Gambar Ilustrasi oleh AMP KK Yogyakarta Setelah usai "Diskusi dan Bedah Film ALKINEMOKIYE" |
Yogyakarta, 27 Maret 2018 bertempat di Asrama Papua, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP-KK Yogyakarta) mengadakan diskusi dan bedah film “Alkinemokiye” yang dihadiri oleh 48 orang mahasiswa/i. Kegiatan dimulai pada pukul 19.10 WIB sampai pukul 23.30 WIB dan diakhiri dengan foto bersama para peserta diskusi dalam pemutaran film “Alkinemokiye”.
Film dokumenter “Alkinemokiye” yang berdurasi kurang lebih satu (1) jam, yang menceritakan tentang kondisi buruh PT.Freeport yang tidak mendapatkan upah minim serta tidak setara dengan keselamatan kerja (nyawa) mereka dalam bekerja pada tahun 2011, dan juga perbandingan upah yang bagai langit dan bumi antara, para petinggi penguasa PT. Freeport yang hanya berpangku tangan dan menerima hasil yang begitu tinggi. Hal ini juga yang menjadi penyebab para buruh PT. Freeport melakukan demostrasi dan mogok kerja yang kemudian juga dibalas dengan represifitas militer yang diturunkan oleh perusahaan PT. Freeport untuk menghentikan demonstrasi yang berujung pada tewasnya beberapa buruh PT. Freeport.
Film tersebut juga menceritakan tentang perjuangan TPN/OPM yang kesadaran penuh akan PT. Freeport yang menjadi akar penindasan, pembantaian, pemerkosaan dan penyiksaan berjutaan orang Papua, serta secara langsung memenjarakan ideologi politik ‘Papua Merdeka’ dengan menyetir negara Indonesia untuk melakukan kolonisasi yang diawali dengan operasi militer yang dilakukan diseluruh wilayah Papua.
Setelah film selesai dilanjutkan oleh moderator, Bingga, yang kemudian dijelaskan oleh pemantik, Aworo salah satu kader AMP, tentang sejarah sistem ekonomi-politik yang dimonopoli Individu/kelompok tertentu, Kapitalis, yang dahulunya sudah ada di Papua.
Ulasan dari Pemateri
Sekitar tahun1920-an terdapat perusahaan minyak yang dipegang oleh Amerika Serikat, Jepang serta beberapa negara kapitalis yang memiliki saham mencapai 60% ,serta Belanda namun memiliki saham lebih kecil. Penemuan mineral emas awalnya ditemukan oleh 3 orang pendaki dari Belanda setelah itu Belanda melakukan pendekatan ke Amerika Serikat untuk bekerja sama, tetapi Amerika Serikat menolak karena Amerika Serikat membaca bahwa akan sangat menguntungkan jika memanfaatkan Indonesia untuk merebut Papua dan dengan leluasa menguasai mineral emas yang terkandung di Papua.
Didalam pihak Amerika Serikat sendiri juga terdapat dua kubu yaitu John F Kennedy yang baru dilantik sebagai presiden Amerika Serikat yang memandang bahwa presiden Indonesia, Ir. Soekarno merupakan seorang nasionalis yang patut dijadikan presiden seumur hidup, tetapi di pihak Allan Dulles, agen terbaik CIA pada masa itu, menganggap bahwa Ir. Soekarno sebagai seorang komunis yang akan menghambat kepentingan ekonomi kapitalis untuk menguasai perekonomian di Indonesia, terlebih khusus pertambangan emas yang akan dibangun di Papua. Sehingga pada saat setelah pertemuan John F Kennedy dan Ir. Soekarno bertemu lalu Kennedy kembali ke Amerika kemudian setelah mau balik kembali, ia dibunuh dan sampai sekarang belum diketahui pelaku penembakannya. Di sisi lain Allan Dulles memainkan politiknya dengan memakai para petinggi militer di Indonesia untuk melakukan pembantaian terhadap kaum PKI (Partai Komunis Indonesia) yang menelan jutaan korban, hal ini juga dapat dilihat sebagai stimulus untuk melancarkan kepentingan ekonomi kapitalis di Indonesia, termasuk juga di Papua sendiri.
