Gambar dari wknofm.org |
Saat ini di Papua, kapitalisme semakin menampakan dirinya dan semakin subur melakukan proses eksploitasi komoditi dan akumulasi kapital dengan kolonisasi Indonesia yang terus-menerus membentuk nalar dan watak manusia yang mengontrol pikiran manusia Papua.
Di tengah situasi itu, mahasiswa dan para akademisi Papua semakin apatis di tengah-tengah proses kapitalisasi dan kolonisasi yang terus melahirkan proses dehumanisasi dan depopulasi secara tersistemis.
Indonesia, sebagai basis infrastruktur dan suprastruktur yang menindas rakyat di seantero nusantara memiliki produk-produk dan perangkat Negara yang sama sekali tidak menguntungkan rakyat. Misal, sistem Negara yang terpusat di Jakarta dengan produk-produk hukum yang dibuat sesuai kebutuhan kaum penguasa dan pemodal, alat propaganda: siaran tv, cetak dan online milik para kapital birokrat, sistem pendidikan yang menguras ekonomi masyarakat dan membuat rakyat teralineasi dan tersingkir dari nalar pemberontak hingga menghegemoni pikiran masyarakat melalui ilmu pengetahuan yang berasal dari filsafat idealisme (ilmu pengetahuan borjuis), dan militer yang semua dikendalikan oleh kapital-kapital nasional dan internasional. Mereka menjadikan Negara sebagai alat kekuasaan yang menindas rakyat—menciptakan keserakahan umat manusia di Indonesia.
Dalam situasi ini, kader-kader dan pelopor revolusi nasional demokratik atau pembebasan nasional Papua Barat juga terus terhegemoni. Krisis pengetahuan tentang ideologi dan turunnya semangat perjuangan sedang melanda. Kita semakin kehilangan nalar untuk memberontak.
Hari ini kita tidak bisa mengharapkan pembebasan nasional Papua Barat itu turun dari langit. Pembebasan nasional itu harus direbut dengan atmosfir perlawanan yang harus besar.
Secara historis, basis-basis material perjuangan pembebasan nasional Papua yang sudah berumur 55 tahun atau setengah abad, berjalan dengan lompatan-lompatan yang kuantitatif – mencapai perdebatan proses ideologisasi perjuangan sebagai bangsa-merdeka dari penindasan kapitalisme dan kolonialisme.
Sebuah bangsa yang adil dan sejahtera secara secara ekonomi dan politik, membangun kebudayaan persatuan nasional, adalah cita-cita perjuangan kita. Dan perjuangan ini diperjuangkan dengan proses yang harus terus berkontradiksi hingga berdialektika maju.
Maka, tugas-tugas kita sebagai kader-kader dan pelopor-pelopor gerakan saat ini adalah: pertama, mengedepankan kritik dan otokritik internal dan eksternal, kedua: semestinya harus mempunyai alat propaganda, baik media cetak maupun online, dan ketiga: khusus untuk kawan-kawan mahasiswa harus budayakan membaca, menulis, berdiskusi, dan aksi masa
Basis-basis material ini penting untuk dipahami. Teori dan praktek yang terus melahirkan sintesa (teori baru) adalah tugas dan tanggung jawab kita saat ini.
Salam Pembebasan
Penulis Adalah Ketua Umum Aliansi Mahasiswa Papua