Long march di putaran Simpang Lima Semarang |
Pada hari ini Kamis, 26 Januari 2017, aksi serentak Aliansi Mahasiswa Papua [AMP] dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua [FRI-West Papua] serentak di 20 Kota. Di Semarang 65 Aliansi masa aksi Aliansi Mahasiswa Papua [AMP] Komite Kota Semarang-Salatiga melakukan aksi demo. Aksi dimulai pukul 9:30 WIB dari Patung Kuda Undip Peleburan jalan Pahlawan-Seputaran Simpang Lima menuju Polda Jawa Tengah.
Dalam orasi disampaikan hentikan kekerasan di Dogiay dan protes tindakan Aparat gabungan [TNI/Polri] di Dogiay dan Papua pada umumnya. Di Dogiay Militer melakukan sweeping alat-alat kerja dan orang-orang yang berambut gimbal dan jenggot tebal. Dan protes tindakan berlebihan Aparat yang mengakibatkan dua orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka.
Kronologis dua korban yang meninggal adalah , korban Melkias Dogomo meninggal setelah ditahan polisi. Saat korban ditahan di Mapolsek Maonemani pada tanggal 23 Desember, polisi melakukan kekerasan dengan memasukkan pangkal senjata kedalam mulut korban; sementara korban meninggal berikutnya, Otis Pekei, ditahan di Jembatan Kali Tuka. Dalam penahanan ini, korban disiksa dan keluar dari Mapolsek Maonemani dalam keadaan tak bernyawa. Terdapat pula beberapa korban luka akibat kekerasan aparat. Masa aksi juga protes sweeping sembarang terhadap masyarat Dogiay di tempat umum. Dan juga menyampaikan bahwa sejumlah kasus pelanggaran hak asasi manusia [HAM] di Papua itu dampak dari sejarah yang salah saat pelaksanaan Pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) 1969 yang penuh manipulasi dan tidak demokratis. Dan juga masa aksi mendesak hentikan pasal makar terhadap empat Aktivis West Papua di Manado dan 2 Aktivis di Jayapura.
Di depan Polda Jawa Tengah orasi secara bergantian disampaikan terkaitsweeping dan kekerasan kemanusian di Dogiay dan dan Papua pada umumnya dan menuntut hentikan pasal makar terhadap 6 Aktivis West Papua.
Aksi kekerasan kemanusiaan di Papua. Pelanggaran HAM masa lalu dan sekarang yang tidak diselesaikan dan semakin hari menjadi-jadi. Maka tidak ada jalan lain untuk selamatkan manusia Papua selain berikan hak untuk menentukan nasib sendiri kepada rakyat Papua sebagai solusi yang demokratis.
Pada aksi ini dengan thema “Stop Kekerasan Aparat di Dogiyai dan Hentikan Jeratan Pasal Makar terhadap 6 Aktivsi West Papua”, menyatakan sikap;
1. Copot Kapolsek Nabire dan Kapolsek Dogiyai;Hapuskan Pasal Makar;
2. Tarik pasukan gabungan dari Dogiyai;
3.Hentikan jeratan pasal makar terhadap 6 aktivis West Papua (Hiskia Meage, Emam Ukago, William Wim, Panus Hesegem, Hosea Yeimo, Ismail Alua);
3.Tarik pasukan organik dan non-organik dari seluruh tanah Papua;
4. Hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi rakyta dan bangsa Papua;
5. Menuntut Komnas HAM melakukan investigasi untuk mengungkit kekerasan dan pembunuhan di Dogiyai Papua dan Korban Pasal Makar;
6. Buka kesempatan bagi jurnalis internasional untuk melakukan peliputan di Papua; dan
7.Stop kekerasan terhadap rakyat dan bangsa Papua.
(Ney S)