Halloween party ideas 2015

Gambar Sonny Dogopia.

Penulis : Sonny Dogopia*

Bagaimana kita mengetahui bahwa sebenarnya Penjajahan itu ada. Kapitalisme dan sifat rakusnya itu nyata dalam prakteknya. Dan mengetahui bahwa Militerisme itu Setan Rakyat.

Tulisan ini merupakan Bagian Pengantar untuk memulai memperkenalkan secara umum antara Sosialisme dan Musuh Rakyat. Yaitu: Kolonialisme, Kapitalisme, dan Militerisme, merupakan tiga musuh rakyat.

Penjelasan pada Bagian ini hanya sebagai sampul (Pendahuluan) dari bagian-bagian nya, seperti; Mengapa Harus Melawan, Mengenal Tiga Musuh Rakyat agar tahu siapa yang dilawan, dan Meresap Ideologi Sosialisme agar perlawanan dan pengabdian kepada rakyat lebih realistis, juga tidak pernah mengenal bosan.

Rakyat di seluruh dunia dalam aktivitasnya berbeda. Namun, dapat dikelompokkan dari golongan dan klasnya! Ya, karena Elit Global telah dan berakar di dalam ruang-waktu rakyat. Penjelasan untuk memahaminya, penulis mencontohi kehidupan sosial dari tingkat “ilusi” kemakmuran cukup baik. Tetapi, itulah ‘Bom Waktu’ oleh Kolonisasi dan Kapitalisasi yang memperbudaki-memusnahkan pola hidup kelas rakyat sesungguhnya.

Kehidupan saya (Penulis) baik, bapak saya seorang yang menghabiskan waktu, pola fikir, dan tenaga hanya kepada ‘Penguasa dan Pengusaha’, dan saya berada di tengah-tengah keluarga besar yang juga sebagian besar kebiasaannya sama dengan bapak saya. Apa pun yang saya mau sangat sering saya dapatkan (taktik). Dan ada sekian banyak orang yang kehidupannya diposisikan lebih susah,payah-miskin dari saya.

Mengapa saya berdiri untuk bersikap melawan. Karena, saya sadar bahwa posisi klas sosial antara hidup makmur-kaya dan susah,payah-miskin ada faktor sebab-akibat atau dinamika pergerakan dan pergeseran-pemusnahan yang terstruktural. Sehingga, kehilangan Hak yang sama antara satu individu-bangsa dengan individu-bangsa lainnya harus diperjuangkan. Sederhananya, anti kepada kekuasaan yang menindas.

Kekuasaan yang merampok hak rakyat, kemudian dipasarkan kepada rakyat dalam bentuk yang terstruktur. Hal ini memupuk Kapitalisme, memperpanjang tirani penindasan, dan ketika kita sadar-bangkit maka Setan Rakyat (Militerisme), sebagai alat reaksioner tentu menodong kita dengan segala cara.

Jangan heran! Ketika, anda ditodong oleh Militerisme, bapak anda atau keluarga anda akan lebih mempersalahkan sikap perlawanan anda dibanding ‘Bom Waktu’ kehancuran-perbudakan-pemusnahan yang mereka dapatkan. Tetapi, sesungguhnya itu perjuangan kita bersama yang mendasar dan kemudian keluar-meluas.

Terkadang kita takut pada kebenaran itu sendiri, misalnya; menyembunyikan diri, tunduk pada orang tua-keluarga yang tentu traumatis hingga terdoktrin oleh kekuasaan yang menindas, tidak kreatif untuk menyampaikan maksud, tidak mendidik rakyat melalui berita atau artikel di media online dan cetak, serta di seluruh media lainnya, dan di muka umum. Kita bukannya tidak tetapi, belum memahami bahwa kekuatan rakyat tertindas merupakan kekalahan Penjajah dan Kapitalis, juga memukul mundur Militerisme. Kita tidak bisa memenjarahkan diri hanya karena, rasa takut atau bentuk-bentuk pelemahan lainnya. Sebab, itulah yang diinginkan oleh “Penguasa dan Pengusaha” di dalam Piramida Sistem Kapitalis.

Kepada kaum yang penghasilannya melebihi penghasilan rata-rata rakyat biasa (golongan menengah ke atas) tidak boleh menjadi alat untuk merebut tanah rakyat-masyarakat adat lain dengan cara apa pun, dan menjualnya atau memakainya untuk kepentingan berpenghasilan maksimal-penuh pada segelintir elitis. Cukupkan diri dari hasil olah Tanah sesuai mekanika tanah dan berternak-melaut merupakan pekerjaan yang sangat efektif bagi rakyat yang selalu diobjekkan-diperbudak oleh “Penguasa dan Pengusaha”. Karena, jika tidak maka rakyat secara tidak langsung diliibatkan dalam pembangunan Imperialisme global.

