Nicolas Jouwe (1954). Sumber: papuaerfgoed |
Penulis : Soleman Itlay*
Penyangkalan Orang
Papua Barat
“Jika mereka kehilangan Papua New Guinea
(sekarang Papua Barat), jika Indonesia menyadari hak-hak orang Papua Barat
sebagai ras Melanesia, maka Indonesia akan kehilangan Papua Barat. Mereka
segalanya: Orang Papua Barat Bukan Ras Melanesia, mereka bagian dari kita.
Itulah yang ditakutkan oleh Indonesia”, demikian tulis orang tua tercinta, Sir
Nicolas Jouwe.
Dalam
buku “Kisah-Kisah Hidup Orang Papua”, karya Charles Farhadian, Sir Jouwe
mengatakan, Indonesia takut sekali dengan perjanjian tanggal 6 Februari 1947.
Dimana enam negara yang memiliki wilayah bekas jajahan di Pasifik Selatan,
yakni: Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan
Belanda, sepakat mengajarkan orang-orang Pasifik Selatan untuk kemerdekaannya..
Perjanjian
itu benar-benar menganggu Soekarno yang sedang ancang-ancang memasukan wilayah
dan manusia Papua Barat dengan dasar pemikiran Dutch East Indies, semua wilayah bekas jajahan Belanda masuk menjadi
satu bagian dari Indonesia. Pernyataan Soekarno: Orang Papua Bukan Melanesia,
kata Sir Jouwe, Soekarno singgung menjelang pelaksanaan Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Deeg Haag (1949. Menurut Sir, alasan Soekarno itu tidak mendasar.
Sebab
kata-kata Soekarno hanya akibat dari perjanjian 7 negara tadi. Bukan dari segi kesamaan
wilayah dan kultur diantara Papua Barat
dan Indonesia. Penyataan Soekarno ini, bukan sekedar pengklaiman wilayah
semata, akan tetapi lebih dari itu, dia telah menyangkal orang Papua Barat
sebagai ras Melanesia. Coba ingat sekali lagi: Orang Papua Bukan Ras Melanesia.
Oh, kata-kata mati seperti filosofi suku Hugula, “kata-kata kering”.
Sungguh
ini sangat keliru. Tetapi Soekarno tidak sadar, jika orang Papua adalah ciptaan
dari Allah, sama seperti beliau dan bangsanya sendiri. Penyangkalan itu sebenarnya
tidak perlu terjadi, kalaupun beliau mau rebut Papua Barat. Yesus saja berkata:
“Barang siapa menyangkal Aku dihadapan orang, Aku juga akan menyangkal dia di
hadapan Bapa-Ku di Sorga”. Hal ini ada kaitannya dengan Injil Matius 26:69-75.
Soekarno sama persis dengan kisah murid-murid Yesus Kristus.
Seperti
Petrus menyangkal Yesus. Ketika para imam-iman besar dan salah seorang
perempuan bertanya kepada petrus: “apakah kau (petrus) juga termasuk orang yang
sering ikut-ikut Dia, Yesus? Tetapi bedanya disini, Petrus menyangkal ketika
imam besar dan perempuan itu bertanya kepadanya. Tetapi Soekarno menyangkal
orang Papua Barat, karena takut Merdeka sendiri. Alasanya ini, Dutch East Indies.
Upaya Indonesia dan
Operasi Militer di Papu Barat
Bukan
tidak mungkin, untuk segera merai Papua Barat dari tangan Belanda. Pertemuan 7
negara membuat Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa. Jalan satu-satunya bagi
Indonesia adalah mendekati US, Uni Soviet, Jepang dan China. Tujuannya, agar
merebut Papua Barat dari tangan. Lobi alat perang dan membangun diplomasi ialah
solusi saat bagi Indonesia. Karena Belanda sendiri, setelah mengakui Papua
Barat, ditambah lagi dengan perjanjian dari 7 negara tadia, ia siap-siap
mempersiapkan kemerdekaan bagi orang Papua Barat.
