gambar tampilan depan cover buku |
Buku ini pernah ditarik
dari peredaran oleh Kejati pada tahun 2007.Isi buku dari karangan Sendius Wonda
lebih banyak menyinggung pertentangan antara ras Melanesia dan Melayu yang ada
di Papua dan Indonesia. Buku yang memuat 7 bagian dengan ketebalan 248 halaman
itu mengungkapkan kemarahan penulisnya atas pemerintah Indonesia dan lemahnya
masyarakat asli Papua terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
Indonesia untuk Papua.
Sendius Wonda
mengelompokkan masyarakat asli Papua menjadi tiga golongan dalam menyikapi
kebijakan pemekaran. Ia menulis, 3 golongan itu adalah masyarakat Papua asli
yang tidak memiliki pendirian, masyarakat Papua asli yang tidak mau tahu serta
masyarakat dan pejabat Papua yang ambisius dalam proses pemekaran.
Ia juga mengklaim dalam bukunya bahwa kebijakan otonomi khusus tanpa mempersiapkan terlebih dulu SDM asli Papua akan menyingkirkan orang asli Papua dari jabatan-jabatan kunci di pemerintahan.
Dalam bukunya Sendius
mengkritisi masyarakat Papua yang lebih banyak menghambur-hamburkan uang saat
jadi pejabat. Ia juga mengkritisi peredaran minuman keras yang telah
mempengaruhi moralitas masyarakat asli Papua. Kritisi ini ia masukkan dalam
bagian lima dari bukunya.
Mengenai HIV/AIDS,
Sendius menulisnya di bagian empat. Ia mengkritisi tidak adanya kebijakan
pemerintah untuk menutup lokalisasi-lokalisasi dan tempat-tempat hiburan
seperti bar dan panti-panti pijat yang ia duga menjadi tempat prostitusi.
Di bagian akhir dari buku, Sendius mengeluarkan 3 rekomendasi. Dua diantaranya: perlunya pemerintah membuat perda untuk melindungi hak-hak orang Papua dan perlunya perda yang menutup ijin pasokan miras.
(Baca dan Lawan)
________________
Sumber: magotigi95.blogspot.co.id
Pengantar (tulisan) diatas diterbitkan ulang di web-blog ini atas izin pengelolah blog-web magtigi95.