Penulis: Arnold Ev. Meage*
Tuhan Sebagai Penyelamat
Semua umat manusia yang ada dalam perut bumi ini terdiri dari berbagai macam golongan Etnis dan Ras yang heterogen. Demikian juga dari sekian Etnis dan Ras yang ada, memiliki pula sang penyelamatNya (Pahlawan) masing-masing atas etnis dan ras itu sendiri. Yang saya (Penulis) maksudkan penyelamat ialah dalam satu bangsa dan Negara tentuNya kelas etnis dan ras yang heterogen tergabung menjadi satu kesatuan dalam satu wadah yaitu Negara itu sendiri. Bangsa dan Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI) juga memiliki seorang penyelamat yang sama seperti Yesus Kristus (Tuhan), yakni tidak lain tidak bukan ialah Soekarno sang penyelamat Bangsa Indonesia, serta kawan-kawanNya. “(Kawan-kawan Soekarno dapatlah kita asumsikan saja sebagai murit-muritNya Soekarno itu sendiri, seperti murit-murit Yesus pula)”. Demikian seterusNya bangsa-bangsa lainnya yang berdomisili dalam perut bumi inipun memiliki pula penyelamatNya masing-masing. Yesus Kristus adalah pejuang revolusionerNya bangsa Israel setelah pendahuluNya Nabi Mussa yang membebaskan dan membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan, penindasan oleh bangsa Mesir. Dan dalam ajaran-ajaran tentang penyelamatan yang di implementasikan oleh Yesus Kristus (Tuhan) serta murid-muridNya, dapatlah di adopsi oleh seluruh umat manusia yang ada di dunia ini melalui gagasan-gagasan (Provesi) Yesus Kristus (Tuhan), yang telah di tuangkan melalui catatan-catatan yang telah di tulis oleh mirid-muritNya dalam buku-buku kehidupan yang ada sampai saat ini (Alkitab). Namun buku kehidupan (Alkitab) itu sendiri ialah jalan dan cerita sejarahNya bangsa Israel, sama halnya dengan catatan-catatan sejarahNya bangsa-bangsa yang ada di dunia ini.
Bangsa Tertindas Yang Berharap
Dalam hal ketertindasan, tentunya bangsa yang lemah akan di taklukan dan di kuasai oleh bangsa yang kuat dan yang kuat akan semakin kuat pula, demikian sebalikNya yang lemah akan semakin bertamba lemah, dan pada akhirNya yang lemah akan di perbudaki, di tindas pula dalam segala aspek kehidupan bangsa yang lemah (Tertindas) itu sendiri. Pada saat penjajahan bangsa Inggris atas Bangsa Afrika, gereja dan ajaran Yesus Kristus (Tuhan) di gunakan oleh bangsa penjajah (Inggris) sebagai obat penenag dan pengikat bangsa tertindas oleh bangsa penindas, agar bangsa yang di tindas tidak dapat pula melawan bangsa penindas. Jadi agama mengajarkan tentang suatu dokrin agar bangsa yang tertindas tidak dapat pulah melawan pemerintahan bangsa penindas pada saat itu atas bangsa yang di tindas itu sendiri. Jika saja kaum bangsa yang di tindas hendakNya mengimplementasikan perlawanan atas pemerintahan penindas yang ada, maka agama akan mengancam bangsa tertindas dengan senjata Surga dan Neraka. Namun pada hakikatNya keberadaan surga dan neraka itu belum bisa di pastikan dan di buktikan pula secara nyata oleh agama itu sendiri. Ada satu kutipan dari seorang persiden Venesuela Hugo Chaves bahwa “kenapa manusia tidak mau ciptakan surga di bumi ..?” dengan kutipan Hugo Chaves di atas, dapatlah kita renugkan bahwa pada hakikatNya surga dan neraka itu memang benar tidak ada, “(Embun Mistik begitulah kata Lenin terkait surga dan neraka itu sendiri)”. Antara surga dan neraka itu, dapatlah di ciptakan di dunia ini oleh umat manusia yang ada, sebab setelah kematian akan adanya kehidupan atau tidak belum dapatlah di buktikan secara material (Nyata) oleh siapapun, sebab tidak ada satupun seorang manusia yang mati lalu datang mengajak manusia yang masi hidup untuk dapat menunjukan bahwa setela mati nanti akan ada tempat lagi yang baru, seperti yang biasaNya di asumsikan oleh agama-agama yang ada yaitu Surga dan Neraka itu sendiri. Namun karena sangat ampuh dan jitu pula dokrinan agama atas umat manusia pada umumNya dan pada khususNya bangsa yang berada dalam keadaan, kondisi serta situasi tertindas, hanya dan akan menunggu suatu keajaiban, mujisat dan sejenisNya (Berharap) kepada sang penyelamat itu sendiri (Tuhan), dari belenggu penindasan yang sedang di alami oleh bangsa terjajah itu pula. Ada satu kutipan dari Prof.,Dr. Nurchoiliz Madjit 1997 bahwa “Tuhan tidak akan merubah nasip suatu kaum, jika kaum itu tidak berusaha untuk mengubahnya sendiri, jika Tuhan menghendakiNya jangankan elit global alam semestapun akan rutuh”. Namun kenyataan lapangan mengatakan lain untuk bangsa terjajah dan tertindas, mereka bangsa tertindas akan dan selalu di paksakan untuk menjadi manusia yang tukang berharap dan tergantung pada bangsa penjaja, untuk memberikan kebebasan bagi mereka bangsa tertindas. Namun apa yang di harapkan dan di cita-citakan oleh bangsa tertindas tersebut tidak akan pernah tercapai jika bangsa tertindas tersebut terus berharap akan hal keajaiban, mujisat dan lain-lain tanpa kerja dan berusaha agar tercapai ideal yang di harapkan oleh bangsa tertindas itu sendiri, atas bangsa penindas (Penjajah).