Pada
awal 1960, Jenderal Nasution meminta peralatan perang modern kepada Amerika
Serikat melalui Menteri Luar Negeri As, Jhon Foster Dulles. Namun pemerintahan Dwight
David Eisenhower (presiden US ke 34), menolak permintaan dari delegasi
Indonesia tersebut. Kemudian Soekarno dan beberapa orang lainnya pada 20
Desember 1960 ke Moscow, Uni Soviet. Tujuannya, sama, yaitu meminta peralatan
perang (senjata modern).
Disana,
Nikita Sergeyevich Krushchev, menerima rombongannya Soekarno dengan penuh
semangat. Uni Soviet memberikan kepada Indonesia segala peralatan senjata untuk
Indonesia perang dengan Belanda di Papua Barat. Setelah pemerintah Eisenhower
digantikan oleh Presiden Jhon F. Kennedy 1960, Soekarno langsung ke Amerika
Serikat menemuinya. Saat itu, Kennedy mengalami sakit di punggung belakang.
Soekarno
dimanfaatkan momen itu. Bung Karno bawah minyak dari Jawa ke Amerika, guna memijat
Kennedy di rumah ayah, Bostom. Disana Soekarno ketemu Kennedy untuk meminta
restu dari AS. Hal itu tepat, karena Kennedy juga termasuk orang yang
mengkagumi Soekarno, karena sikapnya tidak mau kompromi dengan imperialism. Soekarno
sering dengan jika Kennedy segan padanya. Jadi hal itu pun dimanfaatkan oleh dia,
Soekarno.
Tentu
disini mereka bicara tentang Kontrak Karya I Freeport Shulpur ( sekarang
Freeport Indonesia). Soekarno melakukan menawarkan situasi yang tidak masuk
akal. Kata dia, Belanda jajah orang Papua Barat tidak manusiawi. Namun besar
kemungkinan ada menyinggung untuk mempercepat proses, Papua Barat memasukan ke
Indonesia. Tetapi semua ini, Indonesia meminta restu supaya US membatu kelancaran
operasi militer di Papua Barat sampai proses PEPEREA 1969.
Menurut
Sir Jouwe, Kennedy tidak mau restui dengan pertimbangan agama, dimana mayoritas
di Papua Barat ialah Kristen. Kennedy menempatkan sikap tengah. Pertama,
Kennedy tidak ingin Papua diislamisasikan. Karena dia tahu Indonesia mayoritas
teman-teman Muslim. Namun sikap Kennedy berubah cepat, ketika Soekarno mendekati
Uni Soviet, Jepang dan China pada beberapa bulan kemudian. Akhirnya, Kennedy mendukung
full kepada Indonesia. Sepulang dari US, Soekarno mengeluarkan dekrit “Trikora”
pada 19 Desember 1961.
Menurut
Frederika Korain, baru-baru ini dalam sebuah diskusi, Sentani (2017),
mengatakan Operasi militer sepanjang 1961-1969 adalah untuk menyongsong PEPERA
1969. Sementara 1969-2010, menekan dan mengantisipasi pergerakan OPM yang
kembali bangkit dan melakukan perlawanan kepada Indonesia kembali. Sementara,
sepanjang 2010 sampai sekarang, Indonesia rombak pendekatan. Mereka membangun
pos-pos sebanyak-banayaknya. Korain menyebut ituistil militerisme, perang/operasi
militer gaya baru.
Kesepakatan
Diantara Pencuri
Pertemuan
Presiden Soekarno dan Jhon F. Kenennedy
pada Januari 1961, membuat Indonesia semakin optimis. Usai dipijat oleh
Soekarno, sambil duduk,Presiden AS ke 35 itu, bertanya kepada presiden
Indonesia ke pertama: “Pak Presiden, apa yang bisa kami bantu?” Soekarno
menjawab: “Seluruh hidup saya serakan kepada Amerika Serikat. Saya menyerahkan
satu hal: Irian (sekarang Papua Barat. Saya ingin mendapatkan Papua Barat”.
Presiden
Kennedy mengatakan kepadanya: “Itu bisa diatur”. Pada hari itu juga masa depan
Papua Barat diputuskan. Disitu, Soekarno benar-benar menghianati orang Papua
Barat. Keduanya menentuhkan masa depan orang Papua Barat tanpa harus dilibatkan
dalam semua rancangan kedua negara. Kedua presiden itu, telah menghianati orang
Papua Barat. Siapa saja, mesti ingat jejak langkah ini baik. Sejarah yang penuh
kebohongan.
