Koran Kejora (Koker) - Makassar, 06-Febluary 2021 – Dalam rangka memperingati Injil masuk tanah Papua yang ke-165, KNPB,
AMPTPI,FRIWP, AMP KK Makassar dan Mahasiswa Papua di Makassar yang tergabung
dalam Forum Solidaritas Mahasiswa Peduli Masyarakat Papua ( atau disingkat
FSMPMP ) telah melaksanakan diskusi dengan judul “ Otonomi Khusus (otusus) dan
Hak menentukan Nasib Sendiri bagi Bangsa West Papua.
Diskusi
diawali dengan doa bersama dan dilanjutkan dengan menilik kembali sejarah
lahirnya Otsus. Penjelaannya bahwa “ …Dalam menangani
masalah West Papua, Jakarta selalu menggunakan caranya sendiri tanpa menanyakan apa
yang diingikan masyarakat West Papua Papua. Cara yang sama yang dilakukan penjajah, yang
tidak pernah mengikutsertakan rakyat West Papua dalam membicarakan nasibnya sendiri,
seperti dimulai saat KMB, New York Agreement, Pepera hingga Otsus. Semua punya
kedok yang sama, yang terlalu memaksakan kehendaknya sendiri supaya tidak lain
hanya menguasai Tanah West Papua bukan focus kepada kesejahteraan rakyat Papua..”
jelas,salah satu partisipan.
Dalam
diskusi tersebut para partisipan saling melempar argument akan Otsus yang sudah
cacat sejak lahirnya dalam menjawab permasalahan Rakyat West Papua. “…Otsus itu hasil
pikiran Jakarta bukan hasil pemikiran rakyat West Papua atau permintaan rakyat West Papua,
Jika (Otsus) diterus-teruskan Orang Papua seperti sedang bunuh diri..” Ujar
partisipan solidaritas rakyat Indonesia.
Ketika topic Otsus mulai diangkat, para partisipan mengeluarkan argument mengenai dampak Otsus ditiap daerah nya masing-masing di West Papua, mereka membeberkan kegagalan Otsus yang merambak kedalam struktur sosial, ekonomi, kesehatan, ekologis dan pendidikan masyarakat di daerahnya masing-masing. Seperti kurangnya minat masyarakat untuk kembali berkebun, hingga minimnya tenaga berprofesi guru disekolah-sekolah diakibatkan oleh dana otsus yang terlalu menggiurkan masyarakat dan guru untuk berlomba-lomba mengisi jabatan di birokrasi pemerintahan disbanding mendidik Rakyat West Papua.
Dalam
diskusi yang dihadiri oleh 42 partisipan itu, disinggung pula masalah pemekaran
dan rasisme yang marak sedang diperbincangkan di jagat maya hari ini, yang
dinilai oleh para partisipan diskusi bawasannya akan menilmbulkan konflik
horizontal di West Papua.
Seorang pembicara berpendapat bahwa otonomi khusus kini
bukan saja sebagai suatu program yang berbahaya terhadap rakyat West Papua namun
sudah menjadi gaya Pemerintah untuk menimbulkan konflik horizontal antara Rakyat West Papua. Menciptakan pro-kontra Otsus dan menggiring opini masyarakat West Papua
kepada permasalahan yang lain sehingga tuntunan tolak Otsus mengalami penurunan
konsentrasi.
Kurang
lebih 3 jam lamanya diskusi berjalan dengan efektif walaupun ditengah
pembicaraan terjadi misskomunikasi, namun hal ini telah diatasi dan diskusi
berjalan tanpa intimidasi atau gangguan dari pihak luar seperti sebelum-sebelumnya.
Pada akhir diskusi, secara koletif para partisipan sepakat untuk mendokumentasikan tuntutan mereka agar pemerintah berhenti membahas perpanjangan Otsus di prolegnas dan memberikan hak politik yang sesuai dengan asas demokrasi kepada bangsa West Papua, yakni Referendum.
Pewarta:Melvin You (Biro Agitasi dan Propaganda Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Makasar)