Agama Konservatif Atas Bangsa Tertindas
Penjajahan Negara sentral yang di implementasikan atas sutu wilayah/daerah koloniNya, sangat tergantung pula pada angkatan bersenjata, hukum, Agama dan lain-lain. Namun di sini saya (Penulis) akan batasi untuk membahas dan menguraikan yang lain-lain, saya hanya akan menguraikan sedikit tentang konservatifnya agama itu sendiri.
Dalam hal ini, negara sentral ketergantuganNya atas agama sangat besar karena agama sendiri memainkan peran yang sangat fundamental atas umat manusia yang ada. Jika agama dan negara dapat berkolaborasi, maka negara sentral dapat mengendalikan semua etnis yang ada di semua wilayah/daerah yang sedang di koloni oleh negara sentral itu sendiri, dengan menggunakan senjata agama yang ada di semua wilayah/daerah yang di koloni tersebut. Jadi dalam hal ini agama akan mengutamakan tujuan dan kepentingan negara sentral dalam mengagitasikan serta mengimplementasikan suatu dokrin atas semua kelas kasta yang berada pada wilayah/daera dalam keadaan terjajah itu, agar semua kelas kasta itu tetap berada dalam keadaan patuh (Tidak melawan) terhadap pemerintahan negara sentral. Hal inilah yang di ingini oleh penguasa negara sentral atas wilayah/daerah koloniNya yang ada. Dengan demikian seluruh rakyat yang mendengarkan serta turut dan patuh pada suara agama-agama konservatif, maka rakyat tersebut akan hanya menjadi objek penindasan dan tidak akan pernah pula terjadi suatu revolusi atas rakyat tertindas itu sendiri.
Agama Yang Membebaskan Rakyat Tertindas
Pada hakikatNya peran fundamental agama itu sendiri ialah memberikan ajaran (Dokrin) tentang perfeksionisme, egaliatarianisme, humanisme serta ajaran-ajaran tentag cinta kasi antar sesama, keadilan yang merata dan lain-lain. Agar terciptaNya dunia dalam keadaan yang bebas dari segala konfigurasi pertentangan dan sifat destruktif dari semua umat manusia yang ada di bumi ini. Demikian hal serupa inilah yang di inginkan oleh sang Khalik itu sendiri atas umat manusia yang ada pula. Tetapi bagi agama kenservatif itu sudah bukan lagi agama melainkan agama yang berpolitik tentang hedonisme, partikularisme serta menjaga dan memuluskan kepentingan kaum oligarki semata, dan lain-lain. Namun agama dalam mengambil peran sebagai penyelamat rakyat tertindas telah terbukti secara nyata atas dunia ini, ialah negara-negara Amerika Latin. Agama mengambil peran yang sangat fundamental atas seluruh rakyat Amerika Latin dalam rangka membebaskan diri rakyat yang sedang berada dalam kebohongan pemerintah (Penindas) yang kejam. Namun tanpa peran penting agama rakyat tidak akan tau dan mengetahui yang sebenarNya kondisi, kedaan dan situasi mereka yang mana sedang berada dalam keadaan terjajah dan tertindas. Oleh sebab itu tokoh-tokoh agama (Pendeta, Pastor, uskup, Majelis dan sejenisNya) yang memberikan dokrin tentang keadaan yang sebenarnya atas rakyat tertindas itu sendiri patut di muliakan dan di apresiasi setinggi-tingginya. Dan hal serupa yang di implementasikan oleh tokoh-tokoh agama asal Amerika Latin itu, hendaknya patut untuk dapat di tiru oleh tokoh-tokoh agama lainnya yang ada pula di dunia ini. Dalam rangka membebaskan umat manusia dari keadaan tertindas, terjajah oleh manusia lainnya yang menindas dan menjajah. Lebih lanjut saya (Penulis) mengajak anda yang mulia tuan pembaca untuk dapat memiliki buku yang berjudul: “Teologi Pembebasan”.
