Situasi Polisi berada di depan asrama Papua, tepat di halaman hotel Fave, pada 31 Mei, pukul 06;45 wj di Yogyakarta. |
Kondisi demokrasi di Indonesia, khusunya di Daerah Istimewa Yogyakarta, semakin sengsara. Dalam berjalannya waktu kesini, militer banyak di temukan dimana-mana. Bukan lagi di barak, atau kandang militer. Tindakan liarnya aparatur Negara di setiap tikungan jalan, bahkan di dalam kampus, warga setempat semakin bertanya-tanya! Ada apa?
Berikut kronologis terror dan pengepungan asrama Papua di Yogyakarta, Jln, Kusuma Negara, no 119, Kab. Sleman, pada 25-26 April, dan 30-31 Mei 2016.
Kronologis Pengepungan Asrama Papua di Jogja, pada 30-31 Mei.
Pada 30 Mei, malam, sekitar pukul 20;00 waktu Jogja (selanjutnya wj), Polisi gabungan Brimob kepung Asrama Papua, kamasan I, di Yogyakarta. Penghuni asrama Papua di kagetkan dengan kahadiran mereka dangan senjata amunisi lengkap. Hotel Fave, sisi kiri Asrama, dan Kampus UST Fakultas Ekonomi, sisi kanan asrama, di jadikan tempat parker aparat. Sekitar 5 Truk Dalmas, dan 2 Mobil Patroli milik Kepolisian, dan puluhan motor Kros berjejer di depan asrama.
Mereka terdiri dari Sat Dalmas dan Sat Sabhara dibantu personil dari Brimob Polda DIY dan TNI.
Padahal, di asrama Papua tidak melakukan aktivitas yang melibatkan banyak orang, dan tidak juga ada kegiatan yang bersifat khusus. Tak ada agenda (kegiatan) yang di lakukan, bahkan direncanakan oleh mahasiswa Papua.
Situasi jalan raya (jln. kusumanegara) , sejak ada militer di jalan menjadi sunyi, sepih. Hanya ada beberapa kendaraan yang lewat di depan asrama. Asumsinya ini pantauan Intel-intel.
Situasi asrama, dan aktivitas mahasiswa yang sedang menyiapkan tugas dan persiapan kuliah semakin terganggu. Secara mentalitas kami terterror. Penghuni asrama terlihat panik dengan kehadiran mereka yang penuh atribut. Situasi tersebut berjalan hingga, kira-kira pukul 23;00 wj.
Pada 31 Mei, pagi, peristiwa yang sama (di malam) kembali terjadi pada pukul 08;00 wj. Kehadiran mereka dalam jumlah yang banyak. Dua kali dari jumlah personil gabungan, di malam.
Mereka memarkirkan 9 Truk Dalmas, 5 Mobil Patroli, dan puluhan Motor Patroli lainnya berjejer ke sisi kiri di depan Hotel Fave. Kehadiran mereka dengan senjata amunisi lengkap.
Keberadaan mereka dapat di temukan di setiap titik sudut asrama. 1 Truk Dalmas berada di depan Kantor Wali Kota Jogja. Jarak dari asrama kira-kira 500 meter. Yang lain, dalam jumlah yang besar di dalam Hotel Fave, di sisi kiri asrama. Dan banyak yang berada di sepanjang gang; sisi kiri Hotel Fave dengan menggunakan 2 Truk Dalmas. Mereka tidak hanya di setiap tikungan jalan. Di Jogja, milter masuk kampus tanpa pandang daerah otonomi kampus. Sebagian besar markirnya di dalam kampus UST Fakultas Ekonomi, yang berada di sisi kanan asrama.
Pada pukul 9;00 Wj, pagi, Polisi gabungan Brimob melakukan apel pagi di depan Hotel Fave. Namun situasi tetap menggambarkan siaga Perang.
Pada pukul 10;30 wj, beberapa penghuni asrama bertanya kepada Pihak pimpinan Kordinator Lapangan, terkait kehadiran mereka. Lalu mereka di arahkan kedalam hotel Fave. Penghuni asrama dibertemukan dengan beberapa Petinggi kepolisian, diantaranya Kapolresta Yogyakarta, AKBP Pri Hartono Eling Lelakon dan Kasat Intelkam Polresta Yogyakarta, Kompol Wahyu Dwi Nugroho.
Dalam negosiasi, ketika penghuni asrama menanyakan terkait tindakan yang lewat batas. Namun Hartono mengatakan bahwa mereka menjalankan Perintah Kapolri, terkait Pengamanan Nasional.
Selanjutnya Tanya penghuni, “Siapa yang mau dijaga? Atau ada kegiatan apa sehingga kehadiran aparat dengan atribut lengkap?”
Kata Hartono, “Kami hanya mengamankan situasi saja. Jangan sampai kawan-kawan Papua melakukan tindakan yang tidak di inginkan bersama. Kan ada aksi KNPB di Jayapura too?” Bebernya.
Pungkas Penghuni, “Hari ini Mahasiswa Papua tidak melakukan kegiatan. Jika ada pasti kami beritahukan kepada pihak kepolisian dalam bentuk surat Pemberitahuan. Dan itu sering kami lakukan.” Tutup mereka.
Negosiasi pun berjalan baik. Lalu diakhiri dengan permintaan penghuni asrama bahwa Pasukan ditarik kembali. Sebab tindakan ini jusru membangun pandangan buruk terhadap mahasiswa Papua oleh warga. Dan tindakan penegak hukum sangat mendiskriminatif mahasiswa Papua di Jogja.
Pada pukul 11;30 siang, aparat kepolisian dapat mengurangi jumlah anggotanya. Hingga pukul 12; 15, polisi gabungan Brimob kebali ke kandangnya masing-masing.
