Ratusan massa aksi Aliansi Mahasiswa Papua berdemonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, peringati 53Tahun Deklarasi Negara West Papua, 1 Desember 2014 |
Penulis: Benggwak
Tulisan ini dikhususkan bagi seluruh mahasiswa/i Papua yang kuliah di berbagai kota di Papua, Papua Barat maupun berbagai kota-kota di pulau Jawa, Bali, Sumatra, Sulawesi, Maluku dan Kalimantan, serta di luar negeri.
Judul tulisan ini terkesan sangat provokatif. Ya, memang saya sengaja memberikan judul tulisan ini dengan kata-kata kerja yang bersifat provokasrif yaitu “wajib”, “terlibat aktif”, “memperjuangkan” seperti yang tersusun pada kalimat yang menjadi judul di atas, dengan tujuan untuk memprovokasi kawan-kawan mahasiswa agar mengambil bagian terlibat dalam perjuangan pembebasan nasional West Papua, alias kawan-kawan mahasiswa tidak hanya kuliah-kuliah saja dengan menghabiskan waktunya selama masa kuliah di dalam kampus dengan hanya belajar teori, atau menghabiskan watu di kamar kos, asrama, mall atau bioskop. Tetapi harus juga melibatkan diri dalam gerakan pembebasan nasional dengan mengunakan ilmu yang dimilikinya itu untuk melakukan sesuatu dalam bentuk tindakan nyata/berpraktek untuk perubahan bagi rakyat Papua.
Dalam konteks Papua siapakah yang dimaksut sebagai rakyat? Tentunya yang dimaksud dengan rakyat di sini adalah orang-orang yang tinggal di seluruh Papua yang tidak memiliki atau tidak terlibat dengan kauasasan pemerintahan, atau tidak merupakan golongan kelas atas yang kaya raya. Rakyat adalah orang-orang terpinggir, miskin, dan menjadi korban penjajahan. Rakyat tidak termasuk kaum elit, kaum yang dekat atau memiliki kekuasaan dengan pemerintahan atau modal.
Sejarah keterlibatan mahasiwa dalam pembebasan rakyat di Dunia
Mengembang tanggungung jawab mahasiswa sebagai masyarakat intelektual dan sebagai tanggung jawab social sebagai bagian dari masyarkat, serta berperan dan bertanggung jawab atas ilmu pengetahuan dan kebenaran telah banyak dilakukan dengan penuh tanggung jawab dangan gigih oleh berbagai mahasiswa di dunia untuk membebaskan rakyat dari penindasan.
Dalam catatan sejarah, ada berbagai mahasiswa-mahasiswa yang pernah terlibat dalam gerakan perlawanan terhadap penindas yang menindas rakyat yaitu colonial atau sitem ototitarian dalam suatu bangsa. Perlawanan mereka secara konsisten. Bahkan mereka berhasil membebaskan rakyatnya dari penindas dan kemudia mereka menjadi pemimpin-pemimpin rakyatnya yang terus menerus-menerus memperjuangkan kepentingan rakyatnya bangsanya hingga ajalnya. Beberapa mahasaiswa dimaksut antara lain Fidel Castro di Chuba di Kuba yang mampu berhasil menumbangkan resim diktaor Fulgencio Batista, Srdja Popovic di Serebia bersama Otpor berhasil mengulingkan dictator Slobodan Milosevic tahun 2000 , Camila Vallejo, Carol Cariola di Chili mampu membangun kekuatan gerakan mahasiswa menolak privatisasi pendidikan, mereka mampu memaksa pemerintah mengenjot dana bagi pendidikan yang menhasilkan berbagai program di dunia pendidika Chili. Termasuk di Indonesia sendiri terdapat beberapa tokoh pendiri bangsa yang selama kulia aktif dalam gerakan mahasiswa yang pro kemerdekaan Indonesia, bahkan pergerkan mereka dari mahasiswa itu kemudian mengantar mereka sebagai pimpinan-pimpinan revoluasioner yang memeredekaan Indonesia. Mereka diantaranya adalah Seokarno, Hatta, Tan Malaka, Syahrir, Achmad Soebardho dan beberapa tokoh-tokoh lainnya. Perjuagan Seokarno dan Sultan Syahrir suda dimulai sejak keduanya menempu pendidikan lanjutan (sama seperti kulia) di Bandung. Sedangkan Hatta, Tan Malaka, Achmad Soebardjo mulai terlibat dalam perjuangan semenjak mereka bersekolah di Belanda, dengan memulai dari kelompok-kelompok diskusi. Pemimpin bangsa Indonesia ini semejak menempu sekolah lanjutan (status seperti mahasiswa) sudah mulai terlibat dalam perjuangan kemeredekaan, mereka aktif mendiskusikan persoalan-persoalan kebangsaan. Ketertlibatan mereka semenjak kuliah itu kemudian mengantarkan mereka berdiri bersama rakyat dan memimpin rakyat melakukan perlawanan. Hingga memebebaskan rakyat indonesia dari penindasan kolonial Belanda.
