AMP Komite Kota Jakarta dan Sektor Tangerang usai diskusi, 06 July 2018 "AMP KK Jakarta dan Sektor Tangerang : Diskusi 20 Tragedi Tahun Biak Berdarah" |
Jakarta- Pada hari jumat, 06 July 2018, pukul:09 00 WIB s/d Selesai, Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Jakarta dan Sektor Tangerang telah melakukan diskusi bersama mengenai " 20 Tahun Tragedi Biak Berdarah: Kekerasan kolonial dan militer Indonesia di Atas Tanah Papua Barat" di Asrama Mamteng Tangerang. Massa diskusi yang hadir sebanyak 25 orang, dengan Pematik dari AMP Jakarta dan Notulensi dari AMP sektor tangerang.
Kronologis diskusi:
Diskusi di mulai tepat, pukul 10:00 WIB. Pematik mengarahkan diskusi dengan mengawali serta menguraikan situasi saat Biak berdarah dengan memberikan beberapa ringkasan sejarah untuk sebagai pemahaman bersama.
Dan selama pematik menceritakan sejarah Papua mauapun Biak berdarah, ada beberapa pertanyaan Refleksi yang dilahirkan yaitu, Kenapa rakyat Papua Bersatu untuk melawan kolonial Indonesia disaat itu? Apakah engkau mau belajar sejarah? Apakah kita masih aman dalam bingkai NKRI ini? melalui pertanyaan inilah, catatan bagi kita besama untuk mengagas bersama.
Ada sebuah kisah yang di Paparkan oleh Pematik dan menceritakan sebuah kisah Hidup dari seorang mama saat itu, Yoti Mama Tineke:
Kisah Mama Papua saat Biak Berdarah
"20 tahun lalu, Mama Tineke Rumkabu berlari menyusuri jalan setapak kecil yang mengarah ke menara air di Biak sambil membawa makanan dan kopi ketika peluru-peluru terbang ke segala arah. Sebuah helikopter terbang di atasnya--sambil juga memuntahkan peluru. Mama Tineke tersungkur setelah terkena pukulan di bagian belakang kepalanya. Kepalanya disiram kopi. Di aspal, tubuhnya diseret, kaki, perut, lalu kakinya lagi, ditendang oleh tentara. Mama Tineke berdoa pada tuhannya. Tentara itu meneriakinya, "Berdoalah! Panggil tuhanmu supaya dia menolongmu di hari-hari terakhirmu ini!" Tapi tentara lain datang sebelum tuhan. Ia memukul Mama Tineke dengan popor senapan. Menyeretnya, tapi kemudian bilang: larilah, agama kita sama jadi larilah!
Mama Tineke lari ke sebuah rumah, masuk ke sebuah ruangan dan bersembunyi di sana. Tapi di tempat itu masih kurang aman. Seorang kawannya, juga perempuan, berkata bahwa ada tangki tinja di rumah ini. Kemudian selama kira-kira empat jam, mereka berdiri di dalam tangki itu. Empat jam menunggu tuhan yang belum kunjung datang. Mereka tak tahan, kemudian keluar dan kembali tertangkap. Mata Mama Tineke ditutup kain hitam, kemudian dilempar ke dalam sebuah truk yang di dalamnya berisi banyak orang lain; laki-laki, perempuan, orang tua, juga anak-anak. "Tuhan, tolong kami. Tuhan tolong kami."
Mama Tineke dibawa ke suatu tempat, yang kemudian ia tahu bahwa tempat itu adalah sebuah kantor militer, dan di sana ia bersama yang lain disiksa habis-habisan. Mama Tineke ditelanjangi. Lengannya diiris-iris dengan bayonet dan disundut rokok. "Kita tak mau diperkosa, kita tak mau diperkosa!" Mama Tineke mendengar teriakan itu dari mulut temannya. Seorang tentara kemudian memaksa membuka lebar kaki perempuan itu, menyalakan sebuah lilin dan memasukkan lilin itu ke dalam vagina perempuan malang itu. Hal yang sama juga dialami oleh Mama Tineke.