Kronologis pengepungan Pada 25-26 April 2016
Pada malam 25 April, Asrama Papua di datangi seorang Intelijen dan menanyakan tentang persiapan acara pentas seni dan Budaya. Acara akan di adakan pada 26 April, dalam rangka peringati hari kematian budayawan Papua, Arnold C. Ap. Acara yang bersifat kekeluargaan, yang rencananya akan di adakan didalam rumah, Asrama Papua pada. Acara akan dimulai dari Sore pukul 18;30 waktu jogja, sampai selesai.
Pada 26 April, Pada pukul 06;30 wj, puluhan Polisi gabungan Brimob menempati di depan, sisi kiri dan kanan Asrama Papua, Kamasan I Yogyakarta. Dengan atribut senjata lengkap. Penghuni Asrama batal perkuliahan karena takut.
Sekitar 7 Truk Dalmas, 4 Mobil Sabara, dan puluhan motor kros milik Brimob parkir berjejer di depan asrama Papua, sepanjang jalan Kusuma Negara.
Hotel Fave selalu menjadi tempat persembunyian dan tempat peristrahatan mereka. Aparat terlihat berhamburan di depan jalan dengan atribut perang, lengkap.
Pada pukul 7;30 wj, pagi, penghuni asrama bertanya kepada komandan lapangan terkait kedatangan mereka dengan kondisi siaga I. Namun kata mereka hanya jalankan perintah dari Kapolresta.
Kemudian, dua orang (Panitia dan penghuni Asrama) datangi kantor Poltabes Yogyakarta, ingin bertemu Kapolresta. Ketika sampai disana, mereka bertemu langsung dengan Kompol Wahyu Dwi Nugroho (Kasat Intelkam Polresta Yogyakarta) dan Wakil Kapolresta. Namun kata mereka juga sama, bahwa pengamanan saja. “Sebab asrama Papua akan aga kegiatan, yang bersifat mengundang banyak orang.” Tamba Wahyu.
Namun tegas dua penghuni bahwa, “kegiatannya akan berlangsung pada malam hari. Ini tidak sesuai keinginan kita jika kepolisian ingin berinisiatif untuk menjaga. Tetapi ini terlalu lewat batas. Juga kami tidak memberitahu kepolisian terkait kegiatan pentas seni dan budaya ini karena akan diadakan dalam asrama Papua” Tegas mereka.
Namun pungkas Wahyu, bahwa ini akan ada sampai pukul 9;00 wj di apel Pagi. Dengan alasan yang tidak logis dan kesepakan yang belum terbulati, kedua penghuni kebali ke Asrama. Hingga pukul 9;00 wj, seusai apel pagi, di depan Hotel Fave, pun belum ada penarikan pasukan.
Aktivitas persiapan agak macet. Hingga berpengaruh pada proses berjalannya persiapan dan pada acara puncaknya agak molor waktu. Banyak team penampil yang meminta batalkan tampilannya. Katanya takut bila ada Polisi di depan.
Pada pukul 15;00 wj, panitia bersama kawan-kawan LBH Yogyakarta temui Pimpinan di lapangan, Kapolresta, dan petinggi kota kepolisian lainnya.
Ketika menanyakan tentang tindakan perintah tanpa alasan yang jelas, Hartono mengatakan bahwa, “Hanya mengamankan saja. Ada teman-teman dari luar Jogja juga datang tooo?.” Pungkasnya.
Lanjut LBH dan Panitia, “Mengamanakan?Kalau terkait kegiatan pentas seni dan budaya akan di lakukan dalam rumah. Juga akan mulai pada malam hari. Ini kepolisian sudah lewat batas atas tindakannya. Justru tindakan aparat malah meneror, mangganggu ativitas mahasiswa Papua dan penghuninya. Juga warga dan pengguna Jalan raya.”
Lanjut Hartono, “kita hanya mengamankan situasi saja. Jangan sampai ada tindakan atau terjadi kejadian yang tidak kita inginkan, juga warga.”
Lanjut LBH dan Panitia, “ Orang Papua sudah lama berada disini. Warga Jogja sudah mengenal orang Papua dan tahun karakter kami. Kami justru bertanya atas kehadiran kepolisian dengan laras dan senjata lengap?”
Hartono, “Pada prinsipnya kami hanya mengamankan situasi saja.” Pungkasnya.
Kapolresta masih mempertahanan alasan pembenaran yang tida logis. Artinya tindakan kepolisian sangat tidak menyambung dengan apa yang di katakan oleh Hartono. Kehadiran kedatangan kepolisian bukan untuk mengamankan tetapi mengepung.
Setelah melakukan perdebatan yang panjang selama kurang lebih30 menit, LBH dan Panitia meninta agar menarik Pasukan, dan truk Dalmas dan Mobil Patrolinya di pindahkan dari depan asrama dan Jalan raya.
Pada pukul 16 kurang 20 menit, Kepolisian menarik pasukan bersenjata lengkap, dan Truk di depan jalan dapat terpindahkan seusai negosiasi.
Kegiatan pun berjalan dalam pantauan Intelijen dari Hotel Fave, di sisi kiri Asrama, dan beberapa utusan yang masuk sampai Asrama. Sebagian aparat kepolisian, dalam jumlah yang banyak masih berada di halaman, dan didalam Hotel. Sampai akhiri kegiatan pada pukul 00;30 wj.
Situasi yang terbangun seja pagi itu, terganggu pada berjalannya acara. Banyak team yang tidak datang dan tidak menampilkan kreativitas dan tarian budaya mereka.(Yohanes Gobai)