Tidak bisa dipungkiri keterlibatan para tokoh-tokoh ini tidak hanya sebatas berperan sebagai pelengkap atau hanya sebagai gerakan taktis belaka dalam strategi perlawana, tatetapi peran dan gerakan para mahasiswa ini sangat strategis. Bahkan dari pengalama para tokoh-tokoh di atas, mereka menjadi tokoh-tokoh revolusi yang militan, selama berjuang saat sekolah mereka menjadi kader-kader progresif di organisasi-organisasi masing-masing . Contoh Fidel Casto, Srdja Popovic, Tan Malaka, Seokarno dan Hatta adalah bukti nyata yang menunjukan gerakan mahasiswa memiliki peran yang sanga strategis dalam gerakan pembebasan rakyat tertindas di dunia.
Sama halnya bagi perjuangan nasional kemerdekaan West Papua, mahasiswa Papua merupakan satu elemen yang sangat potensial dalam gerakan perjuangan kemerdekaan yang harus memposisikan dirinya di depan garis perlawanan untuk melakukan perlawanan bersama rakyat merebut kemerdekaan.
Bentuk Keterlibatan Mahasiswa Papua
Keterlibatan mahasiswa Papua dalam pembebasan nasioanl harus berangkat dari kondisi-kondisi objektif yang dialami oleh masyarakat Papua (termasuk kondisi objektif/persoalan mahasiswa) yang kemudian menjadi tonggak pergerakan. Dengan kemapuan intelektualnya, secara ilmiah mahasisawa Papua harus mengungkit apa akar pendidasan rakyat Papua? Bagaimana bentuk penindasan atau bentuk-bentuk konflik yang terjadi dalam masyarakt? Apa yang diinginkan oleh masyarakat (secara kolektif/bukan pribadi)? Bagaimana cara membebaskan rakyat dari penindasan? Serta bagaimana membangun masyarakat dalam suatu tatan hidup yang menjamin kehidupannya lebih baik.
Dari kondisi objektif yang dialaminya dan diamati itu kemudia mahasiswa Papua harus mengembangkan strategi taktik sebagai rel pergerakannya untuk membebaskan rakyat papua dari penindasan itu.
Sebaliknya pergerakan mahasiswa tidak mestinya terjebak, keliru/salah arah atau dihentikan oleh paham-paham sempit seperti paham colonial, paham primodial, paham fundamentasil radikan agama atau paham dari kekuasaan yang menindas. Gerakan mahasiswa harus mengunakan sinjata intelektualnya menemukan solusi-solusi tepat yang dapat menguatkan dan memajukan gerakan secara kualitatif dan juga kuantitatif.
