Halloween party ideas 2015

 

Edit, Doc. Koran Kejora

Titik Tolak Otsus Pluss dan Hak Menentukan Nasib Sendiri Sebagai Solusi demokratis Bagi Bangsa West Papua

Materi di buat Oleh Aliansi Mahasiswa Papua Biro Agitasi dan Propaganda Pusat.

Pendahuluan 

Sejarah gerakan rakyat Papua Barat tidak terlepas dengan Hak menentukan nasib sendiri bagi bangsa West Papua yang telah deklarasikan sebagai suatu bangsa sejak 1 Dsember 1961 dan dalam sejarah itu secara sah bahwa kebangsaan West Papua telah menjadi bagian dari proses  pengesahan internasional secara de facto dan de jure. Proses kemerdekaan itu, di rebut paksa oleh Indonesia dan negara-negara Imperialisme menjadi bagian dari terlibat proses aneksasi paksaan West Papua dan proses aneksasi itu tanpa mempertanyakan bangsa West Papua secara demokratis melalui  kontekstual gerakan rakya West Papua. 

Kebijakan-kebijakan diambil kendali oleh Indonesia, Belanda dan Amerika serikat sebagai penenggah mengamankan terkait proses aneksasi tersebut dan tanpa mempertimbangkan apa yang harus diperjuangkan bagi rakyat West Papua terkait mengambil jalan revolusi demokratis sejak 1 Desember 1961 sebagai titik puncak rakyat West Papua Namun di kecualikan oleh pihak-pihak yang mempermainkan proses perjuangan bangsa West Papua. Proses mengagalkan Negara West Papua oleh kolonialisme Indonesia dan Amerika Serikat serta Belanda tak libatkan rakyat West Papua yang mempunyai hak daulat dan moral kebangsaan menjadi ambiguitas oleh para kepentingan dan proses aneksasi bangsa West Papua yang merujuk pada ekploitasi dan ekploitasi alam di West Papua

Perjanjian-perjanjian yang dibuat atas dasar gari merah oleh para kepentingan merupakan "Ilegalitas " bagi rakyat West Papua terutama kebijakan-kebihajakan yang dilakukan oleh kolonialisme Indonesia dan peran penting negara-negara Imperialisme diatas tanah West Papua. Dan "Illegalitas" tersebut termaksud dengan "Otonomisasi kolonial NKRI  di West Papua" yang berlaku dengan tegang waktu yang diterapkan oleh Negara Indonesia yang menjadi penjajah bagi bangsa West Papua. Apa yang menjadi dasar dari gerakan bangsa West Papua sampai hari ini merupakan gerakan menuntut kemerdekaan dan Hak Menentukan Nasib Sendiri di kembalikan di tangan gerakan rakyat West Papua dan sadar dari perjuangan eksistensi yang revolusioner bahwa bangsa West Papua harus dipisahkan dari kepentingan kolonialisme Indonesia di tanah West Papua. 

Berikut ini, merupakan dasar dari proses Illegalisasi Otonomi khusus di tanah West Papua dan kondisi yang di manipulasi oleh negara kolonialisme Indonesia dan dasar dari itu adalah mengggugat segala bentuk dan aspek yang diterapkan oleh Negara kolonial Indonesia. Secara terpisah dari itu, Genarasi ini tak perlu melupakan sejarah dari perjuangan kebangsaan yang telah lama ada sejak dari generasi ke generasi yang ada pada abad ke-21. 

MEMBENTANGKAN POKOK-POKOK  SENGKETA

   West  Papua Menantang Kebijakan Otsus bagi Papua Barat dengan menyodorkan masalah  yang sebenarnya  pokok-pokok sengketa yang menjadi akar persoalan dalam bidang politik West Papua  juga  Menantang  Kebijakan  Otsus bagi  West Papua  dengan menyodorkan masalah HAM, Demokrasi dan Hukum yang justru dilanggar habis-habisan dalam retorika  dan praktek  Otsus bagi Papua Barat. Sebelum menantang dan membantah Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat, perlu mengulas kembali pokok-pokok pikiran ini sebagai rangkuman untuk mendasari penulis menantang, membantah dan menggugat. Bagi rakyat Papua sudah jelas bahwa rakyaWest Papua minta merdeka BUKAN karena ketidakadilan, keterbelakangan dan kekerasan militer, perbedaan ras, dan sebagainya, TETAPI karena itu memang  hak asasi untuk kedaulatan bangsa West Papua merdeka dan berdaulat seperti bangsa lain yang ada di muka bumi ini.