Kita tahu bahwa Kapitalisme adalah musuh rakyat, selain Kolonialisme dan Militerisme. Mereka tiga mengakibatkan Tanah-isinya, Laut-isinya, Hutan-sahabatnya bahkan Rakyat-pola hidupnya pun punah baik itu secara kelihatan maupun yang sistematis-terstruktur.

Penjajah itu adalah Segelintir Penguasa yang dengan mudah merancang, menetapkan, membolak-balik Peraturan Perundang-undangan dan Keputusan Pemimpin negara tertentu, sehingga mempengaruhi kehidupan rakyat dalam kebijakan-kebijakan Politik untuk kejayaan ekonomi Segelintir ‘Penguasa dan Kapitalisme’. Dan energi-kekuatan penuh penjajah Indonesia itu dari Presiden sampai pada Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), dan Kepala Desa (kampung), yang 98% nya berasal dari silabus kurikulum (Pendidikan) berkedok Imperialisme. Tentunya, ruang demokratik dikuasai oleh para elitis di dalam Piramida Sistem Kapitalis dan kekuasaan pemerintahannya pasti menjaga rapih tirani penindasan.

Kita harus mengetahui-memahami pendidikan kerakyatan sampai pada tingkatan kerja massa dan pengorganisiran diri maka kebangkitan melawan kerakusan Kapitalisme akan berasal dari rakyat. Dari pengorganisiran diri dalam kelas rakyat, mampu memulai pergerakan nyata. Pergerakan kelas rakyat, terus bergerak agar tetap berimbang. Dan demi pembangunan pergerakan, Evaluasi dan Kritik Oto Kritik (KOK) sangat penting untuk meletakan pergerakan pada tingkatan lebih maju dan terus memberontak. Sehingga, kita mampu menguasai alat produksi Kapitalis Industri dan melawan kediktatoran sebagai tahapan tertinggi dari “Self-Determination (Penentuan Nasib Sendiri)”. Karena, ketika sampai pada Self-Determination melalui mekanisme Referendum maka Pembangunan Ekonomi, Demokrasi kerakyatan, dan kepentingan Politik berasal dari kelas rakyat untuk kemajuan bangsa yang diperjuangkan.

Hal ini berlaku bagi kolektif mana pun, juga untuk Organisasi Ideologis; demi kerja-kerja Ideologi Politik Organisasi (IPO), kerja-kerja struktural Organisasi pada prinsip-prinsip organisasi. Di dalam muatannya, harus memahami ‘siapa kerja apa dan di mana?’ sebagai energi organisasi untuk memberikan perlawanan nyata kepada musuh utama rakyat.

Penjajah Indonesia menduduki West Papua dihitung dari 19 Desember 1961 sampai dengan hari ini, tidak dihitung dari 1969 (Pepera) karena, merupakan skenario Kapitalisme. Juga, tidak dihitung dari 1 Juli 1971 karena, hari Proklamasi Kemerdekaan West Papua yang lahir dari momen ketidak pastian Belanda (Netherland Niew-Guinea) sebagai bangsa koloni yang pada saat itu menjajah West Papua. Kehadiran penjajah Indonesia selama setengah abad lebih ini, dan di dalamnya ada kebusukan Kapitalis yang sebenarnya sudah tercium jelas. Karena, peran kapitalisme dalam kemerdekaan Indonesia itu nyata. Kita bisa melihat, betapa kejamnya penguasa pemerintahan Indonesia kepada rakyatnya sendiri. Kekuasaan dan kerakusan di tingkatan petinggi perwira militer sehingga kelompok militer satu mengkudeta kelompok militer lainnya, perubahan demi perubahan kebijakan politik pemerintahan Indonesia memberi keuntungan bagi Imperialis atau memupuk Kapitalis yang rakus.
Seakan, rakyat Indonesia bukan dari negara Indonesia.

Jangan heran! Kalau, rakyat Indonesia bangkit memberontak dari kelas rakyat melawan kediktatoran korporasi asing untuk ‘merehap’ bangsanya dan menguasai alat produksi kapitalis industri demi menjadikan negara pro-rakyat dan sejahtera di setiap kelas rakyat, yang sama-sama membangun negara Indonesia agar tetap menjadi pro-rakyat.