Di ruangan yang berkali lipat lebih mengerikan dari tangki tinja itulah Mama Tineke Rumkabu mendengar teriakan perlawanan terakhir Martha Dimara: Lebih baik kau bunuh saya daripada kau perkosa saya! Ujung tajam bayonet menusuk dada perempuan itu. Kemudian dipisahkan oleh tentara kepala dari tubuhnya. Payudaranya, diiris. Seorang perempuan kecil diperkosa hingga mati. Vagina dan klitoris perempuan-perempuan malang itu diiris. Mereka diperkosa berulang kali. Darah bercecer di mana-mana. Delapan perempuan mati di ruangan itu. Empat lainnya hidup dan lari, yang salah satunya adalah Tineke Rumkabu. Ia lari ke hutan selama dua bulan sebelum akhirnya tertangkap lagi dan dijebloskan ke penjara".
Setelah di certakan, sebuh kisah yang di alami oleh mama Tinike di lanjutkan dengan ruang diskusi tepat pada pukul 10:30 WIB, sehingga mearik pertanyaan untuk setiap mahasiswa yang hadir saat diskusi berperan aktif dalam diskusi tersebut untuk memberikan pendapat dan tanggapan.
Ada pun, tanggapan yang di berikan oleh “Yunus mencetitakan, melalui apa yang saya dengarkan dari orang tua pada Tahun 1998-1999 penjagaan ketat yang dilakukan oleh militer terhadap perusahan asing di Biak, bukan hanya Biak tetapi didaerah lain seperti Serui, Waropen dll. Lanjut, ia pun mengatakan bahwa saat itu tuntutan utama yang dilakukan oleh masyarakat dibiak adalah menolak perusahaan ikan yang sudah berhasil ditutup dan juga mereka menolak adanya perusahaan asing lainnya yang datang dan mau merusak alam Papua. Saat itu mereka berpikir untuk generasi penerusnya agar tetap tercatat dalam benak dan hati anak-anaknya. dan Yang paling sedih sekali adalah ketika saya membaca 20 tahun tragedi biak berdarah, dimana pada saat itu mama-mama kita disiksa, diperkosa, dianiaya, dan dibunuh. Bagimana degan generasi kita yang masih biasa dengar cacatan sejarah, bagimana dengan perasaan kita saat ini? Yang jelas pasti kita akan merasa sakit hati dan semangat emosional perlawanan itu akan timbul dalam diri kita".
Dan selanjutnya juga oleh“Che Gide, mengatakan pada tahun 1998 Biak berdarah itu di Indonesia sendiri zaman bangkitnya era reformasi dan di Papua sendiri adalah zaman bangkitnya perlawanan dan pertumpahan darah yang besar-besaran. Daerah Operasi Militer (DOM) 1977 di tanah Papua serta pada waktu itu, Rakyat Biak lebih mengerti pada saat suharto mau jatuh. dan Rakyat Biak dianggap berbahaya pada saat itu, Suharto mempunyai kekuasaan jatuh pada saat itu rasanya bebas pada saat itu. dan pada kasus Wamena benderah Bintang Kejora berkibar beberapa hari karena suasananya bebas. Dilihat dari Motivasi Pak Filip Karma biar Biak merdeka dulu baru daerah lain merdeka karena pembacaan Filep Karma. Setelah itu Timur leste juga memamfaat kan sisuasi ini untuk merdeka, termasuk aceh dan daerah lain. Pada saat itu mempersiapkan para politikus untuk merdeka, namun pemerintah datang membubarkan bahkan ada yang dibunuh hingga ada yang melarikan diri dihutan. Lebih sadis lagi 32 nyawa telah tewas setelah tragedi Biak berdarah itu. Perjuangan itu sudah ada pada zaman Arnol AP, Kritis moniter terjadi pada zaman era reformasi, gerakan” itu sudah ada Tahun 1970an pada saat itu rambut kribo di anggap OPM dan ditangkap sehingga situasi saat itu masyarakat Biak dan sekitarnya hidup dalam tekanan dan ancaman militerisme, dan Biak berdarah cerita itu dari orang tua nenek moyang kita itu sudah pernah ada, jadi bagi kita Kawan-Kawan kita jangan melewatka diskusi seperti ini, ini sangat penting supaya kita tau bawah duluh orang tua kita mengalami seperti ini" Ujarnya
Ada seorang kawan lanjut dan mengatakan bahwa Wamena saat ini masih dingap daerah rawan oleh TNI/ POLRI, Sehingga, masyarakat susah bergerak untuk melakukan aktivitas terlebih hari-hari agenda nasional seperti Biak berdarah. Di Papua kita susah belajar sejarah, tempat belajar sejarah disini, dalam arti diluar papua; Kenapa kita masih ada dalam bingkai NKRI padahal kita sudah deklarasikan kemerdekaan West Papua? Ujarnya. Ada sebuah pertanyaan yang timbul dari seorang kawan ia mengatakan mengapa Papua sudah merdeka tapi sampai sekarang kita masih ada dalam Indonesia?
