Halloween party ideas 2015

Makasar, 06 Febluary 2021

Koran Kejora (Koker) - Makassar, 06-Febluary 2021 – Dalam rangka memperingati Injil masuk tanah Papua yang ke-165, KNPB, AMPTPI,FRIWP, AMP KK Makassar dan Mahasiswa Papua di Makassar yang tergabung dalam Forum Solidaritas Mahasiswa Peduli Masyarakat Papua ( atau disingkat FSMPMP ) telah melaksanakan diskusi dengan judul “ Otonomi Khusus (otusus) dan Hak menentukan Nasib Sendiri bagi Bangsa West Papua.

Diskusi diawali dengan doa bersama dan dilanjutkan dengan menilik kembali sejarah lahirnya Otsus.  Penjelaannya bahwa “ …Dalam menangani masalah West Papua, Jakarta selalu menggunakan caranya sendiri tanpa menanyakan apa yang diingikan masyarakat West Papua Papua. Cara yang sama yang dilakukan penjajah, yang tidak pernah mengikutsertakan rakyat West Papua dalam membicarakan nasibnya sendiri, seperti dimulai saat KMB, New York Agreement, Pepera hingga Otsus. Semua punya kedok yang sama, yang terlalu memaksakan kehendaknya sendiri supaya tidak lain hanya menguasai Tanah West Papua bukan focus kepada kesejahteraan rakyat Papua..” jelas,salah satu partisipan.

Dalam diskusi tersebut para partisipan saling melempar argument akan Otsus yang sudah cacat sejak lahirnya dalam menjawab permasalahan Rakyat West Papua. “…Otsus itu hasil pikiran Jakarta bukan hasil pemikiran rakyat West Papua atau permintaan rakyat West Papua, Jika (Otsus) diterus-teruskan Orang Papua seperti sedang bunuh diri..” Ujar partisipan solidaritas rakyat Indonesia.

Ketika topic Otsus mulai diangkat, para partisipan mengeluarkan argument mengenai dampak Otsus ditiap daerah nya masing-masing di West Papua, mereka membeberkan kegagalan Otsus yang merambak kedalam struktur sosial, ekonomi, kesehatan, ekologis dan pendidikan masyarakat di daerahnya masing-masing. Seperti kurangnya minat masyarakat untuk kembali berkebun, hingga minimnya tenaga berprofesi guru disekolah-sekolah diakibatkan oleh dana otsus yang terlalu menggiurkan masyarakat dan guru untuk berlomba-lomba mengisi jabatan di birokrasi pemerintahan disbanding mendidik Rakyat West Papua.

Dalam diskusi yang dihadiri oleh 42 partisipan itu, disinggung pula masalah pemekaran dan rasisme yang marak sedang diperbincangkan di jagat maya hari ini, yang dinilai oleh para partisipan diskusi bawasannya akan menilmbulkan konflik horizontal di West Papua.

Seorang  pembicara berpendapat bahwa otonomi khusus kini bukan saja sebagai suatu program yang berbahaya terhadap rakyat West Papua namun sudah menjadi gaya Pemerintah untuk menimbulkan konflik horizontal antara Rakyat West  Papua. Menciptakan pro-kontra Otsus dan menggiring opini masyarakat West Papua kepada permasalahan yang lain sehingga tuntunan tolak Otsus mengalami penurunan konsentrasi.

Kurang lebih 3 jam lamanya diskusi berjalan dengan efektif walaupun ditengah pembicaraan terjadi misskomunikasi, namun hal ini telah diatasi dan diskusi berjalan tanpa intimidasi atau gangguan dari pihak luar seperti sebelum-sebelumnya.

Pada akhir diskusi, secara koletif para partisipan sepakat untuk mendokumentasikan tuntutan mereka agar pemerintah berhenti membahas perpanjangan Otsus di prolegnas dan memberikan hak politik yang sesuai dengan asas demokrasi kepada bangsa West Papua, yakni Referendum.

Pewarta:Melvin You (Biro Agitasi dan Propaganda Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Makasar)

Komentar Anda

[disqus][facebook]
Gambar tema oleh duncan1890. Diberdayakan oleh Blogger.
Koran Kejora View My Stats