Kedua
orang ini cukup menyakiti orang Papua Barat. Padahal orang Papua Barat bukan
ras Melayu atau orang Amerika Serikat. Sehingga seenaknya membuat keputusan
sepihak. Dunia mesti ingat ini baik. Bahawa kesepakatan dilakukan jauh dari orang
Papua Barat. Orang Papua Barat tidak tahu menahu banyak tentang kesepakatan
mereka. Sungguh ini kesepakatan yang paling cacat dan berbahaya. Melanggar hak
orang Papua Barat
Belanda
mengakui orang Papua Barat sebelum proklamasi 1945 901898. mengapa Soekarno
mengambil jalan tidak benar ini? Sudah tahu orang Papua Barat mempunyai suku,
bahasa, budaya dan agama sendiri, mengapa Kennedy percaya dan mengiyakan
Soekarno yang bukan pemilik tanah leluhur Papua Barat? Amerika Serikat juga
mengiyakan sepihak. Artinya tanpa kompromi dengan orang Papua Barat.
Menurut
Pdt. Ismail Silak dalam suatu kesempatan di Waena, Jayapura (2017) berpendapat
begini: “kesepakatan kedua pihak, yakni Amerika Serikat dan Indonesia itu
benar-benar suatu kesepakatan pencuri dengan pencuri”. Amerikat Serikat,
menurut Silak “pengecut”. Karena pada 6 Februari 1947, ikut kesepakatan dengan
6 negara lain untuk memikirkan masa depan orang-orang di Pasifik Selatan,
tetapi hanya gara-gara takut Papua Barat dikomuniskan dan demiki kepentingan Freeport
Indonesia main di belakang layar, Indonesia.
Indonesia Langgar
Hak Orang Papua Barat
Indonesia
tidak menghargai hak kami, orang Papua Barat menentukan nasib sendiri.
Indonesia tidak menganggap Deklarasi PBB mengenai Hak Asasi Manusia dan Piagam
Pemberian Kemerdekaan Negara-Negara dan Orang-Orang Jajahan, yang mulai berlaku
dari tanggal 14 Desember 1960 adalah tidak relevan. Soekarno langgar hak orang
Papua Barat, sebab dia menentukan nasib orang Papua Barat pada 17 Agustus 1945.
Sir
Nicolas Jouwe, membenarkan pelanggaran hak Indonesia (Soekarno) berkaitan
dengan pernyataan seperti ini: Orang Papua Barat Bukan Ras Melanesia. Bukan
hanya melanggar hak, mungkin orang Indonesia lain bangga akan perjuangan beliau
untuk perebutan Papua Barat ini. Namun bagi orang Papua Barat, hal ini tidak
bisa mengindahkan sedikit pun. Apa yang diucapkan Soekarno, tidak masalah bagi
orang (Melayu), akan tetapi bagi orang Papua Barat sungguh menyakitkan.
Beliau
tidak menghargai hak orang Papua Barat. Soekarno benar-benar mempersusah orang
Papua Barat. Dalam bahasa kasar orang Papau Barat menyebut, Soekarno
menghianati orang Papua Barat. Indonesia benar-benar memaksakan orang Papua
Barat. Makanya sangat benar kalau Papua Barat ke Indonesia itu dengan cara penuh
“Aneksasi”. Maaf kalau mendengar ini: Indonesia Adalah Neraka Bagi Orang Papua
Barat.
Orang Papua Barat
Bukan Indonesia
Pada
tahun 1847 Pakistan berpisa dari India karena satu: perbedaan agama, yakni
Hindu dan Muslim. Orang Papua Barat bukan satu perbedaan seperti itu. Orang
Papua Barat mempunyai keunikan dan cirri khas sebagai bangsa yang amat sangat
jelas, yaitu: suku, agama, ras, tanah, dan wilayahi. Orang Papua Barat mempunyai
geografis dan khultur sendiri. Tidak ada hubungan sejarah apapun dengan
Indonesia.
