Karya, Oskar H. (Gie)
Pada langit kata
kehidupan para dewa bercerita
saya pikir bahwa sungai-sungai
adalah dewa yang jerni dalam keheningan jiwa
tapi juga seram dan perkasa,
liar dan keras dalam memukul
Sesungguhnya Ia dewa yang sabar
penuh dengan sebuah batas
sunggu berguna tanpa dapat dipercaya
mengusung peradaban kehidupan
mempertahankan kebaikan dari keseimbangannya
Tapi jalan terbuka, berlalu-lalang
kehidupan mengemas pembangunan
tanah-tanah dirusak, dicabuli dalam ula keegoisan
dibiarkan menjerit dalam kalbu
Hingga dewa yang jerni hampir dilupahkan
oleh penghuni, tahu namun dilupakan
Kini tak disadari, irama kesadaran alam
seakan kejam dari kekejaman
hadir di kamar tidur anak-anak
dalam jajaran rumah berlabu di pelataran Maret
Juga tumpukan bau bejek di kampung,
bergelinang kental dalam lingkungan malam
di balik cahaya musim hujan yang ganas
Oh' dibalik kalam malam
aku merasa kepahitan jiwa yang mendalam
membunuh kedua bola mataku
menghanyutkan setiap denyutan yang bernafas
mengapung abadi cerita duka di kota ini
Maafkanlah kami ya Tuhan dan Alamku
jangan ada lagi bencana di tanah ini
berilah kami kekuatan untuk tetap baik
berilah kami kesadaran dari keseimbangan kasih-Mu
(Cemaradua, 19 Maret 2019)