Raktat Papua tidak melihat sebuah masalah dalam hal mau menerima Otsus atau menolak. Pokok sengketa ada pada sejarah Papua Barat, ada pada hal-hal yang jauh sebelum itu, jauh sebelum Orde Baru, jauh sebelum G-30/S-PKI, yaitu jauh sebelum semua yang mendasari kebijakan Jakarta, dan retorika politik oleh elit politik Papua, pemimpin dunia, dan penguasa di Jakarta serta Imperialisme di dunia.

1.1. POKOK--POKOK SENGKETA  POLIITIIK

Pokok-Pokok sengketa politik adalah akar atau cikal-bakalnya hubungan tidak  harmonis  hubungan kolonial NKRI-Papua  Barat.   Alasan pertama karena tidak pernah dikonsultasikan kepada Papua Barat,  tetapi hanyalah sebuah  pindah-tangan dari penjajahan (Belanda) kepada Neo-kolonialisme (NKRI).  Proses itu terjadi atas kepentingan kedua belah pihak, tanpa pemberitahuan, apalagi konsultasi dengan pihak yang hendak dipindahtangankan.

Dalam hal ini  Papua   Barat  merasa   diperlakukan seolah-olah sebuah wilayah saja, tanpa memperhitungkan manusia yang  mendiami wilayah itu. Ucapan Ali Moertopo   “kami tidak butuh manusia Papua, tetapi wilayah Papua yang sedang diperbutkan”tahun 1962 rupaya BENAR dan inilah yang terus mengusik hati nurani dan pikiran manusia yang  mendiami bagian barat dari Pulau Terbesar kedua di dunia ini.

1.1.1. KESATU: Fakta Kongres Papua I 1961 (1 Desember 1961)

Persoalannya mulai nampak sejak 1 Desember 1961,   dalam Kongres Nasional Papua  Barat I, Desember  1961,  peristiwa bersejarah dalam sejarah Papua sebagai sebuah bangsa, dan sebagai sebuah entitas negara yang terlepas dan berbeda dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dimana telah terjadi peristiwa penting yang memperkenalkan, mengumumkan dan mensahkan pada 19 Oktober 1961:

Pertama, Papua Barat sebagai nama negara,

Kedua, Papua sebagai nama bangsa

Ketiga, Bintang Kejora sebagai nama Bendera negara (bukan bendera kebudayaan)

Keempat, Burung Mambruk sebgai lambang negara (bukan lambang kebudayaan)

Dengan  batas  negara  wilayah laut,  darat  dan  udara,  (bukan sebagai sebuah provinsi NKRI)

Kelima, lagu Hai Tanahku Papua, sebagai Lagu Kebangsaan (bukan lagu kebudayaan)

sah  sebagai sebuah negara, (atas   nama   demokrasi, HAM, dan  hukum universal)

dan diakui oleh Belanda (yaitu pemerintah yang sudah merdeka dan yang

ada di Papua Barat waktu itu)

Pemerintah  Belanda  pada 1957 mulai bekerjasama dengan Australia untuk men-dekolonisasi wilayah koloni mereka masing-masing, namanya Wilayah Papua dan New  Guinea (Australia) dan Nederland Nieu Guinea (Belanda). Oleh karena  itu, Kongres Nasional Papua   (KNP) tahun 2000 dengan  nama  KNP II  2000.  Namanya sendiri sudah membuktikan dengan jelas,  bahwa bangsa  Papua  tidak  berfikir  sebatas kekerasan  militer  NKRI regime Orde Baru, dan karena  dalam era reformasi sehingga bikin kongres.

Fakta sejarah ini tidak dapat dihapus dengan apapun juga. Dengan darah Theys,  dengan  darah  Thom, dengan  darah  Arnold Ap, dengan  darah  Yusup Tanawani, dengan darah William Onde, dengan  darah  Obeth Tabuni, dengan darah  Hans Bomay, dengan  darah  Laurenz Dloga. Semuanya  bukan menghapus ingatan sejarah ini,  tetapi justru mengecat  kembali, menambah terang  tinta itu  dan  mendorong   bangsa   West Papua   untuk  terus  maju dengan tuntutan kebenaran.

