Halloween party ideas 2015

Photo ilustrasi oleh koran kejora, Aliansi Mahasiswa Papua [AMP]
"KP AMP AMBON: Refleksi 17 Tahun Penculikan dan Pembunuhan Dortheys Hiyo Eluay"
Oleh: Komite Persiapan Aliansi Mahasiswa Papua Ambon***

Penculikan dan pembunuhan Dortheys Hiyo Eluay (64), Ketua Presidium Dewan Papua (PDP), merupakan salah satu dari sekian banyak pelanggaran HAM yang pernah di lakukan oleh Pemerintah Indonesia terhadap Rakyat Papua Barat (Provinsi Papua dan Papua Barat.

Pelanggaran HAM terhadap rakyat Papua Barat ini, berawal semenjak Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia mendeklarasikan Trikora, pada 19 Desember 1961 di Yogyakarta. Isi Trikora,pertama bubarkan "Negara Boneka" Irian Barat buatan Belanda; kedua, mobilisasi massa; dan ketiga, kibarkan sang saka merah putih di Irian Barat.

Akhirnya dilakukan beberapa gelombang Operasi Militer di Papua Barat dengan satuan militer yang diturunkan ke Papua Barat seperti Operasi Mandala, Operasi Sadar, Operasi Brathayuda, Operasi Wibawa, Operasi Jayawijaya, Operasi Sapu Bersi I dan II, Operasi Galang I dan II, Operasi Tumpas dan masih banyak lagi operasi-operasi yang di lakukan di Papua saat ini.  Melalui operasi ini wilayah Papua Barat diduduki, dan dicurigai banyak orang Papua Barat yang telah dibantai pada waktu itu.
Lahirnya Reformasi memberikan “angin segar” bagi rakyat Papua Barat untuk memperjuangan kemerdekaan negara secara terbuka. Kebangkitan rakyat Papua Barat untuk menentukan nasib sendiri meningkat tajam, dengan melakukan beberapa hal diantaranya: Demonstrasi Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua, Surat Kongres Amerika Serikat dan Robert F. Kenedy  Memorian. Selanjutnya,  Aksi Pengibaran Bintang Kejora, Pendirian FORERI, Tim Pencari Fakta, Deklarasi 1 Agustus 1999, Dialog Tim 100 di Jakarta yang dinamakan “Dialog Papua-Jakarta”, Musyawarah Besar (Mubes) Rakyat  Papua 2000, Kongres Rakyat Papua II (2000).

Nama Almarhum Theys Hiyo Eluay pernah begitu populer di awal tahun 2000-an, sebagai salah satu tokoh yang mempunyai pengaruh cukup besar bagi rakyat Papua. Theys merupakan tokoh pejuang yang berjuang untuk melawan ketidakadilan, penindasan yang dialami rakyat Papua Barat. Pemimpin besar Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Papua ini terpilih sebagai Ketua Presidium Dewan Papua (PDP) melalui Kongres Nasional II Rakyat Papua Barat pada Mei - Juni 2000, yang kala itu mendapat persetujuan langsung oleh Presiden Gus Dur.

Konon, keberadaan PDP ini dianggap menjadi ancaman bagi negara karena dikhawatirkan akan menjadi cikal bakal lepasnya Papua Barat dari bingkai NKRI. Pada 10 November 2001, tepatnya 17 tahun yang lalu, Pemimpin Besar Bangsa Papua Barat, Dortheys Hiyo Eluay, ditemukan tewas dalam mobilnya di Kilo Meter 9, Koya, Muara Tami, Jayapura. Belakangan diketahui, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) telah menculik dan membunuhnya.

Untuk memahami lebih jauh tentang tokoh karismatik ini, perlu lebih jauh kita memahami biografi-nya, nilai-nilai perjuangan-nya dan refleksi bagi kita, kaum mudah Papua Barat hari ini. Bertolak dari sini, buah perjuangan-nya menjadi sebuah filosofi awal kita membangun ruang dan strategi kita demi tercapai-nya pembebasan Nasional bangsa Papua Barat.

Dortheys Hiyo Eluay (lahir di Sereh, Sentani, Jayapura, 3 November 1937 – meninggal di Muara Tami, Jayapura, 10 November 2001 pada umur 64 tahun) adalah mantan ketua Presidium Dewan Papua (PDP), yang didirikan oleh mantan presiden Indonesia Abdurrahman Wahid.

Theys dididik di sekolah dasar lanjutan (Jongensvervolg School) di Yoka, pada masa penjajahan Belanda. Dia mempelajari meteorologi dan lalu bekerja sebagai asisten ahli meteorologi di Badan Metereologi dan Geofisika Pemerintah Hindia Belanda. Keluarganya merupakan kepala adat (ondoafi) di Kampung Sereh. Theys sendiri kemudian menjadi ondoafi berkat pendidikannya yang lumayan tinggi.