Jangan heran! Kalau dalam teori-teori Sosialisme, Marxisme-Leninisme dan prakteknya, rakyat Indonesia mendukung “Hak Penentuan Nasib Sendiri” bagi rakyat West Papua. Sebab, muatan Sosialisme, Lenin dalam Tesisnya mengatakan “Imperialisme adalah tahapan tertinggi dari Kapitalisme”. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Imperialisme merupakan sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yg lebih besar. Hal ini lah yang juga dihadapi oleh rakyat Indonesia, dan bangsa-bangsa yang didominasi oleh rakusnya Kapitalis Industri di seluruh dunia.

Indian di Amerika Serikat, Aborigin di Australia, Betawi di Jakarta, Nilai kerakyatan di Yogyakarta Hilang, Rakyat Papua di West Papua, dan masih banyak lagi. Dan sering didatangi oleh NGO juga dibantu oleh Aktivis Kemanusiaan yang mengkampanyekan Idigenous People (terancamnya masyarakat pribumi). Hal ini juga karena, keberadaan Imperialisme menyebabkan masyarakat pribumi (adat) kehilangan makanan Pokok dan mengalami perpindahan budaya, serta kehilangan kepribadian-identitasnya.

Kejayaan Imperialisme dipengaruhi oleh kekuatan penuh dari Militerisme. Hal ini karena, Imperialis Indonesia (Penguasa Militer) ikut dalam pembangunan Kapitalisme. Karl Marx dalam tulisannya yang berjudul “Asal Usul Kapitalis Industri” pada Paragraf terakhir, menjelaskan bahwa tingkatan kekerasan dan kerakusan dapat dihitung melalui pembagian hasil produksi. Jika 10% untuk Kapitalis Industri maka Kapitalis ada di mana-mana. Jika 20% untuk Kapitalis Industri maka Kapitalis akan menjadi semangat, 50% untuk Kapitalis Industri maka Kapitalis nyata akan semakin nekad, 100% untuk Kapitalis Industri maka Kapitalis akan menginjak-injak segala hukum kemanusiaan, dan 300% untuk Kapitalis Industri maka Kapitalis tidak akan mundur terhadap satu pun kejahatan. Setiap tingkatan keuntungan yang berasal dari kerakusan Kapitalis Industri, yang menjadi aktor eksekusinya adalah militerisme.

Peran militerisme sangat menguntungkan Kapitalisme sebab, di Papua niat jahat Kapitalisme selalu di awali dengan manajemen konflik Militerisme tentu merupakan muatan berbisnis. Juga, dibungkus melalui jalur Pemerintah dengan alasan ‘Pembangunan Infrastruktur dan Program Nasional’. Memang bahwa pemerintah (sistem) merupakan alat Penjajah maka proses pembangunannya dalam bingkai Imperialisme. Pertanyaannya ‘Pembangunan Infrastruktur dan Program Nasional’ dari mana dan untuk siapa.

Untuk pembangunan pergerakan dari organisasi ideologis di Papua bahwa ‘Ideologi Papua Merdeka’ harus menjadi Tubuh dan Jiwa dalam pribadi manusia Papua agar realistis dalam kerja-kerjanya. Oleh sebab itu, ketika kita mampu mengorganisir diri membangun Teori Dasar Karl Marx tentang Materialistik Dialektika Historikal (MDH) dalam kelas rakyat, mampu memulai pergerakan nyata maka, tiga musuh rakyat akan musnah. Penjajah (Kolonial) adalah Penipu-inabobokan Rakyat, Imperialisme adalah Penindas Rakyat, dan Militerisme adalah mimpi buruk bagi rakyat yang tidak melawan namun, setan bagi rakyat yang progresif.

Kenalilah-pahamilah tiga musuh rakyat, kelemahan-kelebihan, dan mampu menganalisis tiga musuh rakyat melalui Teori-teori Sosialis agar memahami diri siapa kawan dan siapa lawan. Sebab, berbahaya jika “korban dan korban saling hantam”.

Penulis adalah Aktivis Self Determination, Kader Aliansi Mahasiswa Papua 
___________________________
Referensi:
1. Peter L. Berger: “Piramida Kurban Manusia”, Etika Politik dan Perubahan Sosial.
2.   Google.com/PDF, Karl Marx: Asal Usul Kapitalis Industri.
3.   Materialistik (Dialektika) Dalam Cerminan Keluarga “Penulis, Sonny Dogopia”.
4.   Antonia Gramsci: “Negara dan Hegemoni”.
5.   Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).



Komentar Anda

[disqus][facebook]
Gambar tema oleh duncan1890. Diberdayakan oleh Blogger.
Koran Kejora View My Stats