1.1.2. KEDUA, Pengakuan Sukarno dalam Butir Trikora (19 Desember 1961)

Secara    terbuka    di   Alun-Alun   Utara  kota   Yogyakarta,   tanggal   19 Desember 1961,  setelah Indonesia mendengar  bahwa  Papua  Barat sudah mengumumkan  kemerdekaannya, Soekarno  yang ekspansionis-kolonialis itu  mengumumkan apa yang disebutnya Trikora (yaitu Tiga  Komando  Rakyat).   Tiga  buah  komando   itu berbunyi:

o    Bubarkan Negara Boneka Papua buatan Belanda

o    Kibarkan Bendera Merah Putih di seluruh Irian Barat, dan

o    Bersiaplah untuk mobilisasi umum

Jadi, Soekarno dengan jelas mengakui sudah ada negara saat maklumat Trikora tanggal 19 Desember  1961  itu. Ia dengan jelas mengatakan bahwa ada negara   yang   hendak   diinvasi  NKRI   secara    militer,  dengan   perintah pengibaran bendera  NKRI  dan  persiapan perang semesta  dan  negara  itu bernama Papua.

1.1.3. KETIGA:  The New York Agreement (15 Augustus 1962)

Setelah perdebatan  yang alot antara elit  politik  NKRI [kolonial], terutama antara pihak nasionalis-ekspansionis pimpinan Soekarno dengan pihak di bawah  pimpinan Moh. Hatta, akhirnya Bung Hatta mengundurkan diri karena   politik Soekarno   berbau  kolonialis,  tidak  sama dengan cita-cita kemerdekaan NKRI. Walaupun Moh. Hatta memimpin delegasi Indonesia dalam perundingan awal menyangkut Papua Barat, Moh. Hatta mengundurkan diri karena  politik. Sukarno tidak sehat. Setelah itu, Soekarno  melanjutkan perundingan- perundingan dengan Belanda menyangkut status Papua Barat karena Indonesia mengkleim bahwa Papua Barat adalah bagian integral Indonesia. Begitulah sekilas riwayat perundingan menyangkut Papua Barat, tetapi akhirnya,  atas bantuan  dalang  AS  melalui  Elsworth  Bunker,  AS  berhasil melakukan pertemuan tersebut. membawa   Belanda  dan  NKRI   ke meja  perundingan.  Dan   perundingan- perundingan yang TIDAK  melibatkan satupun orang Papua atau  wakil resmi bangsa Papua, yaitu Nieuw Guinea Raad  itu menghasilkan Perjanjian New  York, 15 Agustus 1962.

Alasan yang  jelas,   waktu  itu Sukarno  pandai memanfaatkan konflik perang  dingin melawan komunisme. Sukarno  mendrop  pasukan  Trikora, yaitu masyarakat sipil dan anggota tentara Indonesia, termasuk kapal-kapal perang buatan   Uni Sovyet.  Seperti Sukarno tidak enak tidur gara-gara pengakuan  negara Papua  Barat  1  Desember 1961  dan  mengeluarkan dektrit  Trikora, sekarang J.  F. Keneddy mendapat giliran mimpi buruk. Poros Jakarta membuat J.F. Keneddy mengambil langkah hidup-mati.

Sukarno telah melanggar prinsip politik luar negeri Indonesia, yaitu politik yang bebas  dan aktif dengan  poros  ini, karena  ia jelas-jelas berpihak pada Blok Timur.  Tetapi hasilnya jelas, yaitu membuat  Kennedy (pemimpin Blok Barat)  turun tangan.  Dan ia berhasil, yaitu Elsworth Bunker  diutus secara khusus  menjadi sutradara  penyelesaian sengketa  dan  berhasil membawa NKRI dan Belanda ke New York dan akhirnya jadilah "The New York Agreement" tanggal 15 August 1962.

