Pembebasan kolkot Ternate: sedang gelar lapak baca di kampus FKIP. |
Ternate, 4 September 2017, kampus FKIP dilangsungkan agenda (Lapak Baca) yang
dilaksanakan oleh kawan-kawan Pembebasan Nasional. Agenda tersebut adalah bagian
dari program organisasi menuju pendidikan politik nantinya.
Dimulai pada pukul 08.00-15.52 wit. Lapak Baca sudah mulai berlangsung. Semua kawan-
kawan diwajibkan membawa buku bacaan yang dibutuhkan dalam agenda tersebut,
diantara kawan-kawan yang datang juga diberikan tanggung jawab untuk melibatkan
simpatisan ikut terlibat membaca, begitupun dalam persiapan-persiapannya, Lapak Baca
ini juga disisipkan dengan formulir dan selebaran sebagai bahan Rekruitment anggota
baru. yang hadir dalam agenda tersebut selain kawan-kawan Pembebasan sendiri juga
ada beberapa mahasiswa baru maupun dari anggota organisasi panguyuban, minat
membaca masih sangat sedikit orang, tidak pasti jumlahnya sebab ada yang datang
sedikit membaca langsung beranjak pergi, dan silih berganti. Disaat membaca seiring
juga dilangsungkan diskusi, apa maksud dari tujuan dilaksanakannya Lapak Baca
tersebut kepada setiap mahasiswa yang datang. Begitupun dengan setiap buku yang
dibaca bila tidak mengerti berlangsung diajak diskusi, selain itu berbagi cerita dan
pengalaman dalam berorganisasi.
Jumlah bacaan (BUKU) yang digunakan sebagai bahan bacaan adalah beragam judul,
mulai dari ilmu sosial, panduan berorganisasi dan berjuang, terutama bacaan-bacaan
sejarah masyarakat, serta beberapa buku novel dari Pramoedya Ananta Toer dan Marxim
Gorky. Sekitar 40-an buku, yang dipakai belajar. Sebagai catatannya, buku tersebut bisa
dibaca langsung dan gratis tanpa pungut biaya, bila dibawah harus dilengkapi nama
peminjam, alamat, dan juga dibayar sebagai modal akan dilangsungkan agenda kembali.
Dengan berlangsungnya (Lapak Baca) tersebut tidak ada masalah apa-apa, hingga
berakhirnya pada pukul 15.52 wit. Dan kawan-kawan akhirnya merapikan semua buku-
buku, dan bergegas kembalikan buku pada tempatnya.
Keterangan:
Kronologis di buat oleh Waode Mayani, dan setelahnya dirubah redaksionalnya oleh
Rudhy Pravda