"Indonesia tidak ingin Papua untuk merdeka karena Papua mempunyai kekayaan alam memlimpah, Indonesia tidak mau Kehilangan kekayaan alam itu sendiri, negara sampai saat masih kuras kekayaan alam ini. Hal inilah yang membuat Indonesia tidak bisa lepaskan Papua dari Indonesia. Dalam hati kecil orang Papua, terus ada hati dan cinta akan Papua merdeka itu, ada namun kenyataan mereka ditawarkan hal-hal menis oleh pemerintah Indonesia terhadap masyarakat Papua dengan tujuan orang Papua lupa akan rasa ingin merdeka lagi pula mereka mematikan pola pikir orang Papua untuk melemahkan api perlawanan itu dari kehidupan orang Papua. Buktinya Persiden jokowi sudah 7 kali kujungan ke Papua untuk menutup orang papua yang ingin lepas dari NKRI. Cara yang digunakan oleh NKRI adalah peresiden bawah diri kemasyarakat dan TNI/POLRI main dibelakang dan memusnahkan orang Papua. Dilihat dari sejarah 1961 setelah Deklarasi Papua. Demi kepintingan imprealisme,kapitalisme terbesar termasuk Kontrak karya Pt. Freeport dan perusahaan lainnya. Maka terjadilah DOM (daerah operasi militer) dipapua. Waktu itu, Papua Barat sejak 1 desember 1961 sudah merdeka namun dibatalkan oleh Sukarno dengan kirim trikomando rakyat yang bersisi tiga tuntutan: Bubarkan negara buatan boneka, Kibarkan merah putih di seluruh tanah papua, Sosialisasi di seluruh tanah papua".
Dan ungkap Yunus juga, Kenapa Indonesia merelakan Timur leste mereka, namun kenapa tidak mau melepaskan Papua Barat? Karena Indonesia punya perhitungan bawah Timur leste hanya minyak sedangkan Papua punya kekayaan alam melimpah yaitu, minyak ada disorong,emas ada di timika dll. Konflik pilkada adalah taktik-nya pemerintah agar masyarakat saling membunuh. Kunjungan persiden ke Papua tujuan hanya untuk survei tempat untuk membagun modal untuk kepentingan negara. Setelah hari proklamasi hingga saat ini TNI polri bermain lewat politik untuk menghabiskan OAP dari tanahnya sendiri. Saat ini yg terjadi orang tua kita di Papua Barat adalah menceritakan mengenai politik kolonial dibandingkan situasi yang terjadi di Papua. Maka, hal yang terpenting Harus ada sosialisasi diPapua. dan perlu ketahui bahwa, Kawan-Kawan kita OAP banyak yang tidak memahami tentang sejarah Papua, karena terlalu keenakan dengan jaman globalisasi saat ini. Dan kita menuju pada konteks biak berdarah, Setelah kejadian biak berdarah, wamena berdarah itu sudah ada gerakan perlawanan namun kesini-kesini sudah tidak ada lagi untuk mengambil tindakan tersebut, Tetapi yang perlu kita lihat, wadah atau organisai itupun ada namun mereka lebih bahas yang lain dibanding sejarah Papua pada hal kita sedang dijajah oleh Indonesia, semuanya karena kita sudah merasa aman dengan sisuasi yang ada saat ini. Politik ini membuat kita lupa akan sejarah perjuangan rakyat Papua.
