sumber gambar: google |
Penulis: Cinta Griapon*
Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia panas membahas
persoalan hak kepemilikan tanah, sehingga berdampak pada aktivitas sosial -ekonomi.
Masyarakat Indonesia yang sebelum kemerdekaan (1945) hingga kini, mayoritas bekerja sebagai petani atau bekebun sekarang beralih
pekerjaan karena kebanyakan lahan-lahan mereka digunakan untuk aktivitas
Industri.
Aktivitas Industri ini berkaitan erat dengan Sistem kapitalisme
global yang terus berproduksi program-program atau proyek-proyek untuk
kepentingan kaum-kaum pemodal.
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang luas
dengan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah. Tanah yang luas dan SDA
yang melimpah merupakan salah satu alasan besar pemodal terus melirik bahkan
menginjakan kakinya di negara ini.
Ironisnya, kehadiran negara memiliki peran penting
dalam mengamankan kepentingan pemodal asing, pemodal lokal maupun benih-benih
pemodal lainnya.
Indonesia telah hamil sangat tua, seakan janin dalam
kandungan adalah gambaran dari kapitalis itu sendiri yang sekian lama sekian
besar, karena mendapat asupan bergizi dari yang mengandung (negara).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan janin dibutuhkan
suatu wadah yang dapat mencegah segala sesuatu yang dapat mengganggu
pertumbuhan atau perkembangan janin tersebut maka, selaput pembukus janin,
yaitu militer. Militer atau militerisme hadir sebagai pengaman kaum pemilik
modal, bahkan dalam militer hampir semua jendral-jendral merupakan
kapitalis-kapitalis lokal yang memanfaatkan kedudukannya.
Semakin parah adalah ketika Militer yang merupakan
pengaman kaum pemodal merupakan pemodal itu sendiri juga menjadi pemimpin
negara, maka yang terbentuk adalah sistem monopoli. Sehingga gerakan-gerakan
rakyat untuk menolak bahkan melawan tanah-tanah dan hak-haknya akan dihadang
oleh militer.
Hal ini terjadi di seluruh Indonesia. Kekuasaan
militer di Indonesia dibenarkan oleh Greg poulgrain dalam buku bayang-bayang
intervensi menjelaskan secara utuh bagaimana , pada tahun 1950-an ada
perselingkuhan antara kubuh militer Indonesia dengan kapitalisme. perselingkuhan
ini, juga bersemi pada saat politik global sedang bergejolak kencang, hal ini
bedampak pada penjajahan atas wilayah Papua barat dan segala isinya.
Konflik
Agraria dan Papua
Ager berasal dari bahasa yunani yang ladang atau
tanah[1].
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , agraria berarti urusan
pertanian atau tanah pertanian , juga urusan pemilikian tanah.
Memandang kebelakang tentang situasi politik
Indonesia akibat gejolak politik global yang dibelakangnya terjadi
perselingkuhan antara militer Indonesia dan Kapitalis global telah terbentuk
‘aliansi gelap’ ditambah lagi potensi pegunungan ‘Nemangkawi’ Sekarang pegunungan Cartenz
sebagai cadangan meneral terbesar di dunia telah didokumentasikan sebelum
kemerdekaan politik Negara Indonesia (1945).
Sehingga papua menjadi perbincangan hangat oleh pemodal-pemodal. Hal ini berlanjut pada keadaan dimana Soekarno sebagai presinden Republik Indonesia (RI) mengumandangkan Tri Komando Rakyat untuk merebut wilayah Papua.
katanya ‘atas dasar Nasionalisme, satu perjuangan maka perlu membebaskan Rakyat papua’ sedangkan saat itu rakyat papua pun secara utuh telah siap untuk kemerdekaannya sendiri, untuk menentukan Nasibnya sendiri. Dijadikanlah papua sebagai Daerah Operasi Militer, pembantaian manusia, pemerkosaan dimana-mana, hal itu terjadi sejak tahun 1961-1969. Seluruh rakyat Papua dibantai apalagi rakyat Papua yang menolak adanya integrasi, dibunuh hingga keluarganya.
Tercatat 500.000 ribu mati di tanahnya sendiri. Hal
ini bukan rahasia lagi tapi inilah kenyataan bahwa ada kepentingan untuk
mengusai lahan/tanah dari rakyat Papua.
Setelah PEPERA atau Penentuan Pendapat rakyat 1969
yang mana rakyat papua yang dilibat, tidak secara keseluruhan juga rakyat
papua yang tidak demokratis,bahkan dalam bayang-bayang intimidasi militer
dipaksa untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
perjalan sejarah 1961 hingga 1969 Indonesia mengalami ancaman perpecahan akibat
ancaman perang Ideologi sehingga lengsernya soekarno dan diganti oleh soeharto, yang mana soeharto merupakan salah satu selingkuhan dari kapitalis global
yang hendak melancarkan kepentingan mereka. Soeharto justru memperkuat ‘aliansi
gelap’ yang telah terbentuk antara kubuh militer indonesia dengan kapitalisme
untuk mengisap dan mengekploitasi SDA dan SDM.
Hingga saat ini, masih banyak kematian terstruktur
yang terjadi selama Bangsa papua masih berada dalam kekuasaan NKRI juga wilayah
papua masih didominasi oleh sistem pemerintahan serta pola Indonesia.
