Oleh: R Wonda
Fenomena Rasial telah menciptakan ledakan Amara Rakyat Papua, api yang tak terkontrol menaruh harapan pecahnya Revolusi West Papua.
Sayang oo sayang, panggung Revolusi diduduki birokrasi Kolonial Indonesia yang mengubah harapan Rakyat Menjadi penderitaan berkelanjutan.
Kini api telah redup, terjadi kriminalisasi dimana-mana hingga Pembunuhan. Teror intimidasi Terus merawat traumatik.
Sungguh Tragedi ini membela jantung juga racun yang memakan tubuh hingga melegitimasi rasa dalam Ingatan itu adalah Luka lama yang tergores sebab Diskriminasi Rasial ini telah subur berdekade.
Ketika langit mulai tenang, datanglah sang anak bernama kejora. Ia seperti tidak asing dengan kekejaman manusia atas Manusia lain yang lemah.
Ia tersenyum lebar pada mereka yang terbentur dengan kepahitan hidup ini. Mereka yang lelah dan dipenuhi beban ini mulai terhibur.
Mata yang mulai memahami jeritan, dan senyum manis yang membuat candu. Tapi disitulah letak semangat barah api hidup.
"samar terdengar suara kemusyrikan melintasi sekat sekat urat nadi di antara cahaya matahari, aku datang dari yang mendatangkan".
Disana West Papua terdengar suara tangisan, suara yang tak pernah berhenti sejak aku di kandung hingga dilahirkan.
Saat ini ku saksikan kekerasan aparat dengan mata kecilku ini, dan aku sadari bahwa aku adalah korban dari pada kekejaman NKRI.
Tapi mereka yang lebih dulu menangis, mereka menolak tunduk pada tirani penindasan yang berlipat-ganda.
Akupun menolak tunduk pada Kolonialisme dan Imperialisme, maka hari ini aku berdiri di garis keras Sebagai bentuk perlawanan.
Bersama mereka yang disiksa, dicaci-maki, diperkosa, hingga dibunuh oleh NKRI. Mereka yang menolak demor walau kadang lelah.
Mereka yang terus merawat api sedikit demi sedikit, walau kadang tidak makan apalagi istirahat.
Inilah bentuk ekspresi wajah dari para pengungsi, korban pembantaian, juga Pembunuhan yang terus digencarkan oleh Kolonialisme Indonesia.
Penderitaan inilah yang melahirkan Pemberontakan tanpa henti, itulah Bangsa Papua, itu adalah Bangsaku, akulah Bangsa Papua.
Penulis Adalah Aktivis Self Determination For West Papua