRI adalah negara yang berdiri diatas tiap bangsa-bangsa dari suku-suku dan kelompok-kelompok Marga atau keretnya. Yang dulunya dikenal dengan RIS (Republik Indonesia Serikat). Maka sangat “longgar” pemahamannya soal satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air.
Jikalau itu adalah bahasa pasaran untuk klaim dan meniadakan ‘kebesaran’ suku-suku bangsa, maka Negara Indonesia tidak mengakui akan hitam kulit dan keriting rambut. Juga ia tidak mengakui adat istiadat dan kebiasan orang Papua. Pertanyaannya Budaya dan Ciri-ciri Negara Indonesia seperti apa?
Kemudian berikutnya adalah telah lenyapkan Dokument sejarah setelah di bakar, dan catatan-catatan sejarah dalam bentuk pendidikan formal dari TK hingga Sekolah tinggi. Kurikulum pembelajaran di setiap sekolah adalah nilai-nilai ideologinya bukan juga ideologi Pancasila, namun Ideologinya Kapitalisme, sekolah yang bentuknya pasar. Lantar saja Pendidikan Gaya bank adalah Budaya Pendidikan Formal NKRI. Belum lagi soal catatan sejarah Papua yang haram bagi NKRI dalam Pendidikan Formal.
Selanjutnya adalah sejak infasi militer di papua, hingga saat ini, para wanita dan ibu-ibu kami di perkosa, perutnya, di bantai, dibunuh habis-habisan Pasca berlangsungnya Papua di jadikan daerah DOM. Kemudian, hari ini dengan polah yang beda, dengan cara modern talah membuka pintu bagi budaya asing dan barang-barang larang yang tentunya merusak tubuh, lebih banyak di persilahkan untuk dikonsumsi kepada anak-anak mudah yang masih produktif. Ini adalah penghancuran masa depan Papua yang punya harapan kemudian di hancurkan. tentu tujuannya.
Namun Ideologi dan nasionalisme kebangsaan, semangat 61 yang terus berkobar, terus membara di setiap benak hati, pikiran, hingga meluap pada aksi-aksi demokratis untuk menawarkan solusi demokratis bagi bangsa Papua untuk tentukan hidupnya sendiri adalah cara yang paling sopan. Dan suatu evaluasi kepada Negara yang tak pernah hargai Hak hidup rakyatnya sendiri. Wajar kalau Papua sebab koridornya dari pandang mata.
Maka atas dengan kebenaran sejarah dan sang bintang kejora yang tersinari bagi parah hantu-hantu jalanan dan rakyat yang melawan, tuntunanya adalah lentera jiwa bagi bangsa Papua.
Atas hakikat sejarah dan kebebasan kodrad, Itu sebabnya bangsa West Papua generasi ke generasi tidak akan pernah padam api perjuangan yang terus berkobar-kobar hingga Papua Merdeka secara hakiki.
Penulis adalah aktivis AMP KK Jakarta, Sektor Kota Tangerang, Mahasiswa Asal Papua