Persekongkolan ini telah melahirkan malapetaka bagi bangsa Papua dan Negara Papua Barat.Ditambah lagi,  rupanya   AS [Amerika Serikat]  tidak hanya  mau  meraih untung  secara politis, yaitu menang dalam perang  dingin. Ia punya ambisi mengeruk kekayaan  Bumi  Cenderawasih dengan  menendang  Belanda keluar. Surat Rahasia J.F. Keneddy yang memaksa  Belanda menyelesaikan konflik dengan Indonesia secara damai adalah bukti ada niat lain juga di balik campur tangan AS dalam masalah Papua Barat.   Tandatangan Kontrak Karya penambangan Freeport  – NKRI 7 April 1967 adalah buktinya.

AS  menjamin dukungan dana melalui Bank  Dunia dan  Bank Pembangunan Asia/UNDP untuk membangun Papua Barat, yaitu untuk menggenapi rencana Papua-nisasi Belanda dalam kaitan rencana Belanda mempersiapkan kemerdekaan Papua Barat. Dengan demikian Belanda percaya bahwa sekutunya dalam perang melawan komunisme itu akan  melaksanakan janjinya. Dalam hal ini Sukarno-Keneddy berhasil.

Isi dari The New York Agreement 15 Agustus 1962

Pertama,Apabila badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nation (UN) telah membenarkan persetujuan atau perjanjian itu melalui Rapat Umum, maka Belanda segera menyerahkan kekuasaan atas Irian Jaya (Papua) kepada UNTEA, 

Kedua, Terhitung sejak tanggal 1 Mei 1963 UNTEA yang memikul tanggung jawab Administrasi Pemerintah di Irian Jaya (West Papua) selama 6-8 bulan dan menyerahkannya kepada Indonesia, 

Ketiga, Pada akhir tahun 1969, dibawah pengawasan Sekretaris Jenderal PBB dilakukan Act of Free Choice,  Rakyat West Papua dapat menentukan  bergabung dalam  Indonesia atau menentukan status kedudukan yang lain (Merdeka Sendiri),  Penentuan nasib sendiri. 

Ke empat Indonesia dalam tenggang waktu tersebut diharuskan mengembangkan dan membangun kebersamaan  Rakyat Papua Barat untuk hingga akhir 1969, Papua dapat menentukan pilihannya sendiri.

Rancangan ini kemudian menjadi sebuah Pernyataan Bersama, dengan nama   The Rome Joint Statement.  Menarik untuk  dilihat  bahwa  apa yang dirancang itu  akhirnya dimaklumkan kepada  dunia dan  dengan  demikian secara hakiki merobah prinsip-prinsip fundamental dari The New York Agreement.

1.1.4 The Rome Joint Statement

Pelanggaran hak sebuah bangsa dan negara tidak hanya sampai di New York, tetapi berlanjut ke Eropa dengan nama The "Secret"  Memmorandum of  Rome  (atau NKRI  dokumen  itu berjudul The  Rome  Joint Statement),  yang kembali dirancang oleh AS lewat E. Bunker, dibicarakan antara NKRI, Belanda dan   AS.  Sekali  lagi,   dari  permulaan  sampai  akhir  (penandatanganan) memorandum  rahasia ini  TIDAK  MELIBATKAN,   tidak dikonsultasikan dan tidak dilakukan bersama, di hadapan Rakyat asli bangsa  Papua  atau  wakil rakyat Papua- pun.Yang mengherankan, isi The Rome Joint Statement (Pernyataan Bersama)  ini secara mendasar dan secara sepihak merubah hal yang sangat prinsipil dalam New York Agreement, yaitu tata cara pelaksanaan Pepera.

Isi The Roma Agreement:

Pertama menunda atau membatalkan Pepera 1969 sesuai Perjanjian New York, 

Kedua Indonesia akan menduduki West Papua selama 25 tahun mulai dari 1 Mei 1963. 

Ketiga pelaksana Pepera 1969 akan di jalankan berdasarkan cara indonesia musyawarah,

Keempat laporan akhir PBB atas Impementasi Pepera ke SU PBB harus di terima tanpa perdebatan terbuka,

Kelima Amerika Serikat Membuat Investasi melalui BUMN Indonesia untuk eksplotasi sumber daya alam di West Papua,        

Keenam Amerika Serikat menjamin lewat Bank Pembangunan Asia dana sebesar US$20 Juta kepada UNDP untuk pembangunan di West Papua selama 25 Tahun mulai dari 1 Mei 1963,

Ketuju Amerika Serikat menjamain rencana Bank Dunia dan menerapkan Transmigrasi orang Indonesia ke West Papua.