Bentuk keterlibatan mahasiswa ini harus dilakukan secara nyata dalam bentuk kontribusi kajian-kajian, pikiran atau ide-ide kritisnya dan juga bergerak memimpin perlawanan di lapangan perlawanan yaitu terlibat dalam demonstrasi menyerukan tuntutan politik atau agenda-agenda demokrasi dan HAM, terlibat mengorganisir rakyat dan membangun alat perjugan rakyat, membangun persatuan perjuangan, memobilisasi dan memimpin rakyat melakukan perlawanan, melakukan pendidikan-pendidikan dibasis rakyat, melakukan kampanye seara massif, serta mengembangkan berbagai cara lainnya yang berdapak positif bagi kemajuan pergerakan.
Dengan latar belakan ilmu pengetahuan yang ia miliki, mahasiswa harus mengunakan pengetahuannya itu untuk memajukan setiap sekotor perjuangan. Selain kontribusi konkrin dalam bentuk aksi dan mobilisasi, keterlibatan dalam perjugangan itu juga dalapat dilakukan degan berbagai macama cara. Misalnya, mahasiswa yang menekuni pengetahuan teknologi informatika, ia dapat terlibat dalam perjuangan dengan melakukan membangun sistem komunikasi, alat/media komunikasi secara aman bagi kelompok-kelompok perjuangan; Mahasiswa yang menekuni ilmu jurnalistik dan media misalnya dapat membangun komunitas-komunitas media sebagai alat penyaluran informasi dan propaganda oleh organ gerakan dengan rakyat; Mahasiswa yang menekuni ilmu kesehatan dapat mengunakan ilmu medisnya untuk mengobati rakyat atau korban-korban kekerasan apara atau mengorganisir rakyat untuk memperjuangkan hak-haknya hak-hak kesehatannya. Ia dapat mengunakan isu kesehatan untuk membangun kesadaran rakyat untuk melakukan perlawanan. bahkan tindakan paling revolusioner ia dapat membangun klinik-klik kesehatan rakyat yang memiliki perspektif pembebasan nasional yang berfungsi mengobati penyakit yang diderita rakyat secara jangka pendek, dan secara jangka panjang ia membanngun sistem tatanan kesehatan rakyat untuk kepentingan nasional bangsa Papua; Mahasiswa yang menekuni ilmu pendidikan juga sama, ilmu penidikan yang ia miliki dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan rakyat dengan membangun sekolah-sekolah rakyat, menegajar rakyat baca tulis, membangun sistem pendidikan rakyat yang berperspekif pembebasan, cintah tanah air, mendidik rakyat untuk sadar akan penindasan yang dialami, bahkan pendidikan idiologi dan politik pun harus diberikan kepada rakyat. Gerakan yang sama juga harus dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa yang menekuni berbagai pengetahuan lainnya seperti Mahasiwa yang memperlajari ilmu Theologi, Hukum, Politik, Ekonomi, Fisika, Geolegi, Budaya dan berbagai ilmu-ilmu lainnya.
Dengan terlibatnya seluruh mahasiswa Papua dalam perjuagan pembebasan nasional tentunya akan turut memajukan gerakan Pembebasan nasiolan secara kuantitas maupun kualitas perjuganan. Secara kuantitas adanya penambahan kekuatan yang menjadikan gerakan perlawanan semakin besar dan kuat. Secara kualitas dengan perspektif itelektual yang melahirkan gagasan progresif dan enerji yang dimilikinya itu, gerakan pembebasan akan maju dari segi strategi takti, program-program perjuganan politik dan idiologi akan mengalami kemajuan, gerakan perlawanan akan mencapai kemenangan dari tiap-tiap perlawanan yang dilakukan.
Dan tentunya keteralibatan mahasiswa ini akan memastikan perjuangan pembebasan nasioanl akan menempatkan mahasiswa sebagai bagian dari penentu pembebasan dan menjadi kelompok yang akan mengawal perjuagan. Sehingga semua cita-cita perjuangan yang diperjugangan dan harapan rakyat dapat dikawal, hingga terwujut.
Jakarta, 31 Juli 2017.