Ilustrasi |
Oleh: Jhon Gobai )*
1). Peristiwa kecelakaan lalu lintas dan meninggalnya Sopir Truk (YY) yang terjadi pada 27 Februari 2020, karena tidak ada kronologis yang bersumber dari saksi orang pertama juga hasil investigasi oleh siapa pun, pertama kali public dikejutkan video berdurasi 2 menit lebih yang tersebar di social media, lalu mengundang perhatian public bahkan sejumlah media abal-abal menjadikan sumber utama siaran tentang peristiwa “pengeroyokan” yang diberitakan. Bahkan mengundang banyak komentar yang rasis, tak tak sedap di eja kepada Orang Papua. Sementara sumber video itu tak jelas siapa yang mengambil gambar dan dampat bertanggungjawab?
2). Kebenaran harus ditegakan. Salah tetap salah, begitu pun benar. Dan itu tak bisa dipastikan/ditemukan dengan informasi yang sangat simpang siur. Banyak kronologis dari sudut pandang masing-masing sedang beredar: Anggota DPR Provinsi (baca di Jubi), kepolisian (Nabire net) juga dari orang ketiga. Menurut hemat verifikasi data jurnalisme, kronologi yang bersumber dari orang pertama (saksi mata langsung) itu akurat dan masih hangat. Kapolres Nabire telah menetapkan 11 orang sebagai saksi mata, mereka adalah anggota Polisi yang berada di TKP--yang datang bersama (?) korban Sopir—dengan senjata laras panjang saat Sopir YY di aniaya warga. Tampak di video yang tersebar, anggota Polisi itu menyaksikan penganiayaan, walau korban Sopir YY memohon perlindungan tetapi itu, terlihat di video, tak diseriusi oleh polisi hingga meninggal.
3). Oleh karena itu, saat ini Sosial Media dan media abal-abal sangat massif beritakan informasi miring, berbauh kebencian, juga provokatif. Terlepas dari tindakan penganiayaan itu salah, tak banyak orang yang melihat peristiwa ini murni berawal dari kecelakaan lalu lintas. Hubungan korban kecelakaan (Mote) yang meninggal dan penyaniayaan terhadap Sopir YY akibat luapan emosi masyarakat atas menduga sopir YY sebagai pelaku. Disini kita membutuhkan saksi yang menyaksikan korban Mote menabrak Babi dan terinjak Ban Truk akibat terseret sejauh 3 meter dari titik kecelakaan awal? Lalu sumbernya dari mana kronologi awal ‘Mote tabrak Babi lalu di injak ban truk akibat terseret’ itu dibuat? Siapa yang telah investigasi kejadian ini? Olah TKP? Sisi ini sangat kosong. Sehingga informasi yang sedang beredar sangat miring dan provokatif. Bahkan ada informasi provokatif dan terror banyak tersebar kepada Mahasiswa Papua di Sulawesi, itu membuat semua mahasiswa tak dapat beraktifitas dengan baik. Informasi-informasi itu sumbernya tak jelas, banyak juga dari akun-akun Facebook palsu yang menyebar kebencian antar-sesama yang sangat tajam bauh busuknya. Kejadian di Papua, tentu tak ada hubungan antara kecelakaan, dan sopir di aniaya, juga keberadaan mahasiswa Papua di Sulawesi. Bila ada pihak yang mencoba mengait-kaitkan dengan isu ras, antar-pulau, putih dengan hitam, maka mereka mesti dicurigai sebagai oknum-oknum yang senantiasa memproduksi dan menyebarkan kebencian, mereka menghendaki pertumpahan darah tak berdosa terjadi. Itu mesti diperhatikan oleh bersama.
4). Kini peristiwa ini sedang mencari-cari kambing hitamnya. Banyak akun-akun palsu juga informasi tidak bersumber yang sedang berupaya mengkriminalisasi kelompok-kelompok tertentu, dan itu kita akan saksikan nanti apa kata Kepolisian usai investigasi di TKP. Sebab rona kegelapannya sudah mulai tercium sejak tadi malam.
5). Kepada kawan-kawan muda Papua, terutama di Meepago yang punya potensi menulis/meliput, kita mesti menulis tentang kejadian ini dari berbagai perspektif, terutama soal memastikan kebenaran atas peristiwa ini. Juga situasi dan kondisi Papua; soal keberadaan sosial-masyarakat di Papua, terutama di Dogiai, praktek Demokrasi juga kemanusiaan dibawa NKRI yang sangat kolonialistik itu. Realita ini akan membantu kita menimbang dan menganalisa kondisi-kondisi lain, juga untuk kehidupan masyarakat selanjutnya. Bila tidak, kita akan terus tunduk dan menerima informasi miring yang diproduksi oleh penguasa yang terus mendiskreditkan orang Papua pada umumnya, memprovokasi, mengadu-domaba, menjatuhkan, menghina martabat dan harga diri orang Papua. Seakan negeri ini beasal dan berdiri diatas nilai-nilai kemanusiaan. Padahal jelas-jelas Polisi membiarkan Sopir YY dianiaya warga.
6). Kepada semua pihak, Lebaga pekerja HAM, Organisasi Mahasiswa juga Masyarakat yang peduli HAM, melihat peritiwa ini dari sudut pandang HAM mesti adil dalam pikiran terlebih dahulu. Pada tanggal 27 Februari 2020, 5 orang yang telah meninggal ditembak TNI di Nduga, Papua; dan 2 lainnya adalah Mote dan Sopir YY dalam peristiwa Dogiai. Artinya dalam satu hari dikabarkan 7 orang telah meninggal.
Pada 24 Februari 2020 seorang Perempuan (Marga Doo, asal Deiyai—Kab. Yang berdekatan dengan Dogiai) ditemukan tewas di pinggir jalan Raya Nabire-Paniai. Diduga Sopir angkutan Nabire-Paniai melakukan penganiayaan terhadap perempuan tersebut saat Ia diantar dari Dogiai ke Paniai dari Nabire. Peristiwa ini tak dibuat apa-apa oleh pemerintah Daerah juga kepolisian. Keadilan bagi keluarga korban adalah air mata dan duka; sementara pelaku melarikan diri ke Paniai.
Sepanjang bulan Februari 2020 ini juga dua orang telah ditembak mati oleh Aparat Indonesia di Kab. Intan Jaya akibat Operasi Militer. Salah satu korbannya adalah siswa kelas VI SD YPPK Bilogai (11 tahun); dan satu perempuan dari dua warga yang kena luka-tembak adalah siswa kelas VI SD YPPK Bilogai juga (12 Tahun).
Begitu juga 45 ribu pengunsi Nduga yang masih tersebar di titik-titik pengunsian akibat operasi militer sejak Desember 2018, lalu; dan ratusan warga lainnya: usia anak-anak hingga dewasa telah meninggal dalam pengunsian.
Siapa yang peduli? Negara? Siapa berbicara HAM?
Soal HAM Kita mesti adil sejak di pikiran.
Medan Juang, 28 Februari 2020
*Penulis adalah kontributor korankejora