Kekerasan Militer Indonesia Di West Papua (Foto/Google) |
Oleh,Natho M Pigai**
Lingkaran kekerasan di Tanah yang di berkati” yaitu “Tanah Papua”, mencerminkan personalan yang serius. Tragedi kekerasan hadir silih berganti, tetapi perjuangan sejarah politik papua tetap ada dalam hati seluruh rakyat Papua.
Kenyataan sejarah Papua memperlihatkan secara jelas bahwa hingga kini masalah Papua belum di tuntaskan secara menyeluruh, Terhadap orang Papua hingga kini tidak yakin bahwa hidup bersama Negara Kolonialisme ini, Karena rakyat Papua mempelihatkan bahwa kekerasan tidak pernah menyelesaikan di Papua, Kekerasan malah menambah jumlah korban dan memperbanyakan masalah di Tanah Papua. Di samping itu, interkoneksi global lewat kuasa Kapital telah mencengkram Tanah Papua untuk kepentingan isi perut negara Indonesia dan negara-negara luar.
Dengan jalannya kekerasan ini telah mengakibatkan jatuhnya korban Dulu,Sekarang dan Saat ini. Orang Papua hidup dalam ketraumaan rakyat Papua di berbagai kampung-kampung dapat menceritakan pengalaman pahitnya yang di alami, misalnya Operasi Militer, Maka Pemerintah dan aparat keamanan juga perlu memberikan jaminan keamanan agar rakyat Papua dapat menyampaikan dan mengungkapkan hak sebagai Bangsa PAPUA dan kehidupan tanpa rasa takut akan intimidasi atau teror di muka public.
Pemerintah telah melakukan aksi-aksi jahat terhadap orang Papua dan sejumlah operasi militer secara besar-besaran di Tanah Papua Seperti; Opersi Sadar (1965-1967), Operasi Brathayudha (1967-1969), Operasi Wibawa (1969), Operasi Militer di Kabupaten Jayawijaya (1977), Operasi Sapu Bersih I dan II (1981), Operasi Galang I dan II (1982), Operasi Tumpas (1983-1984), Operasi Sapu Bersih (1985), Operasi Militer dilancarkan di Mapundauman (1996) dan peristiwa pelanggaran HAM di Wasior Biak (2011) Setelah Undang-Undang Otonomi Khusus Papua di berlakukan sejak 2001, Kekerasan masih di pakai militer Indonesia melalui Operasi militer di Wamena Tahun 2003 dan di Kabupaten Puncak Jaya Tahun 2004, Peristiwa pelanggaran HAM Uncen Berdarah 2006, dan Paniai Berdarah 2014.
Peristiwa-Peristiwa Pelanggaran HAM Ringan maupun yang Berat lain-nya, saya tidak ungkapkan melalui tulisan ini, Tetapi kita sudah mengetahui keadaan saat ini di seluruh Tanah Papua Bahkan di Tingkat Nasional, Internasional, sudah mengetahui kekerasan demi kekerasan yang kelakuan oleh negara ini terhadap manusia Papua.
Saya sangatlah yakin bahwa orang Papua akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri berlandaskan semangat gerakan perjuangan dan mengorganisasikan diri secara militan.
Penulis adalah Anggota AMP Komite Kota Bandung Jawa Barat