Pernyataan ini  terjadi tanpa  PBB, secara  rahasia antara Belanda dan Indonesia. Walaupun dalam teks terdahulunya New  York  Agreement menyatakan cara Pepera dengan pola one-man, one-vote atau satu orang satu suara,  versi   Agreement dimaksud yang  sedang   beredar   di  seluruh dunia berbunyi musyawarah   sebagai cara  menjalankannya.  Perubahan  mendasar redaksional ini terjadi di The Rome Joint Statement.

1.1.5 KELIMA, Penyerahan Papua Barat dari UNTEA kepada NKRI (1 Mei 1963)

Salah satu  hasil The  Joint Rome  Agreement  itu  adalah penyerahan wilayah  Papua   Barat dari  Belanda  kepada NKRI   lewat  UNTEA,   dan dilaksanakan secepat-cepatnya. Peristiwa itu terjadi 1 Mei 1963. Peristiwa ini terjadi lima tahun  lebih dulu dari pada PEPERA 1969   yang akan  menentukan keputusan rakyat West  Papua apakah  mau bergabung dengan NKRI atau mau berdiri sendiri sesuai dengan deklarasi 1 Desember 1961. Dalam Perjanjian New  York dijelaskan dua tahapan pengalihan kekuasaan, seperti dilihat dalam Terjemahan Paper Indonesia di Pasal sebelumnya, yaitu bahwa tahapan pertama dimulai "dari  1 Oktober  1962 hingga  1 Mei  1963. Dalam tahap ini,

pegawai  Belanda  digantikan  oleh  non-Belanda  dan non-Indonesia. Pada tahap kedua, Administrasi UNTEA diimplementasikan dengan mempertimbangkan  perkembangan lokal  dan waktu pemberlakuan  tahap kedua ini tidak  dibatasi. PBB menemukan waktu yang tepat, UNTEA akan menjalankan transfer tanggungjawab administrasi kepada Indonesia.

1.1.6 KEENAM: Pepera (14 Juli – 2 August 1969)

Inilah jangka waktu pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Papua Barat. Sengketa   pertama   di sini adalah bahwa  Pepera  1969  itu dilaksanakan atas dasar The New  York Agreement yang di dalamnya tidak ada konsultasi dalam  bentuk   apapun   dengan   orang   Papua   atau   wakil  bangsa    Papua. Ditambah lagi,  pelaksanaan Pepera   itu sendiri tidak sesuai dengan seluruh bunyi  dan   pasal dalam perjanjian yang  mereka  sendiri tandatangani itu. Contoh yang paling menonjol adalah prinsip satu orang satu suara (one-man one-vote) seperti tertera dalam The New  York Agreement (15 Agustus1962), kemudian dirubah menjadi musyawarah  (dalam diskusi awal 1962)  dan dalam penandatanganan The Rome Joint Statement (20-21 Mei 1969)

Kemudian orang yang dilibatkan dalam Pepera  (termasuk  Alm. Dortheys H. Eluay sebagai orang kunci Dewan Musyawarah Pepera - DMP)   bukanlah Wakil  Rakyat  Papua   yang  sudah   dipilih secara   demokratis, yaitu anggota Nieuw  Guinea Raad. NKRI  membentuk  Dewan sendiri yang bernama  DMP (Dewan Musyawarah Pepera) dan menunjuk hanya 1,025 orang untuk secara paksa setuju untuk bergabung dengan NKRI.

1.1.7. KETUJUH: Resolusi SU PBB No. 2504 (XXIV) (19 November 1969)

Pepera  1969 menjadi  dasar  bagi  NKRI untuk   mengkleim  keputusanbangsa Papua dan negara Papua Barat ke dalam NKRI, dan Resolusi SU No.2504  (XXIV)  tanggal  19 November  1969 sebagai  alasan  hukum  untuk menduduki, mengeksploitasi, membunuh, memperkosa, menyiksa, menangkap, menghukum dan apa saja atas bangsa dan Tanah Papua. Maka, Tuntutan rakyat West Papua Barat adalah mencabut hukum PEPERA yang manipulatif tersebut. 