dan selanjutnya oleh Ali, mengatakan "Menyangkut sejarah 1977 orang Papua banyak yang korban. Dahulu di bokondini itu ada markas OPM, menurut cerita orang tuanya banyak yang korban yang sampai sekarang dan tidak pernah dihitung kejadian Sebelum Biak berdarah. dan jugaTiom berdarah ada 4 orang yang pernah bapa saya antar, dan sampai saat ini tempat itu militer sudah mendirikan pos penjagaan, banyak marga Tabuni yang melarikan diri ke daerah-daerah terdekat sejak tahun 1977. Sampai ada yang lari ke Vanuatu. Di akibatkan kerana Trauma,dahulu yang saya dengar tentara datang mereka larikan diri, namun sekarang ini cara pola permainan militer sekarang lebih halus. Untuk melawan ini apa yang harus kita lakukan? ada bebarap hal yang dapat saya sampaikanYang pertama kita harus benar-benar memahami sejarah. dan Kita harus belajar banyak hal tentang sisuasi internal dan external. dan seperti itu pun, Kasus Biak berdarah kita kembali melihat Kawan-Kawan kita dari Biak, orang-orang tua tidak mau menceritakan kepada anak cucu dangan alasan orang tua tidak mau trauma ini tadak mau terjadi lagi terhadap anak-nya. Hal-hal yang harus kita lakukan sosialisasi terhadap kasus-kasus yang terjadi seluruh tanah Papua yang memberikan jalan kelauar bagi rakyat Papua. Kongres Papua ke-2 di Jayapura dari Sorong sampai Samarai sudah ada di Jayapura, bayangkan pada saat itu belum ada trasportasi yang ada saat ini. Mau belajar sejarah, berjuang untuk tanah itu kembali ada ditangan kita masing-masing. Tekanan dari orang tua terhadap anak, jangan ikut demo masalah Papua merdeka, karena degan pengalaman orang tua yang sudah mengalami trauma".
di tambahkan juga oleh Che Gide bahwa "Yang harus kita buat sebagai kaum yang berintelektual Kita bergerak berdasarkan sejarah, Belajar mengenai pendidikan ekonomi politik, Kita selalu update sisuasi internal dan external seperti Isu gizi buruk ini dibuat oleh pemerintah sengaja , Strategi NKRI saat ini adalah melalui ekonomi, politik, kesehatan. Kasus-kasus biak berdarah, wamena berdarah dan sebagainya sehingga orang Papua wajib belajar soal ini, Yang kedua sosialisasi ke setiap daerah yang sudah korban kekerasan oleh militer Indonesia". dan Rakyat Papua beribu-ribu jiwa yang telah korban namun Indonesia tidak pernah tayangkan dilayar kaca TV Indonesia itu kenapa? ini untuk tugas kita belajar untuk memahami sejarah, oleh karena itu belajarlah sebanyak mungkin yang bisa kita belajar untuk melawan sistem yang sedang menindas rakyat Papua. Bacalah sebanyak mungkin karena buku adalah tiket untuk keliling dunia".
Diskusi berakhir tepat pada pukul 12:20 WIB, sebelum diskusi di tutup ada beberapa poin penting yang di sampaikan untuk mendorong perjuangan Pembebasan Nasional Papua Barat Bersama, terutama di tegaskan untuk Lebih Banyak Belajar dan memperdalam Sejarah Papua, Banyak membaca buku, Banyak diskusi, Sosialisasi tentang pentingnya sejarah bangsa Papua kepada orang tua, keluarga dan siapa saja yang kita jumpai, Membuat catatan sejarah dalam bentuk audio visual (video dokumenter) . itulah beberapa point inti yang menjadi rekomendasi untuk kita lakukan bersama dalam melawan lupa tragedi Biak Berdarah maupun perjuangan pembebasaan kebangsaan. Dengan itu, melawan lupa maka kita melawan musuh utama kita yaitu, KOLONIALISME, IMPERIALISME, MILITERISME sampai kepada “HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI BAGI BANGSA WEST PAPUA “
PAPUA MERDEKA
Pewarta, Helena
Penulis adalah Ketua Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Jakarta