Tahun 1977, Theys pindah ke Golkar. Ia menjadi anggota DPRD I Irian Jaya hingga tahun 1992. Tahun 1992, Theys membentuk Lembaga Musyawarah Adat (LMA) yang menyatukan 250 suku Papua. Theys terpilih dan dinobatkan selaku Pemimpin Besar LMA Papua. Ia kemudian menobatkan diri jadi Pemimpin Besar Dewan Papua Merdeka.

Pada 1 Desember 1999, Theys mencetuskan dekrit Papua Merdeka serta mengibarkan bendera Bintang Kejora. Lalu pada Mei-Juni 2000, ia mengadakan Kongres Nasional II Rakyat Papua Barat, yang lalu dikenal sebagai Kongres Rakyat Papua, Jayapura. Dalam kongres itu, Theys terpilih sebagai Ketua PDP.

Pada Sabtu, 10 November 2001, sehabis mengikuti acara di Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Tribuana Hamadi, Jayapura. Saat dalam perjalanan pulang, ia sempat menghubungi istrinya, Yaneke Ohee Elluay. Namun, tak lama kemudian, Ari yang menjadi sopir Theys mengabarkan kalau ia dan Theys tengah diculik. Begitulah, esoknya Theys ditemukan tewas di dalam mobilnya yang tersungkur ke jurang, dekat Skyland Jayapura.

Dari hasil penyidikan, ternyata pembunuhan ini dilakukan oleh Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Beberapa anggotanya, antara lain Letkol Hartomo, dipecat secara tidak terhormat.
Theys akhirnya dimakamkan di Sentani (Lapangan Theys Hiyo Eluai) tempat kelahirannya Sentani. Pemakamannya dihadiri lebih dari 10.000 orang Papua dan non Papua.

Dalam  kehidupannya Theys sangat menujung tinggi nilai kemanusiaan terhadap sesama. Perjuangan secara kemanusiaan menjadi dasar untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat secara damai. Perjuangan-nya juga tidak memandang agama atas sikap politik-nya. Theys mampu mencuri hati rakyat non Papua di Papua Barat sebagai bentuk momentum langkah awal kemerdekaan, pada saat itu.

Theys telah mewariskan dan meninggalkan senjata paling ampuh, yaitu perlawanan dengan cara damai berdasarkan kasih dan santun adat. Perlawanan damai-nya melegitimasi perlawanan santun adat asli orang Papua Barat.

Pada saat masyarakat terpeceh-belah dalam faksi-faksi yang pro Merdeka, Otonomi dan Federasi sekitar tahun 1999, Theys pernah menasehati semua pihak, khususnya rakyat Papua Barat supaya tetap bersatu. Kata Theys, “Kita sebagai orang Papua boleh berbeda dalam pilihan: otonomi, merdeka atau federasi, tetapi kita harus tetap bersatu dalam satu bingkai, yaitu bingkai Papua”. Ini adalah cara Theys mempersatukan semua unsur rakyat Papua dengan kepentingan-nya yang amat beragam.

Dari perjuangan Theys yang diulas  di atas ini, yang menjadi kebutuhan yang mendesak bagi  rakyat Papua Barat, hari ini adalah, mendorong semua komponen gerakan ditanah air Papua Barat baik pemuda–mahasisiwa, masyarakat adat, perempuan, buruh, non-papua/(amber), komunitas teologia; kristen, kristen-katolik, islam, dan secara umum Rakyat Papua Barat yang menganggap dirinya bagian dari bagsa Papua Barat, untuk bersatu dan bersama bersama membangun persatuan Nasional sebagai kekuatan pengerak revolusi Papua Barat.

Demikian-lah semangat perjuangan Theys Hiyo Eluay yang mesti kita lanjutkan. Persoalan Penculikan dan Pembunuhan Theys Hiyo Eluay, tidak bisa lihat sebatas pelanggaran HAM atau mengenang-nya dengan cara-cara moralis seperti memasang lilin, memajang foto dan berbagai macam lain-nya yang membangkitkan rasa kasihan. Itu “saja” tidaklah cukup untuk menghargai perjuangan Theys Hiyo Eluay. Cara paling baik untuk menghargai perjuangan Theys Hiyo Eluay, adalah dengan melanjutkan perjuangan-nya untuk membebaskan rakyat Papua Barat dari pengisapan dan penindasan. Dengan begitu, Theys Hiyo Eluay tidak akan pernah mati, Ia akan selalu ada dalam jiwa-jiwa yang berlawan.

Hasil Diskusi KP AMP Ambon 10 November 2018
_________________________________

Referensi:
1. Baca Juga: http://korankejora.blogspot.com/2015/11/refleksi-perjuangan-bapak-theys-hiyo.html
2.Baca Juga: http://www.suarapapua.com/read/2014/11/10/2021/melawan-lupa-penculikan-dan-pembunuhan-theys-h-eluay-oleh-kopassus-bermotif-politik-bagian-i

Komentar Anda

[disqus][facebook]
Gambar tema oleh duncan1890. Diberdayakan oleh Blogger.
Koran Kejora View My Stats