Proses yang penuh dengan rekayasa dan sarat dengan skandal itu membuahkan skandal selanjutnya, yaitu secara sepihak SU PBB tidak membahas, tidak  menanyakan kepada  wakil  bangsa Papua ataupun kepada bangsa lain dan menerima hasil Pepera 1969 di Papua Barat. Malahan  amandemen 15 negara  Afrika  yang  dipimpin  Ghana atas resolusi ini ditolak mentah-mentah.

Operasi-Operasi MIliter Kolonial Indonesia Setelah kemerdekaan Bangsa West Papua

1. Operasi Jayawijaya (1961-1962)

2. Operasi Wisnumurti(1963-1965)

3. Operasi Sadar(1965)

4. Operasi Brathayudha(1966-1967)

5. Operasi Wibawa(1967)

6. Operasi Khusus Penenganan Pepera(1961-1969)

7. Operasi Tumpas (1967-1970)

8. OPERASI KOTEKA (1977-1978)

9. OPERASI SENYUM (1979-1980)

10. OPERASI GAGAK I (1985-1986)

11. OPERASI GAGAK II (1986)

12. OPERASI KASUARI I (1987-1989)

13. OPERASI KASUARI II (1988-1989)

14. OPERASI RAJAWALI I (1989-1990)

15. OPERASI RAJAWALI II (1990-1995) 

MEMBENTANGKAN POKOK-POKOK  SENGKETA Presidium Dewan Papua [PDP]

Sejak era-reformasi Indonesia, rakyat West Papua mulai bersatu dalam gerakan perjuangan Papua merdeka untuk mengembalikan kedaulatan bangsa Papua Barat dan rakyat mulai menyatukan pikiran dengan melakukan protes demonstrasi demo damai dan memulai menyatukan prekpektif bahwa West Papua harus keluar dari biang kolonialisme Indonesia dengan secara seutuhnya kedaulatan harus kembali ke tangan rakyat dan Indonesia merupakan pemusnahan bagi rakyat Papua Barat yang sedang beralangsung secara Ekonomi, Politik dan Budaya yang terus-menerus menindas rakyat West Papua karaena pada saat itu, kekuasaaan Indonesia di atas tanah Papua Barat 40-an Tahun berlanjut terus menerus hingga saat ini yang sedang mendekat 60-Tahun kolonialisme Indonesia di atas tanah air West Papua. Perjuangan Presidium Dewan Papua dengan latarbelakang bahwa seluruh elemen-menyatuhkan pikiran dan pandangan untuk mendesak kolonialiame Indonesia untuk menanggapi isu kemerdekaan bangsa West Papua dan kembalikan tuntutan rakyat Papua Barat untuk merdeka secara sah dan dibawa hukum Internasional yang berlaku. dibawa ini merupakan catatan-catatan penting dalam poin yang telah tercantum terbentuknya PDP secara demokratis bagi rakyat bangsa West Papua: 

1. Demontrasi Pelanggaran HAM di Papua Barat selama tahun 1998 yaitu, 25 Mei 1998, 5 Juni 1998, dan 11 Juni 1998, menuntut mempertanggungjawab oeh TNI/PORLI dan Pemrintah Indonesia atas segala pelanggaran HAM di Papua Barat.

2. Surat Kongres Amerika Serikat dan RFK Memorian, menyangkuat surat dialog terkait Timor Leste dan Papua Barat dengan dialog sesuai kemauan  rakyat, ini saat jabatan B.J. Habbie.

3. Aksi Pengibaran Bendera Papua Barat selama tahun 1998 beberap temapat di Papua Barat dan luar Negri untuk tuntut kemerdekaan.

4. Mendirikan FORERI [Forum Rekonsiliasi Masyarakat irian Jaya/Papua Barat] di dirikan pada 24 July 1998 di Kantor ELSHAM Kotaraja Jayapura.

5. Tim Pencari Fakta DPR RI, tanggal 27 July 1998 tiba di Papua Barat dan bertemu dengan para FORERI untuk menyelidiki fakta-fakta kekerasan HAM.

6. Deklarasi 1 Agustus 1999, menyatakan sikap untuk mengorganisir semua wadah yang ada di Papua Barat.

7. Tim Seratus [T-100] pertemuan dengan presiden B. J. Habbie pada 26 Feb 1999. menyampaikan untuk keluar dari NKRI.

8. Musyawarah Besar Papua 2000, musayawarah di lakukan mulai dari 23-26 February 2000 di Sentani, Jayapura; tujuannya untuk kematangan demokrasi rakyat Papua Barat.  