Agama Yang Berbicara Persoalan Penentuan Nasip Sendiri (Selft Determination)
Dalam dinamika agama yang ada, jarang pula agama itu dapat beretorika atas umat Tuhan tentang penentuan nasip sendiri (self determinesen). Walaupun umat Tuhan tersebut berada dalam keadaan tertindas dan terjajah. Namun hal penentuan nasip sendiri itulah yang di perlukan dan di butuhkan oleh umat Tuhan yang sedang berada dalam keadaan tertindas dan terjajah itu sendiri. Maka sudah seharusnya tokoh agama (Pendeta, Pastor dan sejenis) hendaknya dapat menyerukan juga tentang persoalan penentuan nasip sendiri (Selft determinesen) atas umat Tuhan, harapan saya (penulis) seperti itu. Secara empiris peran agama dalam mengangkat persoalan penentuan nasip sendiri (Selft determinesion) sangatlah kurang dan jarang. Peran agama atas rakyat tertindas lebih pada pelanggaran HAM dan perfeksionisme dan lain-lain. Namun sekalipun pelanggaran HAM itu dapat di selesaikan oleh negara (Penguasa) secara tuntas, sudah pasti akan terjadi lagi pelanggaran HAM yang baru pula atas rakyat tertindas itu sendiri oleh penguasa (Negara pusat) yang menjajah dan menindas rakyat yang terjajah itu. Kecuali rakyat yang di jajah itu dapat menentukan nasip sendiri (Merdeka) dan bebas dari keadaan, kondisi serta situasi terjajah dan tertindas itu dari cengkraman tangan penguasa yang menindas secara absolut.
Agama Yang Berbicara Persoalan HAM dan Penentuan Nasip Sendiri (Selft Determination)
Dalam persoalan HAM dan penentuan nasip sendiri, hendaknya agama dapat menerapkan dan memberikan dokrin atas umat Tuhan secara adil dan transparan atas ke dua persoalan di atas. Sebab secara empiris agama tidak pernah dapat beretorika terkait persoalan HAM dan penentuan nasip sendiri (Merdeka dan Bebas). Jika saja ada itupun bukan kedua persoalan yang di suarakan oleh agama itu sendiri, melainkan hanyalah satu persoalan saja yang mana sudah seperti biasanya di suarakan oleh agama secara terus-menerus yaitu persoalan HAM, namun berbeda pula dengan persoalan yang satu ini, yaitu penentuan nasip sendiri atas rakyat bangsa tertindas jarang pula di serukan/di suarakan oleh agama itu sendiri.
Perlunya Agama-Agama Di Papua Untuk Menyuarakan Persoalan HAM dan Hak Penentukan Nasip Sendiri (Selft Determination)
Sekali lagi dalam hal ini, siapapun anda yang mengambil peran fundamental sebagai tokoh agama hendaknya dapat menyampaikan janji-janji Tuhan atas umat Tuhan tanpa keberpihakan kepada siapapun (konservatif), dan mau bagaimanapun juga agam-agama konservatif yang ada di atas bumi Papua Barat sudah seharusnya di hilangkan/di singkirkan dari atas bumi Papua Barat seluruhnya. Agama-agama konservatif itulah yang banyak mengorbankan umat Tuhan yang ada di atas bumi Papua Barat itu sendiri. Dengan ini, hal yang sangat utama dan harus di utamakan pula dalam peran fundamental oleh yang mulia tokoh-tokoh agama ialah, hendakNya dapat menyampaikan dan menyuarakan atas seluruh rakyat Bangsa Papua Barat dalam hal persoalan HAM dan penentuan nasip sendiri (Merdeka/Selft Detemination). Karena hal tersebutlah yang sangat urgensi bagi rakyat Bangsa Papua Barat itu sendiri, berhubung rakyat Bangsa Papua Barat saat ini ada pada posisi dan keadaan terjajah oleh kolonialisme Indonesia. dan kedua hal fundamental di ataslah yang harus di utamakan oleh tokoh-tokoh agama yang ada dan sedang melayani umat Tuhan di atas Tanah Papua Barat itu sendiri. Dengan menyerukan hal serupa semoga hendaknya akan timbul rasa patriotisme dan nasionalisme atas diri individu semua rakyat Bangsa Papua Barat itu sendiri, dengan demikian perjuangan pembebasan nasional rakyat Bangsa Papua Barat akan semakin maju dan progresif pula. Dan pada akhirnya harapan idealpun akan segera datang pula atas seluruh rakyat Bansa Papua Barat.
Penulis adalah Mahasiswa Papua, kuliah di kota Bandung