Kalau
bicara dengan kawasan Pasifik (Melanesia) boleh, orang Papua Barat punya
hubungan erat dari segi geografis, budaya dan DNA. Tirto.id menyebut, Stevan
Lovgren telah membuktikan pada Agustus 2015. Bahwa orang Papua New Guinea
dengan Aborigin memiliki rantai jejak DNA yang sama. Sampai saat ini mencapai
usia 5.000 tahun. Prof Eske Willerslev, yang memimpin penelitian dari
Univercity of Conpehagen pun ikut memastikan itu.
Penemuan
itu, Willerslev ambil sampel dengan melibatkan 83 orang suku Australia dan 25
orang dari tanah Papua Barat. Menurut prof Willerslev, orang asli Australia
dengan Papua Barat berpisah sekitar 4.000 tahun yang lalu. Beliau memastikan,
DNA kedua bangsa ini masih kental. Ia memastikan bahwa dalam penelitian yang
sama dilakukan di Indonesia 2013.
Willerslev,
telah melibatkan 2.740 orang.Sebagian besar orang Indonesia, 70 komunitas di 12
pulau, seperti Sumatera, Mentawai, Jawa, Bali, Sulawesi, Sumba, Flores,
Lembata, Pantar, Timor, dan Alor, kata dia memiliki leluhur dari China. Hasil
penelitiannya dipublikasikan Journal of Human Genetics pda 2013 lalu. Hal ini
memastikan bahwa orang Papua Barat tidak mempunyai dasar apapun dan hubungan
dengan Indonesia.
Jangan
berpikir karena negara hukum berkata: “Tidak ada hukum yang melarang Indonesia
merebut Papua Barat. Tetapi ingat Soekarno telah “Bersaksi Dusta Alias Menipu”.
Disini, sekalipun tidak ada di dalam hukum Indonesia, tetapi di dalam Kitab
Suci, Ulangan pasal 5 ayat 20 ada. Bunyinya: “Jangan mengucapkan saksi dusta
tentang sesamamu”.
Sebenarnya,
pengakuan Soekarno: Orang Papua Barat Bukan Melanesia ini dasarnya apa? Tetapi
tidak masalah lah. Orang Papua Barat bisa mengampuninya. Asal Indonesia hari
ini berpikir bijak. Bukan kasih Otonomi Khusus, Pemekaran, UP4B dan lain
sebagainya. Cukup Soekarno juga cap keringat dan darah orang Papua Barat:
“Bubarkan Negara Boneka Buatan Belanda”.
Indonesia
berhenti memakai Frans Alberth Joku, Nokolas Messet, Lenis Kogoya, Ramses Ohee
dan lain sebagainya. Mulut Tantowi Yahya di kawasan Pasifik perlu diigatkan
biar jaga baik. Mereka adalah manusia dari pendidik dari buatan Belanda. Sangat
penting untuk untuk mengutamakan budaya malu. Takutnya negara yang malu lagi.
Sekali-Kali Berbaik
Hatilah
Tidak
ada yang susah. Tidak ada yang berat. Tidak ada yang rugi. Tidak ada hancur.
Tidak ada sakit. Tidak ada yang mati. Tidak ada yang buruk. Tidak ada sulit.
Semua adalah Indah. Baik untuk maaf. Baik untuk akui. Baik jujur. Baik untuk
hormat. Baik untuk segan. Baik untuk kagum. Baik untuk tanah. Baik untuk orang.
Baik untuk manusia. Baik untuk hitam. Baik untuk putih. Baik untuk keriting.
Baik untuk lurus. Baik untuk bangsa. Baik untuk negara Indonesia dan Papua
Barat.
Tidak
bisa pungkuri. Orang Papua Barat punya bendera sendiri: Bintang Kejora. Orang
Papua Barat punya lambang tersendiri: Burung Mambruk. Orang Papua Barat
memiliki nama kebangsaan dan wilayahnya: Papua Barat. Orang Papua Barat
mempunyai lagu nasional: Hai Tanahku Papua. Buktinya orang Papua Barat punyai
hari besar: 1 Desember 1961. Orang Papua
Barat mempunyai semua ini semenjak 1961. Sungguh ini hakekat sejarah Papua
Barat.
