Halloween party ideas 2015

ilustrasi gambar. sumber:ppriportal


Oleh: Paulus Tekege*


Di Belahan dunia mulai dari barat hingga ke timus saling menjajah antara negara yang merdeka dengan wilayah-wilayah yang belum merdeka. Dimana daerah yang memiliki potensi sumber daya alam tentu menjadi rebutan antara negara-negara yang sangat kuat demi kepentingan meningkatkan pendapatan belanja negara juga keuntungan pemodal nasional dan internasional (surplus).


Monopoli negara terhadap wilayah yang dikoloni masyarakat menjadi sasaran korban atas kekayaan alamnya.Rakyat akan ditindas dalam segala bidang mulai dari pemerintah yang dibangun tidak memiliki niat baik untuk memberdayakan masyarakat setempat. Tanah yang mempunyai potensi Sumber Daya Alam (SDA) tinggi akan dirampas secara paksa atau melalui perjanjian tentu yang tidak akan melibatkan pemilik hak ulayat. ironisnya lagi, Pendidikan yang tidak memadai dalam hal fasilitas sekolah hingga guru tentu buruk sebab dibenak kolonial mendasari dengan asumsi bahwa ketika mereka cerdas akan melakukan perlawanan. Begitu juga dibidang ekonomi. Sama sekali tidak diberdayakan ekonomi, atau tidak memberikan peluang kememandirian bagi rakyat tertindas. Lantas Ia membuat rakyat tertindas ketergantungan terhadap kolonial.


Ketika mempelajari sejarah dari beberapa negara yang menjadi daerah kolonial hampir sama, misalnya: sistem pemerintahan, perjanjian-perjanjian, penggunaan kekuasan dan sebagainya. Akibat dari pada itu secara perlahan masyarakat akan sadar semua keburukan dari kolonial. Kemudian akan melakukan perlawanan baik itu dengan cara damai/perjanjian, kompromi, dialog bahkan juga kekerasaan. Hal itu terbukti dalam sejarah negara-bangsa yang sudah merdeka di belahan dunia.


Dalam sejarah negara tersebut terjadi berbagai hal yang menjadi potrem penjajahan. Misalnya tragedi genosida, kekerasan militer, pembunuhan dan lain yang menjadi memori pasionis memory ingatan bagi masyarakat. Hal semacam itu akan berdampak buruk mengganggu psikologi warga. Bahkan Perserikatan Bansa-Bangsa (PBB) menila peristiwa ini menjijikan; tindakan tidak manusiawi atau dalam kategori kemanusiaan disebut Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Sebuah  hukum yang diatur untuk menghargai antara sesama manusia tak ada yang lebih dan kurang tanpa memandang suku, agama, ras serta golongan semua memiliki  hak dan kewajiban sebagai manusia yang sama harkat dan martabat, hukum itu di langgar.. 


Saking banyaknya peristiwa seperti diatas PBB mengatur tentang kebebasan manusia di muka bumi ini salah-satunya tentang kemerdekaan suatu bangsa yang berbunyi “Hak Menentukan Nasib sendiri” menegaskan bahwa untuk memilih merdeka daerah kolonial ditentukan nasib bangsa secara umumnya bisa memimpin bangsa sendiri secara mandiri, aman dan damai.


Dari sepanjang rentetan sejarah di atas bagi wilayah yang menduduki kolonial jalan satunya untuk keluar dari pemerintah kolonial untuk membentuk sebuah negara baru adalah KEMERDEKAAN untuk melepaskan status daerah kolonial menjadi negara sendiri.


Status papua juga masih dalam daerah kolonial dijajah oleh kolonial Indonesia mulai dari tahun 193 sampai hari ini. Persoalan diceritakan yang diatas juga dialami oleh masyarakat Papua. Pendudukan kolonial di tanah Papua tidak lain dari kepentingan ekonomi  sebab papua memiliki sumber daya alam yang tinggi mulai dari kesuburan tanah, emas, hutan bahkan hal yang belum sebut satu persatu.


Pelajaran sejarah yang dialami oleh negara lain dan tindakan kolonial hari memberi kesadaran betapa kejamnya kolonial  membuat masyarakat papua muak bahkan rakyat papua tidak ada masa depan hidup bersama kolonial sehingga rakyat papua melakukan perlawanan untuk menentukan nasib sendiri bagi bangsa Papua.


Kemerdekaan bagi bangsa Papua secara undang-undang kolonial indonesia mendukun seperti tulisan dibawa ini “Kemerdekaan Ialah hak segala bangsa maka penjajah diatas dunia harus dihapuskan karna tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan” Pembukaan Udang-Undang Dasar, di alinea pertama.


Ketika memahami pernyataan tersebut wajah Indonesia sesungguhnya juga anti kolonial. Sebab diketahui bahwa daerah yang mengkloni prakteknya tentu tidak sesuai dengan nilai kamanusiaan dan keadilan yang sebagaimana negara yang beranggota dalam PBB acuh tak acuh menjunjung tinggi kedua nilai tersebut. Akan tetapi dalam sisi lain ini hanya sebuah pernyataan, tidak dengan sifat keaslian dan tindakannya. Lihat saja West Papua hari ini. .


Untuk tangisi sejarah bangsa Papua sepanjang hidup bersama kolonial yang membuat hati rakyat Papua sakit menderita diatas tanah sendiri, itu mengingatkan kembali sebuah lirik lagu dalam grup mambesak yaitu “Yang Ku Damba Yang Ku Nanti Tiada Lain Hanya Kebebasan.” Ini  pernyataan juga sebagai ungkapan kerinduan rakyat Papua bahwa tidak adalah jalan lain untuk keselamatan bagi rakyat Papua dari cengkraman kolonial Indonesia selain Kemerdekaan/ Bintang pagi itu terbit di ufuk timur. Anggapan orang Papua bahwa jika bukan kemerdekaan menyelamatkan Orang papua, maka hanya tinggal cerita diatas tanah tumpah darah mereka/Bumi cendrawasih tercintah.


*Penulis adalah Mahasiswa, Sekertaris AMP Komite Kota Yogyakarta


Komentar Anda

[disqus][facebook]
Gambar tema oleh duncan1890. Diberdayakan oleh Blogger.
Koran Kejora View My Stats