Konggres Rakyat Papua II [2000], konggers dilaksanakan pada tanggal 29 Mei-04 Jun 2000 di Gedung Olahraga Cendrawasih [GOR] Jayapura, di hadiri oleh 3000 peserta. Tutuntan untuk meluruskan sejarah bangsa Papua Barat.

Presium Dewan Papua (PDP) dipimpin oleh dua orang ketua, 22 Aggota penuh dan 240 wakil masyarakat kesukuan di West Papua.

Ketua : Thom Beanal dan Theys H. Eluway

Moderator: Pdt.Herman Awom, Pdt. Beny Giyai, Franz Alebrt Yoku

Aggota: Isac Ayomi, Don Flassy, Yorris Raweyai, Muhammad S Sabuku, Beatriks Koibor, Ketty Yabansabra, Wilhem Zonggonau, Eliaser Awom, Jhon S Mambor, Fred Suebu, Marthinus A, Werimon, Leonard Imbri, Andy D Manaby, Yakob Kasimat, Melkianus Mandosir, Jhon O. Ondowame dan di tambah dua oarng dari Swedia dan Belanda. 

Proses terbentuknya PDP yang berakhirnya merunjuk pada pemimpin presidium Dewan Papua di bunuh secara brutal sehingga terjadi pembubaran badan PDP sehingga secara sah kolonialisme Indonesia mengesahkan UU Otonomi Khsusu bagi Papua melalui para borjuasi Indonesia.

MEMBENTANGKAN POKOK-POKOK  SENGKETA Era-Reformasi,dan 20 Tahun Otonomi khusus (Illegalitas)

Otonomi khusus bukan permintaan atau desakan rakyat West Papua tetapi diberikan langsung oleh kolonilaisme Indonesia untuk membungkam seluruh ruang lingkup kehidupan rakyat asli West Papua dari manipulasi yang di lakukan oleh kolonialialisme itu sendiri. Otsus yang di sahkan adalah diberikan langsung oleh Jakarta mendesak rakyat West Papua untuk tidak membicarakan realitas perjuangan kemerdekaan bangsa West Papua. Secara simulasi dan sebenarnya tidak dipersoalkan mengenai otonomi khsusus yang berlaku di atas tanah Papua Barat karena mengenai otonomi khusus adalah manipulasi dari sejarah yang panjang di atas; tetapi akan menjadi pembahasan kegagalan-kegagalan kolonialisme Indonesia di atas tanah Papua Barat bahkan secara hukum kolonialisme Indonesia UU Otsus berlaku namun bagi rakyat West Papua itu adalah ilelagaliats yang di buat oleh negara penajajah dan penajajahan oleh Kapitalisme sampai Imperialisme di Papua Barat itu sendiri. 

PRO & KONTRA OTONOMI KHUSUS

Menganai UU No 21 Tahun 2001 bahwa pengkajian otonomi khsusu tersebut gagal di pandang secara kaca mata rakyat West Papua dan sedangkan bagi pemerinatah kolonial sudah suskes. inilah menjadi dasar dari manipulasi sejarah bangsa Papua barat dan mengkalim atas  dasar cara Indonesia di tanah air West Papua.

Jadi apa yang mendasari atau menjadi patokan paksaan Otsus di Papua Barat adalah limbah politik kotor tahun  1960-an dan  politik kotor 2000-2001 sebagai  hasil  konspirasi  internasional  yang  sarat  dengan  skandal moral kemanusiaan, demokrasi dan hukum. Proses otonomi khusus yang dibahas oleh kolonail Indonesia dengan para borjuasi nasional orang Papua Barat mengabil langkah inisiatif tersendiri. Perlu di ketahui bahwa para nasionalis Indonesia melakukan berabagai kontruksi perpanjangkan Otonomi Khusus dengan pendekatan yang sangat tidak demokratsi di depan mata rakyat Papua Barat. Terbukti bahwa hari ini berbagai kasus yang terjadi terutama, Genosida, Pembungkan sejarah Papua Merdeka, Eksplotasi alam, dan pendoropan militer Indonesia, sampai transmigrasi melebihi populasi manusia Papua Barat, serta pembunuhan liar di tanah Papua Barat.  Maka, jalan utama adalah Papua Barat "Merdeka"

