Halloween party ideas 2015

doc ilustrasi koran kejora,
Perjuangan suci rakyat papua melawan sistem yang menindas


Oleh : pace goame


"Perjuangan Suci Rakyat Papua Melawan  Sistem Yang Menindas Bukan melawan Suku, Ras Dan Agama dan lain sebagaina".

Perjuangan suci rakyat papua hari ini, tidak melawan suku, agama, budaya, ras  golongan dan lain sebagainya Tetapi perjuangan rakyat papua hari ini murni melawan sistim kolonialis, kapitalis, imperealis, militerisme dan menuntut hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis. yang kini perlawanan rakyat papua  sedang bergema diseluruh tanah air west papua dengan tuntutan hapuskan kolonialisme, hancurkan kapitalisme, lawan militerisme juga refreendum. bersamaan juga dengan dekolonisasi yang saat ini kolonial indonesia melancarkan programnya   demi kepentingan penguasaan  ekonomi politik diatas tanah papua.


Sebagaimana dibuktikan Melalui data riset penelitian yang dilkukan oleh 10 lembaga resmi antara lain: BersihkanIndonesia, YLBHI, WALHI, Eksekutif Nasional, Pusaka Bentara Rakyat, WALHI Papua, LBH Papua, KontraS JATAM, Greenpeace Indonesia, Trend Asia. Judul penelitian yang diangkat adalah: EKONOMI-POLITIK PENEMPATAN MILITER DI PAPUA. Hal ini kami bisa dapat membuktikan juga dengan melihat kebelakan (sejarah) pencaplokan wilyah papua barat ke dalam bingkai kolonial indonesia setelah 18 hari bangssa papua menetukan  nasib sendiri.


Demi kepentingan penguasaan dan pencaplokan berawal dari trikora yang dimana setelah banggsa papua merdeka pada 1 desember 1961 dan dibubarkan secara paksa melalui TRIKORA 19 desember yang dikumandangkan oleh sukarno di alun alun utara jogyakarta, setelah membubarkan secara paksa terjadilah perjanjian perjanjian ilegal antara kolonial belanda, kolonial indonesia dan imperealis amerika, tanpa melibatkan rakyat papua sebagai pemilik ulayat adat ataupun tuan tanah diatas tanah papua, perjanjian itu antaranya New York Agremeent 1962, Roma Agremeent 1962 bahkan pelaksanaan PEPERA 1969 secara paksa juga tidak melalui perjanjian ilegal new york agremeent, lebih anehnya lagi sebelum melaksanakan  PEPERA sudah ada tandatangan antara jhon efgedi dan sukarno untuk eksploitasi sumber daya alam pada tahun 1967 dan yang saat ini Kami mengetahui PT. Freeport yang sedang beroperasi di papua.

Bahkan kami bisa melihat situasi har ini  Sogokan rejim melalui “Otonomi Khusus” semakin disadari oleh rakyat Papua sekedar sogokan dan ilusi semata. “Otonomi Khusus” telah gagal memberikan kebebasan politik apalagi kesejahteraan bagi rakyat Papua. Dalam banyak kejadian hanya mensisakan bangunan-bangunan sekolah yang tak di isi oleh pengajar, atau pun gedung Puskemas tanpa dokter, dan sebagainya. Secara ekonomi, hanya menguntungkan segelintir elit melalui proyek-proyek infrastruktur, tapi tak menjawab pembangunan manusia Papua seutuhnya. 


Keragaman suku yang lebih dari 250an suku serta belum adanya “bahasa papua” tak bisa lagi dijadikan landasan belum ada Papua sebagai sebuah “bangsa”. Atau pun pemecah belahan rakyat Papua sebagai sebuah Bangsa. Karena, perkembangan pergerakan rakyat Papua menunjukan ikatan-ikatan yang semakin erat dan bermakna secara sosial dan politik.


Mengapa? Tentu saja yang paling esensial dalam bagaimana penindasan terhadap kebebasan politik (freedom of expression, freedom of association, freedom of speech, dan freedom of thinking), eksploitasi terhadap alam melalui berbagai perusahaan internasional (misalnya: Freeport) yang difasilitasi oleh pemerintah Indonesia merusak lingkungan Papua. Belum lagi eksploitasi terhadap manusia Papua, misalnya sebagai pekerja dengan upah yang lebih murah daripada non Papua. Ataupun bagi hasil yang timpang. Perusahaan-perusahaan internasional “merampok” begitu besar terhadap kekayaan alam dan kerja manusia di Papua. Namun, bagi hasil yang kecil itu masih juga “dirampok” lebih besar lagi pemerintah Indonesia.


