Peta, nabire, ilst. |
Oleh: BLY )*
Saya BLY, salah satu dari mahasiswa Papua yang memilih untuk balik (pulang) ke Papua sebagai respon saya terhadap kasus rasisme yang sempat memanas beberapa waktu lalu dan masih berlanjut prosesnya sampai saat ini. Tidak berhenti disitu saja, saya juga mencoba untuk mengamati keadaan atau kondisi saat ini di Papua khususnya di Kabupaten Nabire, tempat saya tinggal saat ini.
Nabire itu nama sebuah kebupaten yang berada di antara Manokwari dan Jayapura, dekat bibir laut utara, provinsi Papua. Nabire merupakan kota “pertemuan/persinggahan” dari sejumlah Kabupaten yang berada di pegunungan tengah Papua: Dogiai, Deiyai, Intan Jawa, Puncak Papua & Jaya; dan dari pesisir, misalnya: Biak, Serui, Kepulauan Yapen, Waropen, Wasyor, Manokwari, Jayapura. Selain itu juga, secara kwantitas populasi penduduk non Papua (transmigran) juga sangat mendominasi. Misalnya: ada Paguyuban Jawa Sumatra, Makassar, Toraja, dan seterusnya, atau kampong Bumi Wonerojo, Karang Mulia, karan Tumaritis, dan daerah pemukiman baru (disebut SP1-4 & SP A-C; Yaro, Lagari, dan seterusnya) yang dihuni oleh lebih banyak non Pribumi. Kota menjadi tempat aktivitas vital ekonomi di sana.
Sehingga Nabire, menjelaskan masifnya akulturasi, asimilasi, juga kota Pusat Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Bagi saya, Nabire itu rumah saya, tempat lahir, besar, berkembang, hingga memutuskan untuk meninggalkan Nabire untuk lanjutkan kuliah ke Jawa.
Nah! Keadaan Nabire saat ini tampak tenang namun tetap dalam keadaan waspada. Meski sempat ada beberapa aksi demo secara damai protes rasisme yang—berkepanjangan—terjadi di Surabaya dan Malang pada 15-17 Agustus 2019.
Sejak tiba di Nabire, tentu merasahkan suasana yang agak berbeda pasca rasisme itu. Saya mengamati suasana kota Nabire, interaksi sosialnya, juga aktivitas TNI/Polri yang tersebar di rana sipil dengan peralatan lengkap, juga sikap dan tindakan pemerintah daerah (Pemda) pasca protes rasisme pecah di Papua.
Pertama yang menonjol saat ini adalah perubahan sikap dalam interaksi sosial antara orang asli Papua (lanjut baca: OAP) dan non Papua (selanjutnya baca: ONAP).
Hubungan OAP dan ONAP berjalan baik jika di lihat secara langsung saat ini. Bisa di lihat juga ada perubahan sikap dari ONAP di Nabire. Padahal dulunya acuh tak acuh serta sikap mereka yang dulunya terlihat tak menghargai OAP kini berubah Hampir 95 % persen menjadi Orang yang baik kepada OAP setelah adanya kasus mengenai Rasis.
Yang kedua ini mengenai kegiatan pengamanan yang di lakukan oleh Pihak yang berwajib (TNI/Polisi).
Untuk pengamanan dan pengamatan masih tetap di lakukan oleh pihak berwajib seperti TNI dan POLRI di Nabire, dengan cara operasi kepolisian yang sering dilakukan baik di malam hari juga di pagi hari di seluruh jalur jalan raya maupun jalan jalan kecil (gang). Barang-barang yang di periksa berupa isi Handphone (Gambar dan Video berbau oolitik), noken bermotif bintang kejor, dll, Serta beberapa penjagaan yang di lakukan di beberapa tempat yang ramai, terlebih saat para TNI POLRI mendengar adanya Informasi tentang kegiatan demo damai yang akan di lakukan oleh OAP dan tempat yang menjadi titik pengamanan adalah seperti Pasar tempat masyarakat melakukan kegiatan jual beli, dan beberapa tempat yang setidaknya ramai pengunjung.
Yang ke tiga adalah bagaimana keadaan dan kewaspadaan OAP di Nabire terkini.
Kondisi OAP di Nabire saat ini hanya Waspada dan mengurangi setiap kegiatan di luar rumah, terlebih mengurangi kegiatan di malam hari; waspada dalam hal berkendara dengan kendaraan pribadi demi menghindari hal-hal yang tidak di inginkan, seperti kecelakaan akibat senggolan kendaraan bermotor yang lain, serta untuk meminimalisir hal yang tak di inginkan terjadi. Maka OAP Waspada dengan setiap dagangan yang di jajahkan oleh ONAP lebih khususnya adalah makanan dan minuman. Dan ada juga beragam respon dengan kejadian saat ini. Contohnya ada beberapa OAP yang juga kembali ke kampung halamannya untuk mengikuti keadaan yang terjadi. Ada juga OAP yang tetap tinggal di kota nabire.
Ada juga kegiatan yang di lakukan oleh teman-teman mahasiswa Papua yang kembali dari kota studi di luar papua yang dimana telah membuat Posko Keamanan di Nabire.
Untuk respon Bupati Nabire sendiri mengenai situasi saat ini belum saya ketahui pasti. Namun menurut informasi yang saya dapatkan melalui teman-teman bahkan Info Grup mahasiswa, katanya Bupati mengadakan kegiatan-kegiatan baru yang. kalau di lihat kembali sebelumnya jarang ada kegiatan, saat ini di diselenggarakan Pemda: kegiatan yang menyuarakan perdamaian dengan menyelenggarakan beberapa kegiatan perlombaan, pertandingan sepak bola, konser musik, dan sebagainya.
Alhasil untuk kegiatan ini menuai beragam respon dari OAP, ada yang tetap ikut serta dan menolak untuk ikut serta di dalamnya karena di anggap dapat mengurangi rasa juang OAP.
Penulis adalah Mahasiswa Papua kuliah di Jawa