Hal ini menyebabkan rakyat papua terpinggirkan,
miskin dan terabaikan. Sistem pendidikan yang dilaksanakan dinilai rasial dan
diskriminatif. Hal ini dikarenakan Penjajahan Indonesia di tanah Papua dibungkus
dengan pemanis ‘Nasionalisme, satu bangsa atau satu bahasa’. Kenyataannya orang Papua memilki bangsa yang berbeda dan tidak memiliki satu nasionalisme
dengan bangsa Indonesia, tinjauan sejarah. Bahkan Bangsa Indonesia tidak
memperlakukan manusia papua sebagai manusia secara utuh.
Kekuatan pemodal semakin kuat disebabkan pola hidup
atau aktivitas sosial masyarakat papua yang bergantung dengan alam maupun
mamanfaatkan alam untuk kepentingan Ekonomi, sosial dan budaya.
Alam juga dimakna manusia papua sebagai bagian dari
kehidupan yang tidak bisa terlepaskan, begitupula tanah. Semua orang papua
menganggap tanah adalah mama, yang
mana kepercayaan bahwa mama adalah
sumber kehidupan.
Mama adalah Sumber segala
sesuatu, namun bila tanah /mama direbut
dan dieksploitasi maka, akan menganggu aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya
Masyarakat papua.
Dan hal itulah yang menyebabkan adanya kesadaran
politik dari masyarakat papua untuk menyelesaikan konflik agraria ini mengusir
segala kepentingan-kepantingan pemodal dan negara sebagai agen kapitalis di Papua.
Hanya dengan ini, orang papua dapat hidup dengan
aman tanpa adanya intimidasi, dan trauma yang mendalam dari militer maupun
lainnya dengan kepentingan perebutan lahan.
Agraria dan
Perempuan Papua
Orang papua mengakui bahwa Alam adalah kesatuan yang
memberikan kehidupan , lalu tanah adalah mama, yang mana digambarkan sebagai sesuatu yang selalu mencukupi kebutuhan manusia
papua.
Hal ini berkaitan dengan peran perempuan papua.
Dalam tatanan masyarakat papua masih mengakui adat sebagai Indentitasnya.
Masyarakat papua yang kental dengan adat memberikan ruang bagi kaum perempuan
dan kaum laki-laki sesuai kapasitas dan kebutuhan.
Bahkan ada pendidikan khusus yang berbasis gender yang mana untuk melatih sebelum hidup ketahapan selanjutnya, biasanya pendidikan itu diikuti saat usia anak-remaja. Namun, ketika masyarakat adat papua, bersentuhan langsung dengan peradaban dunia, ada hal-hal yang dipaksakan masuk kedalam tatanan hidup manusia Papua.
Pola-pola pikir yang justru merusak tatanan yang
sudah ada, membuat pola pikir yang berubah , pola pikir untuk saling kompetensi
untuk monopoli bahkan saling membunuh.
Sehingga memanfaatkan kekuatan-kekuatan di adat
untuk menindas yang lainnya.
Hal ini pun dirasakan oleh kaum perempuan papua,
penindasan itu terasa berasal dari dalam, karena yang berinteraksi langsung
adalah sesama orang papua padahal sebenarnya penidasan itu berasal dari luar,
ketika ada sentuhan langsung dari peradaban luar.
Jika, dijabarkan aktivitas dulu bahwa kaum perempuan
papua, bekerja keras di ladang, bekerja keras di tempat berlindung(rumah). Dalam
sektor ekonomi, Perempuan papua yang bekerja di pasar, yang bekerja di kebun,
yang bekerja di kantor dan berbagai tempat lainnya, meskipun dalam porsi
pekerjaan dan honor dibedakan dengan
kaum laki-laki.
Tanah digunakan sebagai alat untuk memenuhi
kepentingan ekonomi, sosial dan budaya, dan yang mengelola itu didominasi
oleh kaum perempuan. Namun, ketika tanah tempat untuk produksi direbut oleh
pemodal dan negara itulah saat dimana kaum perempuan lah yang akan dirugikan
atas hal tersebut.
Kaum perempuan akan kesulitan dalam mendapatkan
tempat untuk produski, apalagi kapitalisme global memberikan flatform baru
melalui kriteria-kriteria jika ingin bekerja dengan pada tanah yang telah
dialih fungsikan oleh mereka.
Kaum perempuan akan sangat dirugiakan karena tidak
akan mendapatkan tempat tinggal dan tempat untuk produksi serta politik rasial
yang direproduski kapitalisme menyebabkan akses untuk perempuan papua sangat
susah.
Sehingga seharusnya PEMBERONTAKAN itu dilakukan oleh
KAUM PEREMPUAN, karena KAUM PEREMPUAN yang sangat dirugikan, PEMBERONTAKAN itu
seharusnya diinisiasi oleh banyak kaum PEREMPUAN PAPUA. PEMBERONTAKAN massa itu
seharusnya dijalankan oleh kaum PEREMPUAN PAPUA. Perempuan Papua seharusnya
mengambil bagian tanpa ragu dan malu.
Karena tanah melambangkan kesucian dan Perjuangan
perempuan papua dalam memberi kehidupan bagi bangsa dan wilayah Papua.
Perjuangan
pembebasan tanah papua seharusnya menjadi darah, daging, dan napas bagi kaum
perempuan.
Hidup
Perempuan Papua !
Hidup perempuan papua yang melawan !
Perjuangan sampai menang !
Hidup perempuan papua yang melawan !
Perjuangan sampai menang !
Penulis adalah anggota AMP, kuliah di kota Yogyakarta.
[1] H.Ali Achmad Chomzah ., Hukum Agraria ,Pertanahan Indonesia ,Jilid I.,
Jakarta : Prestasi Pustaka . 2004