Sumber:

1 Semua hal ini sudah dibahas mendalam dan tuntas dalam tiga seri buku WestPaC-AMP berjudul: (1) West Papua: Dari Kolonisasi ke Rekolonisasi, (1999), (2) West Papua: Yang Kami Tahu – Skandal dalam Sejarah Dekolonisasi PBB (2000), dan (3) West Papua: Kilas Balik Sejarah Politik Papua Barat (1999) serta buku Dr. John Saltford: UN Role in Indonesia’s West Irian’s Act of Free Choice. Semua buku ini dalam versi bahasa Inggris ada di: [http://www.westapua.net/docs/books/book0/un_wp.doc]

2 Baca sejarah singkat di: http://www.westpapua.net/about/wp/history.htm

3 West Papua: from COLONISATION to RECOLONISATION, WESTPAC - The West Papuan

Community, X 1414 - GF990/402, Jakarta, 1999. [http://www.westpapua.net/docs/books/book1/part03.htm]

4 Ibid.

5 Dinas Sejarah Militer TNI-AD: 'Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI-AD, 1972:462.

6 Agreement Between the Republic of Indonesia and the Kingdom of the Netherlands Concerning West

New Guinea (West Irian) (Signed at the Headquarters of the United Nations, New York, on 15 August

1962)Isi New York Agreement ada di [ Versi revisi setelah Rome Joint Statement: http://www.westpapua.net/docs/nya.htm dan Versi aslinya sebelum revisi di Roma: [http://www.westpapua.net/docs\books/book1/part09.htm]

7 West Papua: from Colonisation to Decolonisation, op.cit.

8 Ibid.

9 http://www.westpapua.net/docs/books/book2/part04a.htm

10 http://www.westpapua.net/docs/books/book2/part06a.htm

11 The Rome Agreement between the Republic of Indonesia and the Kingdom of the Netherlands on West Irian, 30 September 1962, [http://www.westpapua.net/docs/books/book1/part03.htm]

12 West Papua: from Colonisation to Decolonisation, AMP-WestPaC, Jakarta, 1999 [http://www.westpapua.net/docs/books/book1/parto03.htm]

13 The Rome Joint Statement, Text of the Joint Statement Following the Discussions Held

Between the Netherlands Minister of Foreign Affairs Mr. Luns and the Netherlands Minister for Development Cooperation Mr. Udink with the Indonesian Minister for Foreign Affairs Mr. Malik in Rome on 20th and 21st May, 1969. [http://www.westpapua.net/docs/rome-agreement.htm]

14 Ibid.

15 UNITED NATIONS INVOLVEMENT WITH THE ACT OF SELF- DETERMINATION IN WEST IRIAN (INDONESIAN WEST NEW GUINEA) 1968 TO 1969, By John SaItford: 19. [http://www.westpapua.net/docs/books/book0/un_wp.doc]

16 The Rome Joint Statement, op.cit.: ponts 3 and 5.

17 Ini patokan tanggal Megawati untuk mengumumkan pembunuh Theys H. Eluay, tetapi beliau ingkar janji. Janji Mega 1 Mei 2002 itu mengingatkan kita pada 39 tahun silam, yaitu tanpa sebuah proses demokratis, tanpa masa persiapan yang memadai, tanpa konsultasi dengan orang Papua ataupun perwakilannya, dengan resmi PBB menyerahkan Papua Barat ke tangan NKRI.

18 Walaupun Pepera sarat dengan pelanggaran HAM, yang kami maksud adalah peristiwa seperti itu belum terjadi, tetapi Papua Barat sudah jatuh ke tangan NKRI karena hasil memorandum rahasia Roma itu.

19 Sejarah Kembalinya Irian Jaya (West Papua) kepada Indonesia, terjemahan dari The History of the

Return of Irian Jaya (West Papua) to Indonesia [http://www.westpapua.net/docs/history-indo.htm].

20 Ibid.



Komentar Anda

[disqus][facebook]
Gambar tema oleh duncan1890. Diberdayakan oleh Blogger.
Koran Kejora View My Stats