Sir
Jouwe mengatakan, pada tahun 1961 adalah tahun kedaulatan bagi bangsa Papua
Barat. Semua orang mesti membaca dan memahami ini baik. Kedatipun Soekarno
menyangkal orang Papua Barat tempo dulu. Tidak masalah Presiden Joko Widodo
hari ini meminta maaf dan mengakui orang Papua Barat sebagai bangsa tersendiri.
Pada hakekat memang begitu. Bahwa orang Papua Barat adalah orang Papua Barat.
Bukan Papua Barat Ras Melayu. Tetapi Papua Barat Ras Melanesia.
Hal
ini penting untuk Indonesia menjaga kehormatan sebagai bangsa yang ikut menandatangani
konvenan Internasional tentang hak politik dan rakyat sipil serta penandatangan
konvenan internasional di bidang ekonomi, sosial dan budaya. Tentu ini saran untuk
Indonesia, dan kontribusi sebagai warga negara yang mempunyai tanggung jawab
moral di Indonesia. Presiden Joko Widodo harus mengambil langkah
yan tepat sasaran.
Hari
ini Papua Barat berada pada tempat dengan kesadaran penuh. Sadar akan segala
sesuatu tentang masa lalu, kemarin, hari ini, besok dan sepanjang masa. Bagaimana
pun Indonesia tidak bisa memakai cara, pola, pendekatan, pencitraan dan lain yang
baru. Semua akan terbaca oleh mata hari dan bulan serta bintang timur. Dunia
hari ini tidak ada yang bisa menyangkal. Sekalipun kebabasan yang tidak
terbatas membatasi.
Tetapi
segala upaya, seperti Jawanisasi (transmingrasi), pendudukan (pemekaran), kolusi
dan nepotisme (pasang badan untuk negara), janji penyelesaian kasus
pelaanggaran HAM, membuka akses jurnalis, membangun Pasar Mama-Mama Papua dan
Arus Kereta Api (pencintraan) dan segala macam akan terciup baunya. Mambruk tidak
akan tidur selamanya. Cenderawasih akan berkicau diiringi kutipan penghotbah
tentang “Kesia-siaan”.
Cukup Menyangkal
dan Mengakui Sekali
Cukup
Soekarno menyangkal orang Papua Barat bukan Melanesia. Cukup Ali Mortopo dan
Luhut Panjaitan mengusir orang Papua Barat dari atas tanah leluhur. Cukup Mohamad Hatta mengakui orang Papua Barat.
Cukup Gus Dur mengakui Irian Jaya menjadi Papua. Cukup hari ini Joko Widodo
akan mengakui orang Papua Barat bangsanya yang berbeda. Tidak ada artinya,
membentuk tim penyelesaian kasus pelanggaran HAM dan Dialog Jakarta-Papua.
Indonesia
harus berani: meminta maaf kepada orang Papua Barat; mengakui orang Papua Barat
kembali; menghormati Hak Hidup orang Papua Barat; menghargai tanah ada Papua
Barat; kembali urus masing-masing; mengakui kegagalan Otsus, dan UP4B; menarik
SK setiap pemekaran dan usaha illegal di Papua Barat dll.
Indonesia
harus hentikan: upaya diplomasti yang menyesatka; menciptakan orang Papua Barat
“Yudas Iskario Hitam”; Memutarbalikan fakta dan kebenaran; mengakui tidak ada
pelanggarah HAM Rakyat Sipil Politik dan
EKOSOB di Papua Barat; Kontrak Karya Freeport II, III dan IV dlsb. Tidak perlu
tunggu waktu siapa punya kepemimpinan.
Cukup
Soekarno berkata: Orang Papua Bukan Orang Melanesia. Cukup bersabda: Bubarkan
Negara Boneka Buatan Belanda. Pak Presiden Joko Widodo, Orang Papua Barat
(provinsi Papua) punya suara: 2 2.026.735 suara. Jangan tawar lain-lain yang
tidak masuk akal. Orang Papua Barat Sudah Tidak Percaya lagi. Janji terlalu
berhamburan di Papua Barat. Tidak ada tawaran lain. Cukup: Mengakui Orang Papua
Barat Kembali.