Dengan melihat perkembangan situasi papua hari ini dan melihat sejarah pencaplokan wilayah papua barat kedalam bingkai NKRI atau kolonial indonesia, semuanya demi kepentingan ekonomi politik diatas tanah papua, penguasaan wilayah papua bahkan rakyat papua dengan isu perpecahan, antara gunung dengan pantai, hitam dan putih dan lain sebaginya.


Sehingga hari ini terjadilah perpecahan melalui hegomoni kolonial dan kapitalis yang ditanamkan dalam diri rakyat papua. Dan  berhasil  membenturkan antara pantai dan gunung, pesisir dan lembah, hitam dan putih, kiriting dan lurus. Bahkan bukan hanya kolonial Indonesia yang menjadi aktor perpecahan itu tetapi juga melalui bonekanya kolonial yaitu elit elit  lokal politik  papua yang saat ini brnaung dibawa kaki  kolonial. mereka  berhasil juga mengubah kesatuan dan persatuan  pandagan rakyat papua terpecah belah, hal ini semua  dilakukan atas  nafsu kekuasaan dan juga demi meloloskan kepentingan kapitalis, kolonialis militeris yang saat ini mengkoloni di Papua.


Sehingga dengan adanya perpecahan yang tercipta, program kolonial Indonesia berhasil menyusupi cela celanya perpecahan yang diciptakan oleh kolonial dan kaki tanggan kolonial itu sendiri. dimana saat ini  kapitalis dunia dan kolonial Indonesia, mengepangkan sayapnya di teritori west papua, melalui kekuatan militer Indonesia atau infasi militer indonesia besar besaran diatas tanah papua, yang mengakibatkan korban jiwa bahkan pengungsian dimana mana Dan hari ini orang papua tidak hanya pengungsi, tidak hanya dibunuh tetapi seakan tidak bisa memproduksi alatnya sendiri, tidak bisa melihat identitasnya sendiri bahkan dibuat seakan akan tak bisa menentukan nasibnya sendiri dan tidak memberikan kesempatan berdemokrasi dalam bingkai  negara kolonial Indonesia sejak di aneksasi 1 mei 1963. Sebagaimana di tulis oleh: Bapak pdt Dr Socrates S.yoman. di judul buku  'JEJAK KEKERASAN NEGARA DAN MILITER DI PAPUA".


Oleh karena itu atas dasar semua bentuk bentuk penindasan, bentuk pelangaran ham diskriminasi, rasialis dan Hubungan ekonomi-politik kapitalisme di Papua mengintegrasikan manusia-manusia di Papua dari berbagai suku dan marga di pasar-pasar, di sekolah dan universitas, rumah sakit, dan tempat-tempat perkumpulan lainnya. Namun, penindasan militeristik  dan lain sebagainya yang ada di  tanah air west papua. dalangnya  atau akarnya  adalah kolonialisme, kapitalisme, militerisme dan imperialisme yang saat mengepangkan sayapnya masing masing diatas tanah air west Papua demi melancarkan kepentingannya masing-masing.


Sehingga perjuangan Rakyat Papua didasari dengan anti, imperealisme, kolonialisme, kapitalisme dan militerisme. bukan pada gunung, pantai, lurus, kriting, hitam dan putih. Dengan  melihat situasi ini untuk menuju pada pembebasan nasional banggsa Papua barat adalah kewajiban rakyat papua entah itu amber yang hidup di Papua maupun orang asli Papua yang harus  berjuang bersama dalam menggapai cita cita leluhur banggsa west papua yaitu kemerdekaan tanpa ada penindasan.


Sehingga kami dapat menekankan  bahwa "Musuh rakyat papua hari ini bukan ras, bukan putih dan hitam juga agama tapi sistem yang menindas Dan kolonialisme, kapitalisme, imperealisme, militerisme yang saat ini menjadi lambang negara Indonesia dan berdampak buruk pada rakyat Papua bahkan Indonesia" untuk  itu rakyat papua  bahkan rakyat indonesia secara indivindu maupun oranisasi bisa dapat menkosolidasi dalam perjuangan rakyat papua untuk mengusir kapitalisme dan mendukung hak menentukan nasib sendiri bagi banggsa papua dan menuju pada kesejahtraan  rakyat indonesia tanpa ada penindasan (arti kemerdekaan sesunguhnya).


Medan juang 18 mei 2022



Penulis adalah Aktivis Aliansi Mahsiswa Papua Kk Jember


Komentar Anda

[disqus][facebook]
Gambar tema oleh duncan1890. Diberdayakan oleh Blogger.
Koran Kejora View My Stats