Ini adalah sejarah dan pembacaan yang dipaparkan oleh pemantik, kemudian diskusi mengalir begitu saja, ada seorang kawan simpatisan dari Indonesia yang mengajukan beberapa pertanyaan yang juga ditanggapi antusias oleh kawan-kawan AMP KK Yogyakarta, terkait dengan dampak yang sudah diberikan oleh PT. Freeport kepada orang Papua khususnya di bagian kabupaten Timika. Pertanyaan tersebut kemudian dijelaskan oleh salah seorang kawan dari Papua yang memang hidup langsung di daerah sekitar Kokonau (dekat pembuangan limbah PT. Freeport) menurutnya dampak PT. Freeport ini sangat berpengaruh sekali terhadap kesehatan masyarakat di sana serta juga pola berpikir masyarakat setempat yang juga agak lambat. Di lain sisi memang ada dana bantuan yang diberikan oleh PT. Freeport tetapi hal ini tak lain hanya memanjakan dan membuat masyarakat di sekitar semakin ketergantungan terhadap PT. Freeport dan ia juga menjelaskan bahwa hal ini merupakan sebuah sistem kapitalis yang juga merampas kekayaan secara liar dan menyisihkan sedikit terhadap orang Papua itu sendiri.
Ada juga adegan cuplikan dalam film tentang dimana tentara orang Papua menyiksa orang Papua sendiri yang menjadi pertanyaannya, seorang kawan dari AMP, Jo menjelaskan bahwa sejak 1 Desember 1961 Papua telah mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara yang berdaulat tetapi selang 18 hari kemudian TRIKORA dikumandangkan oleh Ir. Soekarno melalui agresi militer yang terus digencarkan dari 1961-1990an yang dimana terjadi penyiksaan, pembantaian, pembunuhan, pemerkosaan besar-besar yang merupakna pelanggaran HAM berat yang tidak pernah diselesaikan dari hal-hal ini juga yang menjadi trauma besar para orang tua untuk berbicara tentang ideologi politik Papua serta sebagian orang tua juga ada yang melarang anaknya berbicara atau menyinggung tentang masalah Papua, hal ini juga yang menjadi penyebab kenapa generasi muda Papua menjadi acuh tak acuh dalam perjuangan politik Papua sehingga mereka juga menganggap bahwa perjuangan politik rakyat Papua lainnya adalah perjuangan separatis, sehingga ia bisa melakukan kekerasan terhadap sesama orang Papua yang berbeda ideologi politiknya, karena sistem kolonialisasi tidak hanya merampas suatu daerah tetapi juga dengan menyetir pemikiran manusianya. Ungkapnya.
Beberapa kawan-kawan dari Indonesia, khususnya dari organisasi Pembebasan yang juga tergabung dalam PPRI dan FRI-WP mendukung jelas-jelas sikap politik terhadap bangsa Papua untuk merebut kembali kemerdekaan yang telah mereka raih, dan juga mereka berharap bahwa bangsa Papua harus berjuang bersama untuk melawan salah satu akar permasalahan terbesar di Papua yaitu dengan memberhentikan kontrak kerja Freeport yang merupakan dalang dari kolonialisasi Indonesia di tanah Papua, yang juga dibarengi dengan agresi militer yang juga untuk kepentingan para kapitalis yang ingin menanamkan modal di sana sehingga berdampak pada pemenjaraan Ideologi politik Papua merdeka. Ditambahkan lagi oleh seorang kawan yang mengatakan bahwa Papua merupakan Surga sekaligus neraka yang ada di dunia ini, karena ia menyimpan begitu banyak kekayaan alam yang sangat melimpah tetapi hal ini juga merupakan sumber bagi penindasan rakyat Papua sendiri dimana para kapitalis dengan rakusnya semakin mengguritakan saham-sahamnya di Papua.
Penulis adalah Kader Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Yogyakarta